Bag 35

174K 26.2K 3.1K
                                    

Selamat membaca teman-teman 🤗

¥¥¥¥¥¥¥¥¥


     Hera berjalan dengan wajah sebal sedikit tertekan. Walaupun begitu, bibirnya selalu tersenyum saat orang di sampingnya terus menatapnya dengan tatapan maut menjemput.

Ya Silas.

"Dimana rumah si Jahe?" tanya Silas, dengan pandangan lurus ke depan.

"Hm, di Koleya." Jawab Hera

Silas mengernyitkan dahi, mendengar nama kota asing tersebut. "Dimana Koleya itu?"

Hera memutar bola matanya. "Di jonggol!"

"Baiklah, biar Damian yang mencarinya. Aku akan mengeksekusinya nanti." Ujar Silas, Hera kembali menghela napas.

"Ya ya ya. Cari saja kemanapun, aku tidak peduli. Aku hanya bisa mendoakan semoga kau menemukannya." Kepala Hera menggeleng-geleng.

Lalu mereka berjalan beriringan bersama menuju ke ruang pertemuan. Dimana Argus dan Amanda tampak sudah duduk menunggunya dengan wajah menanti-nanti.

Jake yang melihat Hera datang, langsung saja lari menghampirinya, berbisik-bisik dekat telinganya "Suhu, lihat dia kemari. Katanya mau meminta hukuman darimu, hihihi memangnya kau mau menghukum Amanda kopet apa?"

"Diamlah kau Jake!" Desis Hera pelan, Jake memberengut dan lari duduk kembali di samping Nicholas. Pria tinggi itu ternyata juga ikut datang.

Hera membungkukkan badannya sebentar dengan sopan. "Selamat pagi semuanya, semoga kalian sehat-sehat saja." dan mati secepatnya.

Amanda ikut membalas dengan senyum manisnya. "Selamat pagi juga untukmu dan Silas. Semoga kalian selalu di beri kebahagiaan."

Hera mengangguk, dirinya bersiap mendudukkan pantatnya di kursi dekat Amanda. Namun tiba-tiba saja Silas menarik pinggangnya, membawanya duduk menjauh dari mereka.

"Haish, aku ingin duduk di sana!" Hera mendesis kesal, saat Silas membawanya paksa.

"Kau ingin duduk dekat Argus?" tanya Silas garang.

Hera memutar bola matanya. "Mana ada. Aku mau duduk di samping Amanda tadi!"

"Kau harus duduk di sini!" Titah Silas,  mendudukkan Hera di sampingnya. Sangat jauh dari jangkauan Argus dan Amanda.

Hera menghela napas kasar, bahkan tangan besar Silas masih saja memeluk pinggangnya erat. Seolah tak mau melepaskannya barang sejengkal pun.

Cobaan apa ini Tuhan!

"Lepaskan, tidak usah cari kesempatan dalam kesengsaraan ku!" Omel Hera.

"Diamlah." Tekan Silas datar, mengeratkan rengkuhannya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi ada perlu apa Pangeran Argus dan Putri Amanda mencari adikku?" Nicholas membuka suara.

Amanda mengangkat wajahnya seketika. "Aku ingin meminta maaf pada Hera."

"Dan berharap, Hera dapat memberikanku hukuman atas kejadian dua hari yang lalu." Lanjut Amanda dengan tampang menyesal.

The Villainess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang