Bag 55

158K 22.9K 2.4K
                                    

Selamat membaca 🔥

¥¥¥¥¥¥¥

"YAK! KAU BERSELINGKUH DENGAN EROS?!"

"Cih, benar-benar lelaki kardus!"

Hera mundur dengan perlahan, sambil mengapit kepalanya tidak habis pikir. Tapi, dua laki-laki di depannya malah tetap berdiri santai, dan terkesan bingung akan tuduhan yang Hera lontarkan tadi.

"Astaga, dosa apa yang telah aku lakukan di dunia fana ini, Tuhan" gerutunya pelan.

Eros menggaruk lehernya yang tidak gatal. Silas pun menghela napas berat, lalu melangkahkan kakinya, mendekati istrinya yang terlihat syok.

"Kau tidak berpikir aku dan Eros memiliki hubungan kan?" tanya Silas dengan nada datar, menjulang tinggi di hadapan Hera.

Hera mendongakkan wajahnya, memindai tubuh Silas dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Seketika itu pula, ia memeluk dirinya sendiri dengan raut wajah jijik, sambil menggelengkan kepalanya cepat.

Tidak-tidak, apakah Silas dan Eros---

"Apa yang kau pikirkan?" desis Silas sedikit kesal, melihat tingkah laku istrinya yang memang sering kelewat gila itu.

Menghembuskan napas panjang, Hera pun mendekat pada Silas. Lalu menepuk kedua bahu lebarnya pelan.

Puk

Puk

"Aku tahu, kau pasti malu mengatakannya padaku. Tapi tidak apa Silas, kau boleh mencintai Eros. Aku mendukungmu. Dengan syarat hartamu tetap menjadi milikku." Hera tersenyum comel.

Silas yang kesal, langsung mendorong dahi Hera ke belakang menggunakan jari telunjuknya.

"Kenapa aku bisa memiliki istri berpikiran kelewat batas seperti mu" ejeknya.

Hera melotot, "hei hei, siapa juga yang mau menjadi istri dari seorang pangeran jelek sepertimu?!"

"Hem, bukanya kau? aku berharap kau tidak lupa ingatan, karena aku lelah menyadarkan mu" Silas bersedekap dada, lalu pandangannya turun ke perut Hera.

"Semoga anakku pintar, dan waras sepertiku" ucap Silas menarik bibirnya ke atas.

Hera menyipitkan matanya, lalu memegang perutnya erat-erat. "Ini anakku kampret. Kau buat lagi saja dengan Eros"

"Apa?! kau hamil, Hera?" tanya Eros membuka suara.

Silas dan Hera langsung menoleh, menatap Eros yang memasang wajah terkejut. Dengan cepat, Hera pun mendekatinya. "Astaga, tenanglah Eros. Walaupun aku hamil, Silas pasti tetap mencintaimu"

"Hentikan tuduhan mu, aku dan Eros tidak ada hubungan apapun!" kesal Silas.

"Hish. Lalu apa yang kalian lakukan di ruangan gelap seperti ini, jika tidak seda----emhh" perkataan Hera harus terpotong, karena Silas langsung membungkam mulutnya, mencegah Hera mengatakan hal yang mungkin bisa membuatnya tambah kesal.

Eros tersenyum menggeleng, "Aku dan Silas hanya sedang membicarakan sesuatu Hera. Dan tuduhanmu itu tidaklah benar, karena aku tentu saja masih sangat normal" tegas Eros.

"Hem, harusnya aku yang bertanya kenapa bisa kau kemari tanpa seizinku" Silas menatap Hera geram.

"Tentu saja karena kecebong dalam perutku ini meronta-ronta ingin bertemu ayahnya yang jelek" kilah Hera, dengan dagu terangkat.

"Kau benar-benar hamil, Hera?" Eros bertanya kembali.

Hera membalasnya dengan anggukan malas.

Eros sontak tersenyum lebar, mendekati Hera lalu memeluknya erat. Hera membulatkan matanya, merasa terkejut dengan tindakan Eros. "Ehhh"

The Villainess (End)Where stories live. Discover now