Bab 40 - Denada Ariani Oktavian (2)

2.4K 100 6
                                    

Dewa mengerjapkan matanya berkali-kali, ketika mendengar tangis yang kencang dari Dena. Dena tidur di sebelah kiri Dewa---sebelah kanan Dena adalah tembok.

"Jam dua," Dewa melirik jam dinding berwarna putih polos itu.

Dia beranjak dari kasur, menuju dapur. Membuatkan susu formula untuk Dena. Padahal, matanya tadi baru terpejam pada pukul sebelas.

Besok pagi ada sawah yang harus digarap. Tetapi dia juga tidak mungkin membiarkan anaknya menangis terus.

Ini sudah terjadi saat Saqila sejak dulu---lima bulan yang lalu menyerahkan anaknya dalam posisi tanpa nama.

"Aku mau hidup bahagia bersama Mas Doni," Dewa sangat ingat ucapan ini, ketika masih berada di rumah sakit---detik-detik kepulangan.

"Kamu gila Saqila?" Tanya Dewa saat mengendong Dena, yang belum genap seminggu itu.

"Aku masih waras, tetapi ini hasil hubungan gelap kita." Tangan Saqila memegang pipi kecil anaknya.

"Lalu kenapa?" Dewa sedikit tersinggung, mendengar kata hubungan gelap.

Ya, emang itu fakta bukan palsu. Karena Saqila yang masuk ke kehidupan Dewa. Hidupnya kini sekarang benar-benar patah hati paling banyak.

Saqila dan Doni berpelukan, Doni memang sengaja mengganggu Dewa supaya dia tersulut oleh emosi yang tinggi.

Dewa hanya mencoba menelan pil-pil pahit yang terus menghajarnya, tanpa henti bahkan hingga detik ini.

"Aku tidak mau, hubunganku dengan Mas Doni akan terganggu dengan adanya anak ini," jawab Saqila yang selayaknya tidak punya beban.

Saat itu Dewa langsung tergugu, tanpa banyak kata. Dia langsung pergi dengan tanpa suara. Dewa membawa bayi kecil itu menaiki taksi yang sudah bersiap di depan lobi rumah sakit.

Di satu sisi, Doni tertawa bahagia karena bisa merusak hubungan Dewa dan Saqila. Entah kenapa sebegitu dendamnya Doni kepada Dewa? Padahal mereka belum pernah kenal sebelumnya.

Diperjalanan saat itu---Dewa tidak memandang jalanan yang ada di depan juga samping kanan, kiri. Melainkan tatapannya tertuju pada bayi mungil yang ada di gendongannya.

"Ayah akan selalu bersamamu, Nak. Menuntunmu menjadi orang yang baik, walau tanpa seorang Ibu," ucapnya sambil mengelus pipi kecil bayinya.

Supir taksi yang sedang menyetir di kursi pengemudi itu hanya bisa memandang dari kaca depan yang mengarah ke belakang.

Menjadi orangtua tunggal untuk bayinya adalah sesuatu yang langsung merubah drastis kehidupan serta penampilan Dewa.

Jarang olahraga, lebih mementingkan bekerja keras daripada mengurus tubuhnya yang sekarang sudah kurus. Untuk menabung, demi masa depan Dena.

Dia sudah memantapkan diri, walau anak ini tidak memiliki wajah yang seperti dirinya. Melainkan seperti Doni, dengan bentuk hidung yang mancung serta keseluruhan wajah benar-benar mirip dengan Doni.

Dewa berjanji akan menyayangi setulus hati, karena Dena masih kecil, tidak mengetahui apa yang terjadi dan dialami oleh orangtuanya.

Persidangan Saqila dan Dewa akan memasuki kali kedua---tinggal menunggu bulan depan untuk penjatuhan talak dari Dewa kepada Saqila.

After the Sacred Marriage [Dewasa]Where stories live. Discover now