Bag 28

196K 27.1K 1.6K
                                    

Selamat membaca teman-teman

¥¥¥¥¥¥

    Hera berjalan pelan ke arah Silas dengan senyum lebar. Lalu duduk di sampingnya dengan santai. Netra laki-laki itu langsung memandang nya malas.

"Ada apa denganmu?"

"Aku sedang coba bersikap manis." Jawab Hera setia tersenyum, sampai matanya terlihat sipit.

Silas menatapnya datar. "Ada urusan apa kau kemari?"

"Ahhh benar. Sebentar... sebentar." Hera beranjak dari duduknya, berjalan ke arah laci. Mengambil perban yang kemarin di berikan oleh Xander.

"Baiklah, sekarang berbaliklah!" Perintah Hera, Silas menggeram.

"Aku bisa sendiri, kau keluar saja sekarang!" Tolaknya.

"Em em em." Hera menggeleng dan berkata lantang. "Aku yang akan menggantikan nya!"

Lalu dirinya duduk di samping Silas lagi, memegang kedua pundaknya dengan wajah tanpa dosa. Pria itu seketika menatap Hera nyalang, Hera balas tersenyum menggoda. Karena dirinya ingin semua ini cepat selesai.

"Ayo berbaliklah, kau mau menatap ku terus?! Huah, memang susah kalau memiliki wajah cantik sepeetiku." Bangganya, menghela napas berat.

"Aku bisa sendiri tanpa bantuanmu." Tekan Silas, membuat Hera dongkol.

Tangan Hera menangkup wajah Silas tiba-tiba. "Pilih cium atau aku ganti perbanmu?!"

Senyuman miring terukir di bibir Silas. "Lakukanlah, aku akan diam saja."

Hera berdecak pelan, melepaskan tangannya dari wajah Silas. "Aku cuman mengancam kampret, ayo berbalik. Agar aku bisa memasangkan perbanmu!" perintah Hera.

"Aku tidak yakin padamu, lebih baik kau panggil Xander kemari!" Titah Silas, Hera melotot tidak terima.

"Asal kau tahu yah, aku itu juara lomba pertolongan pertama di kelas. Tidak mungkin aku tak mampu!" Kesalnya.

Silas tampak berpikir. "Hm, namun jika kau tidak melakukannya dengan benar---maka aku akan menghukummu." Ancamnya.

"Aku terima tantanganmu!" Jawab Hera mantap.

Silas membalikan badannya membelakangi Hera. Lalu membuka pakaian yang melekat di tubuhnya, Hera seketika pusing sendiri, melihat tubuh atletis Silas yang terpampang nyata di depannya.

Ototnya.

Bahunya yang kekar.

ABS nya yang berjumlah ... Ada berapa itu? Astaga kenapa aku tak menutup mata saja, Hera bodoh!

"Kenapa kau diam saja?!"

"Hah?" Hera tersadar dari lamunannya.

"Eh, tidak-tidak aku hanya sedang mengagumi ciptaan Tuhan." Hera terkekeh, Silas memutar bola matanya.

Dengan pelan dan hati-hati, tangan Hera menyentuh perban Silas di punggungnya. Membukanya sedikit demi sedikit, takut lukanya tambah melebar.

"Apa kau bisa cepat?" Silas menolehkan wajahnya ke belakang. Karena menurutnya Hera terlalu lama.

"Hm, kau diam saja. Aku sedang konsentrasi." Sahut Hera.

Selang beberapa saat, perban di punggung Silas akhirnya berhasil di lepas. Dengan sigap Hera langsung menutup nya dengan perban yang baru. Gadis itu tersenyum bangga dengan hasilnya.

The Villainess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang