Bag 17

209K 28.2K 962
                                    

Selamat membaca teman-teman 🤗

¥¥¥¥¥¥¥¥

"AKU BILANG KELUAR JAKE!" Teriak Hera frustasi.

"Kau mengusirku?" suara dingin menusuk itu langsung membuat Hera terdiam kaku, mengurungkan niatnya untuk melempar bantal yang sudah ia siapkan.

Hera sontak menolehkan wajahnya, melihat pria tinggi dengan mata coklat kelam itu sedang berjalan tenang ke arahnya. Matanya melotot kaget, saat merasakan tangan kekar pria itu menyentuh dahinya.

"Ternyata kau benar-benar sakit." Ucapnya yang saat ini tengah berdiri menjulang di sampingnya.

"Aku memang sedang sakit, dan tidak bisa diganggu saat ini. Maka tutuplah pintu dari luar sekarang, Silas." Titah Hera sedikit ngegas.

"Kau belum meminum obat ini?" Silas mengangkat botol berisi obat miliknya, yang memang belum sempat ia minum tadi, dengan alasan ia akan meminumnya sendiri nanti.

"Bukan urusanmu."

Silas dengan santai menuangkan cairan hijau itu ke dalam cangkir kecil yang ada di atas nakas. Hera menggeram kesal, melihat apa yang Silas tengah lakukan.

"Kenapa kau belum meminumnya? bukanya hari itu kau juga memaksaku meminum ramuan seperti ini." Tunjuk Silas, pada cangkir yang sudah ia isi dengan cairan kental hijau tersebut.

"Itu---aku juga dipaksa untuk membujukmu!" Balas Hera tidak terima.

Silas menggeleng dan kini malah duduk di sampingnya. "Duduklah, kau tidak bisa meminumnya dalam posisi seperti ini."

Hera menggeleng, masih setia mempertahankan posisinya, tiduran. "Tidak mau? Aku tidak akan menuruti perintahmu!" Tekannya.

Silas yang memang tidak memiliki kesabaran, langsung memasukan tangannya pada celah punggung belakang tubuh Hera, mengangkatnya dengan sekali sentakan agar Hera duduk.

Hera reflek memukul dada Silas kuat. "AKHHH aku sudah bilang tidak mau! Ini namanya pemaksaan!" Teriak Hera. Berniat kembali tiduran, namun Silas dengan sigap langsung mengukungnya.

GRAP

"INI JUGA PELECAHAN! JANGAN PELUK AKU!"

"LEPASKAN AKU SILAS, AKU TIDAK MAU MINUM CAIRAN ITU!" Teriak Hera, berusaha keluar dalam kungkungan Silas. Tapi apalah daya, tenaganya saat ini tidak cukup kuat untuk lepas.

Dengan cekatan, Silas langsung mengambil lagi cangkir berisi cairan itu di atas nakas, dan berusaha meminumkannya pada Hera. Dagu Hera bahkan sudah ia apit dengan tangannya agar terbuka untuk memudahkan cairan itu masuk.

"SIL----NGGG."

Dan yap, akhirnya Hera menelan cairan obat itu dengan sekali tegukan. Silas kembali menjauhkan posisinya pada Hera.

Pahit! Silas bajingan!

"Uhuk .. uhuk ... air putih! Aku butuh air, Silas kampret!" Heboh Hera memegangi tenggorokannya, Silas dengan santai memberikannya air putih.

"Enak bukan?"

"Mana ada obat enak, kau memang keterlaluan. Berani-beraninya kau memaksaku seperti itu!" Pekik Hera dengan raut marah.

"Terserah apa katamu. Cepatlah sembuh setelah itu kau akan ku bawa ke Seatland." Hera menatap Silas nyalang.

"Hei, apa maksudmu?!" Hera terkesiap menatap Silas curiga, Silas bangkit dari duduknya.

"Nanti kau akan tahu, aku harus pergi sekarang. Cepat sembuh, pelayanku." Lanjut Silas menatapnya datar, lalu berjalan keluar dari kamar Hera.

"SILAS JAWAB PERTANYAAN KU!!" teriak Hera, namun Silas tetap berjalan mengabaikannya.

BRAK

Pintu tertutup keras dan Hera sekarang tengah di hantui rasa penasaran oleh perkataan Silas barusan.

"Apa aku akan di bawa ke Seatland? Lalu di hukum karena telah membohongi seorang pangeran?" Hera menutup mulutnya tidak percaya.

"Pada akhirnya aku akan mati juga."

___________

"Apa-apaan kau Raja Estefan, berani-beraninya kau mengorbankan putriku untuk mereka!" Bentak Brian dengan raut merah menahan marah.

Raja Estefan langsung terdiam dengan bentakan Brian. Dirinya dan Brian saat ini sedang berunding di ruang kerjanya. Membahas mengenai Hera yang akan dijadikan tanda perdamaian oleh kerajaan Seatland.

BRAK

Brian menggebrak meja di depannya, raja Estefan bahkan sudah melototkan matanya terkejut.

"Brian, tolong tenanglah. Ini juga demi kebaikan rakyat Eartland."

"Dan mengorbankan putriku? Kau menganggap putriku sebagai barang pertukaran?" Brian menatap Raja Estefan dengan mata memicing.

"Brian, kerajaan kita sedang krisis kau juga tau itu, para pedagang juga terus merugi sejak Seatland memutus tali perdagangan, dan kali ini mereka menginginkan Hera, untuk di nikahkan dengan pangeran Silas sebagai langkah kerja sama."

Brian menggelengkan wajahnya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Raja Estefan.

"Kenapa harus putriku? kau dan putramu sama saja, hanya bisa membuat putriku menderita!" Bentak Brian.

"Argus hanya mencintai Amanda Brian, dan Hera lah yang berusaha memisahkannya, aku harap kau ingat itu. Ini juga demi kebaikan bersama, dia pasti akan hidup bahagia di Seatland bersama Silas."

"Dan tidak akan lagi merasakan kecemburuan pada hubungan Argus dan Amanda." Lanjut Raja Estefan, namun Brian sudah sangat kecewa dengan ucapannya.

Dia langsung pergi begitu saja dengan rasa marah yang menggebu. Dirinya tidak akan membiarkan Hera sampai menjadi pendamping Silas.

Pria yang menurutnya kejam dan pasti akan membuat putrinya menderita. Bagaimanpun juga Hera adalah belahan jiwanya.

"Akhirnya dia akan pergi dari kerajaan ini." Gumam seseorang dibalik pilar dengan senyum penuh arti.

_______________

HERA

Thank you for taking the time to read my story 🤗🤭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thank you for taking the time to read my story 🤗🤭

IG khusu my story : Stayhomeev

The Villainess (End)Where stories live. Discover now