Bab 23 - Dewa Didatangi Nada

2.6K 137 3
                                    

Tepat azan subuh berkumandang di seluruh wilayah Malang Raya, peti jenazah Nada sudah sampai di rumah duka. Blok Panda.

Para pelayat dan rekan-rekan Nada juga Dewa---yang masih setia menunggu kedatangan Nada. Kini sudah berdiri menyaksikan peti keluar dari dalam mobil ambulance. Adit, Alka, Erik dan Dewa pulang mengendarai motor masing-masing. Lebih cepat setengah jam dari ambulance.

Isak tangis tak terbendung dari kedua orangtua Nada, yang menyaksikan peti yang berisikan Nada diangkat oleh beberapa orang laki-laki menuju ke dalam. Alka, Adit, Erik dan Al Kahfi---yang baru saja pulang dari sift malamnya juga sudah ikut mengangkat peti ini.

Banyak orang yang terkejut dengan kepergian Nada ini, termasuk Al Kahfi. Belum genap empat puluh hari kepergian Ibu Dirma, kini Nada juga ikut pergi menyusul Ibunya. Bagi Kahfi keduanya adalah orang baik.

Gyo, sampai pingsan melihat peti warna putih itu. Dia sangat terpukul ditinggal oleh Nada, secara tiba-tiba dan secepat ini.

"Ya Allah, Nada," Alma yang dirangkul oleh Tya juga tidak kuasa menahan tangisnya.

Para pelayat membubarkan diri untuk salat subuh berjamaah di masjid, hanya tinggal Dewa dan beberapa rekan-rekannya yang tidak beragama islam masih berada di rumah duka. Dan, Gyo masih berusaha dibangunkan oleh ibunya.

"Dit yang diangkat Dewa tadi siapa?" Adit, Alka, Erik sama-sama jalan ke masjid.

Adit tahu siapa yang dimaksud oleh Alka, "itu Gyo, Adik kesayangan Nada."

"Kasihan juga ya, dia kelihatan kepukul banget. Sampai pingsan," Erik menimpali.

"Pasti, Nada adalah Kakak kesayangan Gyo. Aku sudah tahu sejak lama," Adit berbicara lagi ketika sudah sampai masjid---sedang melepas alas kaki.

Pernah satu hari, setelah Nada lulus dan mendapatkan gelar sarjana. Tepat setelah Dewa melamar Nada, Gyo memeluk Nada dengan tulus dan lama.

ketika sampai di masjid, tidak ada lagi obrolan yang terus bergulir antara mereka.

Recananya, nanti pagi Nada akan disalatkan di masjid ini. Kemudian di makamkan pada tempat pemakaman umum dekat rumah Ibu Nada---tempat dia dibesarkan.

---

Saqila ikut tidak bisa tidur, walau dengan susah payah memejamkan matanya. Dia masih tidak menyangka bahwa laki-laki yang tidur dengannya adalah istri dari penyiar radio kesayangannya.

"Kok dunia sempit banget, sih," dia berbicara sendiri sambil menatap langit-langit kamar.

Dia masih penasaran bagaimana suasana di rumah duka sekarang. Terlebih dia lebih penasaran dengan keadaan Dewa saat ini, apa kekasihnya itu biasa saja atau sangat terpukul?

Ya, walau Dewa tidak pernah menyatakan cinta kepada Saqila. Perempuan ini yakin bahwa Dewa sangat mencintainya. Lagi-lagi salah cara yang dipakai oleh Saqila.

"Apa aku ke rumah Dewa ya?" Saqila bangkit dan duduk di bibir kasur.

Dia masih bingung datang atau tidak ke rumah Dewa, karena takut ada orang yang tahu bahwa dahulu Dewa datang ke rumahnya dengan menyelinap.

"Masa bodoh, lah. Aku mau ke sana saja," Saqila bangkit mencari pakaian sopannya untuk melayat ke rumah duka.

Pakaian serba hitam ini sudah selesai dia pakai, kemudian dia keluar mengendap-endap. Takut Ayah Saqila tahu. Dia sengaja lewat jendela sebelah pintu ruang tamu, supaya tidak membuka kunci.

Saqila kembali berjalan kaki menuju rumah duka---rumah Dewa dan mendiang istrinya.

---

Dewa sedang berada di gedung yang tidak asing lagi, gedung tempat dia berfoto dengan Nada. Tetapi, kali ini berbeda.

After the Sacred Marriage [Dewasa]Where stories live. Discover now