Bab 25 - Kehamilan Saqila

2.3K 96 3
                                    

Perhatian! Ada dialog dewasa!

Saqila menunggu seseorang datang ke sini, dia memilih tempat di luar atau outdoor dari Kafe Hujan ini. Dia merasakan gerimis buatan yang muncul dari payung besar di atas mejanya.

Padahal cuaca sore ini sangat cerah, dia benar-benar takjub dengan pemilik sekaligus pengelola Kafe Hujan ini. Memiliki ide yang unik, tidak harus menunggu akhir tahun untuk merasakan hujan. Setiap hari bisa.

"Mas Doni kok belum sampai, sih?" Saqila melihat jam tangannya yang sudah pukul empat sore lewat lima menit.

Dia janjian dengan Doni di sini, karena ada sesuatu hal yang perlu dibahas soal kehamilannya. Saqila menoleh ke kanan dan kiri, melihat seseorang yang dia tunggu. Ternyata sedang berlari ke arahnya. Karena hujan buatan memang terus terjadi di area outdoor. Sedangkan indoor, mereka bisa melihat air turun dari genteng yang melindungi.

"Maaf aku telat, ada apa sayang?" Doni duduk berhadapan dengan Saqila.

Doni mencium punggung tangan perempuan ini dengan mesra. Suaranya sangat berat sekali, benar-benar laki yang tulen.

"Aku hamil," Saqila menunduk dan menyerahkan test packnya.

"Hamil? Kamu hamil sama siapa?!" Doni mengangkat test pack itu.

"Sama kamu!"

"Hah? Sama aku? Kamu lupa ingatan atau bagaimana? Mana bisa kamu hamil sama aku! Orang sebelum keluar, kamu sudah ditelepon oleh ayahmu," Doni merasa tidak terima.

Ya, benar yang dikatakan Doni. Dia dan Saqila ketika melakukannya memang diganggu oleh Ayah Saqila yang memintanya segera pulang. Karena harus ke toko. Ayahnya mau ke Yogyakarta, membeli kain batik.

"Kamu bisa-bisanya ya menyembunyikan kebusukanmu, sudah main sama orang lain. Tetapi kamu malah menuduhku yang ngehamili kamu!" Sambung Doni bersungut-sungut.

"Tapi Mas," Saqila menangis, baru kali ini dia dibentak oleh orang yang berstatus kekasihnya.

Doni bangkit dari kursinya, dia menunjuk-nunjuk ke Saqila. Doni memang gampang emosi, ketika dirinya difitnah oleh orang lain. Dituduh sesuatu yang bukan dia pelakunya.

"Tapi apa? Aku cukup sakit hati, makanya aku gampang saja masuknya. Ternyata sudah dicicipi oleh orang lain. Dasar jalang!" Doni pergi meninggalkan Saqila yang mulai menangis.

Hal yang dibatin oleh Doni sejak selesai melakukannya kini sudah diluapkan oleh dia, Doni tidak masalah sebenarnya memiliki kekasih yang perawan atau tidak. Dia kecewa, karena tuduhan Saqila ini.

Pesanan Saqila baru saja tiba, diantarkan oleh waiters. Tetapi napsu makannya sudah hilang, dia memberikan uang sesuai nominalnya dan menyuruh waiters ini yang menghabiskan makanan itu.

Dia berjalan perlahan, meninggalkan kursinya. Tidak peduli hujan buatan yang membasahi tubuhnya.

Berarti ini anak Mas Dewa? Batinnya.

Pikirannya kalut, hingga nyaris menabrak pengunjung lain yang sedang hamil tua. Dia melihat pengunjung itu digandeng oleh suaminya dengan perut yang mulai besar.

---

Dewa bekerja seperti biasanya, dia mulai sibuk dengan acara-acara selanjutnya di Bahagia Mall. Menyambut pergantian tahun, satu bulan lagi.

Dia berjalan-jalan seorang diri, dengan ucapan belasungkawa dari para karyawan tenant yang dilewati oleh dirinya. Saqila masih belum datang ke toko.

"Terima kasih," jawab dia berkali-kali kepada mereka.

Dia memang satu minggu bolak-balik dari rumah di Blok Panda---ke rumah mertuanya. Untuk mengikuti pengajian dari hari pertama meninggalnya Nada sampai tujuh hari.

After the Sacred Marriage [Dewasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang