Bab 12 - Kisah Kasih Asmara (2)

1.7K 104 3
                                    

Sebuah pernikahan, laki-laki dan perempuan itu saling membutuhkan.

Fernada Rima Ariani

Karena mendapatkan siaran malam, akhirnya Nada kembali pulang ke rumah.  Untungnya jarak dari radio ke rumah hanya sekitar lima belas menit perjalanan naik motor.

Nada menjalankan mesin cuci, mencuci pakaian---jam baru saja pukul sembilan. Masih ada beberapa jam lagi untuk dia kembali ke Bintang Bersinar.

"Supaya tidak numpuk," katanya sambil memilah pakaian yang ada di keranjang kotor.

Dewa mungkin sudah berangkat dari tadi, suami Nada itu katanya lembur untuk minggu ini. Dia tahu, karena membaca pesan di gawainya. entah Dewa sarapan apa? Nada saja belum makan sama sekali---karena tidak memasak.

Nada memutuskan untuk mencuci dan membersihkan ruang kamar secara bersamaan---setelahnya dia akan memasak untuk dirinya makan dan menyiapkan makan siang untuk Dewa.

---

Dewa masih berkutat di lokasi pameran, walau Bahagia Mall sudah buka. Para pengisi pameran sudah mulai berdatangan untuk melakukan loading barang. Saqila sudah pergi entah ke mana.

Dewa tidak henti-hentinya disapa oleh para karyawan yang bertemu dengannya di lokasi pameran, dia hanya bisa mengangguk dan tersenyum sambil mengecek gawainya karena takut ada orang lain yang menghubungi.

Pikirannya kembali kepada pertemuannya dengan Saqila tadi, entah seperti diguna-guna. Dewa mau saja mengiyakan ajakan Saqila untuk main ke rumahnya.

"Kok aku bodoh, ya," Dewa bergumam sendiri.

"Maaf, Pak?" Orang yang dihadapannya bertanya---seorang penyewa tempat pameran sedang menata barang dagangannya.

"Eh, tidak," merasa malu Dewa lantas pergi meninggalkannya menuju bagian engineering yang sedang memasang lampu tambahan.

Dewa ikut memutar, karena meja-meja sudah benar ditata sesuai rutenya. Tiga orang engineer sedang menatap bohlam-bohlam lampu yang hendak dipasang. Dan, difungsikan untuk malam hari.

Karena, tempat untuk pameran ini. Sangat terang jika pagi atau siang hari, dengan posisi yang berada di lantai tiga.

"Pak Dewa, ini lampunya benar diberdirikan di area ini?" Tanya seorang pegawai itu, yang usianya lebih tua dari dirinya.

Dewa memandangi lampu yang berada pada tikungan kedua, sepertinya menarik. Dia juga nanti akan menambahkan spot foto. Di dalam arena pameran---juga di luar sebelah pintu masuk satu.

Ini kegiatan tahunan Bahagia Mall yang sangat dinanti oleh para pelaku UKM di kota ini. Bahkan tahun ini sudah kali kedua.

"Menarik, juga. Untuk spot fotonya belum jadi ya?" Dewa bertanya kepada satu pegawai lainnya yang berdiri di sampingnya.

"Sudah, barusan diantar oleh pembuatnya. Tinggal ditaruh ditempatnya," jawab laki-laki itu.

Dewa hanya mengangguk-angguk dan kemudian berjalan mengikuti rute pameran. Sekadar menyapa dan menyaksikan persiapan final untuk acara yang akan digelar besok. Dan, selama satu minggu ke depan.

---

"Assalamualaikum, sahabat. Malam ini, Damara hadir dengan program baru. Yang pernah Damara bilang minggu lalu."

Nada kemudian menaikan sedikit mixernya yang sedang memutar backsound untuk acara Kisah Kasih Asmara ini---hanya sekitar tiga puluh detik.

"Nah, untuk kamu-kamu yang ingin bercerita tentang kisah kasih asmara yang kamu alami, sahabat. Bisa via whatapps saja ya. Kali ini kita akan membahas cinta dalam diam, sakit sekali bukan mereka yang ada pada posisi ini?"

Nada bercuap-cuap untuk membuka acara yang dia bawa, tepat sesuai jam yang ditentukan. Sebelumnya, dia hadir pada pukul lima sore ke Bintang Bersinar FM.

Lagi-lagi mengantisipasi jalanan yang macet, terlebih hari ini weekend. Sudah menjadi rutinitas hari sabtu dan minggu sering sekali terjebak dalam kemacetan.

---

Saqila sedang memasak nasi goreng di dapur, Dewa katanya sedang berjalan kaki dari rumahnya. Dia mengenakan celana pendek dan baju pendek yang melihatkan perutnya.

Nasi goreng hitam dan minuman jus jambu sebagai pelengkap makan malam romantis yang akan mereka alami berdua. Saqila dan Dewa.

Sembari mendengarkan Bintang Bersinar FM, yang sedang memulai satu program barunya. Dia, mengambil gawainya dan mengecilkan kompor.

Mulai mengetik pesan yang bisa dibilang curhatan kepada seorang penyiar idolanya ini---Damara.

Saqila: Aku sekarang sedang dalam posisi mencintai dalam diam, karena aku dekat dengan seseorang yang sudah menjadi milik perempuan lain. Bagaimana ya, Mbak?

Selepas mengirim, Saqila mendengar suara pintu diketuk, ayahnya sudah lama tidak pulang---tetapi ini tidak mungkin dia. Laki-laki yang disayangi Saqila masih berada di Jakarta untuk mencari keperluan pembukaan toko baju di Bahagia Mall.

Saqila sedikit berlari mendekati pintu ruang tamu, kemudian dia membuka pintu. Alangkah terkejutnya---Dewa berdiri di balik pintu tersebut. Dia mengenakan kaos hijau polos dengan celana pendek juga.

"Mas," Saqila hendak memeluk Dewa. Tetapi ditepis olehnya, karena takut tiba-tiba tetangga mengetahui dan kenal dia.

Dewa berjalan ke komplek sebelah, flamingo. Secara mengendap-endap layaknya maling. Untungnya tidak ada pintu terbuka selama perjalanan.

"Ada apa?" Dewa tersenyum ke arah Saqila---senyum yang benar-benar dia sukai.

"Aku sudah siapin makan malam, ayo kita makan bareng," Saqila berjalan ke dapur terlebih dahulu---karena ingin mengangkat nasi goreng dari atas kompor.

Dewa mengikuti sambil tetap melihat kanan dan kiri, padahal ini kali keduanya dia berkunjung. Kali ini, Saqila benar-benar tidak mencampurkan sesuatu dalam makanan dan minuman yang dia buat.

"Ayo di makan, Mas. Nasi gorengnya masih hangat," Saqila menaruh di depan Sadewa kemudian dia mencium pipi kanannya.

Tidak ada penolakan. Tidak ada emosi atas perbuatan Saqila. Dia malah menikmatinya.

Bagaikan seorang anak, dia menurut perkataan Saqila dan mulai mengikuti arahannya tadi---makan.

Bersambung...

After the Sacred Marriage [Dewasa]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt