Bab 30 - H-1 Akad Nikah

1.8K 86 2
                                    

Awas! Ada Adegan Dewasa, untuk memperkuat alur dan cerita!

Pukul 09.30

Dewa masih terus melihat outlet demi outlet yang ada di food court. Patroli dadakan. Padahal---hari ini adalah hari terakhirnya menjadi seorang duda.

Dewa sudah menyerahkan berkas untuk ke KUA, beberapa minggu yang lalu. Dia juga sudah menjalani acara pranikah di sana. (Kalau di Malang namanya jomblokan)

Pakaian atasan kemeja putih dan juga celana kain hitam sudah dia siapkan---bukan pakaian baru, melainkan saat akad nikah bersama Nada dahulu.

Dewa menyusuri outlet nomor satu yang berada di ujung utara lantai tiga, Bahagia Mall. Dewa masuk ke dalam outlet itu, para pegawai sedang sibuk prepare---karena masih belum buka.

"Sudah dibersihkan gease trapnya?" Tanya Dewa kepada tiga karyawan di outlet itu.

"Sudah, Pak." Jawab seorang bagian kasir.

"Saya bisa lihat?"

"Boleh." Kasir itu berjalan ke dapur sempit, dia membuka penutup gease trap yang tepat di bawah tempat cuci piring.

Gease trap adalah alat penyaring dan pemisah antara minyak dan sampah-sampah lain seperti butiran nasi dan sayuran. Minimal rutin dibersihkan dalam kurun waktu dua kali setiap minggunya.

Jika tidak dibersihkan akan mampet dan naik isinya. Dewa sering kali menemukan hal ini pada setiap outlet besar di food court. Padahal mereka sudah dibilang berkali-kali oleh Dewa, supaya selalu menjaga kebersihan dapur. Dan, pihak tenant relation sudah memberikan peringatan kalau tidak akan mendapatkan denda. Walau hanya sekadar omong saja---supaya mereka takut.

Gease trap memang menjadi hal krusial atau penting bagi restoran, tidak bisa dipungkiri---setiap resto sudah dan harus memiliki alat ini.

"Bagus, pertahankan ya. Jangan sampai kena denda," Dewa menepuk bahu pegawai dapur. Kemudian lanjut ke outlet berikutnya.

Ada sekitar 25 outlet yang harus dia cek kebersihannya. Serta ada 20 tenant kecil juga tidak luput dari inpeksi.

Setelah tugas yang di food court selesai, Dewa melanjutkan untuk mengecek di lantai bawah dan lantai dasar.

---

Pukul 12.00

Saqila sedang berjalan-jalan di mall lain, karena ingin mencari perlengkapan menikahnya nanti. Kebaya berwarna senada dengan ukuran untuk ibu hamil yang menginjak enam bulan.

Dia mengenakan rok yang bisa menyesuaikan ukuran badan---mulai membesar. Dia menaiki lantai satu menggunakan eskalator, dan toko incarannya ada di lantai delapan.

Antrean lift memang sangat mengular, padahal ada tiga lift. Semuanya penuh dengan antrean, Saqila mau tidak mau menaiki eskalator yang sepi.

Jika Gusti masih hidup, mungkin dia akan membuka toko di sini juga. Tempat ini lebih ramai daripada Bahagia Mall. Mungkin karena banyak toko-toko kekinian yang lebih lengkap. Saqila juga menemukan beberapa toko yang juga ada di Bahagia.

Saqila baru saja menginjakan kaki di lantai lima, setelah dirinya berjalan pelan-pelan. Sembari menjaga kehamilannya. Saqila sudah membuat surat izin libur, kepada calon suaminya Dewa---mulai hari ini. Dewa juga demikian, besok dan empat hari ke depan dia juga izin tutup.

Sudah terbongkar rahasia yang Dewa dan Saqila pendam selama ini, karena mereka izin bersamaan. Bahkan teman-teman Dewa juga memberikan perkataan menyakitkan hati.

"Gila, berarti benar ya kata teman-teman pegawai."

"Ternyata itu calon istrimu ya? Kok perutnya udah besar? Apa jangan-jangan?"

After the Sacred Marriage [Dewasa]Where stories live. Discover now