43. Misunderstanding

3.1K 568 114
                                    

⚠️Tandai jika ada typo, etc

Sebelum membaca, alangkah baiknya tekan bintang di pojok kiri bawah dulu ya, thankies!

•••

Sesungguhnya, pilihan yang sulit
terletak pada diri kita sendiri.
Ikut perasaan buta, ikut pikiran sesat.

 Ikut perasaan buta, ikut pikiran sesat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu minggu berlalu begitu cepat. Keadaan Renio masih sama. Tak ada perubahan.

Setelah selesai menjenguk abangnya, Renia singgah ke salah satu restoran untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi pagi.

Tentu saja ditemani Reylan. Lelaki itu selalu mengintil Renia dengan rangkulan posesif di pinggang ramping Renia, menunjukan tanda kepemilikannya.

Seperti biasa, Reylan selalu menghabiskan makanannya paling pertama. Entah karena Renia yang lelet atau lelaki itu yang terlalu cepat.

"Ren, gue ke toilet dulu. Jangan ke mana-mana,"

"Emangnya gue mau lari ke mana dah?" gumam gadis itu heran.

Suapan terakhir masuk di mulutnya sembari memandang ke arah jalan menuju toilet. Lelaki itu belum juga kembali. Dia butuh cuci tangan, tetapi barang-barang mereka berdua tidak ada yang menjaga.

Ya udah deh, bawa aja sekalian, batin Renia.

Drtt drrrt

Getaran ponsel membuatnya mengurungkan niat untuk berdiri. "Papa?" Alisnya mengernyit.

"Halo Pa, kenapa?"

"...."

"Hah? Jangan becanda deh, Pa." Bulu-bulu nyawa gadis itu sontak berdiri mendengar kabar mengejutkan dari sang papa.

"...."

"Renia sama Reylan segera nyusul ke sana."

"...."

Renia buru-buru mengambil barang-barangnya menyimpan asal di dalam tas. Dia tak punya waktu lagi. Dia segera berjalan ke lorong toilet. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar suara barang berhamburan dari arah bilik pria.

"Rey?" panggilnya.

Pintu itu diketuk pelan. Tak ada jawaban.

Ceklek

Renia membuka pintu bagaikan slow motion. Semoga saja tidak ada orang lain di sini, agar dirinya tidak dijuluki gadis mesum. Padahal dia hanya memeriksa bunyi apa yang terdengar dari dalam.

"Rey, cepet ke rumah sakit. Abang udah sa—"

Deg

SELF LOVEWhere stories live. Discover now