Bab 27 - Dewa Pindah Ke Kos Dino

1.8K 91 4
                                    

Pukul delapan pagi

"Terpaksa datang ketika mall buka," rutuk Dewa sambil mengemasi barang-barangnya di Blok Panda. Padahal nanti siang akan ada meeting.

Satu baju terakhir sudah Dewa masukan ke dalam koper-kopernya. Ya, dia akan pindah rumah.

Lebih tepatnya pindah ke kos untuk tempat bernaung dari hujan dan panas. Dewa sudah mendapatkan kamar kos tadi seusai salat subuh. Tepatnya dibelakang Bahagia Mall.

Dewa sepakat dengan Nada untuk menjual rumah itu---dan hasil penjualan akan dibagi dua dengan Gyo. Perabotan-perabotan juga ikut dijualkan. Supaya tidak ada sesuatu yang tertinggal di dalam kenangan Dewa.

Baju-baju Nada, baru saja diantar oleh kurir dengan mobil boxnya. Karena barang Nada cukup banyak, pakaian, alat rias, dan beberapa barang kesayangan Nada lainnya---dikembalikan ke rumah orangtua.

Perihal rumah, Dewa tidak diskusi dahulu kepada orangtuanya. Padahal itu adalah pemberian dari mereka. Juga, Dewa juga sudah bercerita perihal kedekatannya dengan Saqia secara gamblang. Kemarin, setelah pulang dari rumah mantan mertua.

"Lalu bagaimana perempuan itu?" Ibu Dewa bertanya.

"Akan menikah dengan Dewa dia hamil anak Dewa, Pak, Bu." Jawab Dewa perlahan.

Namun tiba-tiba pukulan datang ke pipi kirinya yang sudah lebam karena Gyo. Semakin bertambah perih---Ayah Dewa memberi pukulan dengan sangat kencang. Sampai hidungnya berdarah.

"Kamu ini waras apa tidak? Bisa-bisanya menghamili orang lain. Jangan-jangan kamu sering melakukannya dengan dia? Ketika masih ada Nada dulu? Jawab!" Ayah Dewa sangat emosi---sama seperti Ayah Nada.

Lagi-lagi Dewa hanya mengangguk pasrah, "iya, Pak."

Plak! Ibunya bangkit menampar pipi kanan Dewa. Jarang sekali, Ibu Dewa main tangan---kalau tidak benar-benar keterlaluan.

Ibu Dewa mengacung-acungkan jarinya di depan muka Dewa, "Ka-kamu memang jahat." Bruk! Ibu Dewa pingsan.

Itulah yang menjadi landasan Dewa untuk tidak kembali tinggal dengan kedua orangtuanya, Dewa tidak mau kebahagiaan mereka terusik.

Dewa keluar dari kamar, berjalan menuruni anak tangga. Entah ini halusinasinya atau bagaimana, dia melihat sesosok Nada berdiri sambil menyiapkan masakannya yang baru saja matang di meja makan.

"Nada?"

"Itu kamu, sayang?"

Air mata Dewa turun. Dia bergegas menghampiri Nada sambil membawa kedua kopernya ke bawah. Hanya tinggal satu langkah untuk menggapai Nada, tiba-tiba Nada hilang.

Dewa sedikit tercenung. Dia baru merasakan kehilangan sosok yang sudah dikenalnya untuk selamanya. Sosok yang telah lama bertukar pikiran dan cerita.

Dewa keluar dari rumah. Mengunci pintu, di atas pintu itu sudah tertempel banner bertuliskan rumah dijual dengan narahubung nomor Gyo dan Dewa. Surat-surat rumah Dewa yang membawa, karena atas nama dirinya---selaku kepala rumah tangga.

Masuk ke dalam mobil, dia memperhatikan pintu itu. Bayangan Nada muncul lagi, dia sedang menyapu lantai---dan melambaikan tangan ke arahnya. Lantas Dewa tersadar bahwa Nada telah tiada dia membuka dan menutup matanya secara cepat.

"Selamat tinggal, terima kasih untuk kenangan manisnya," ucap Dewa sambil melajukan mobil keluar dari rumah.

---

"Kamu hamil anak Pak Dewa?" Gusti kaget mendengar penjelasan Saqila.

Gusti baru saja tiba dari Yogyakarta, belum merebahkan tubuhnya di kursi sudah mendapat pemberitahuan yang mengagetkan pagi ini.

After the Sacred Marriage [Dewasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang