47. Delayed Kiss

3.3K 491 31
                                    

⚠️Tandai jika ada typo, etc

Sebelum memebaca, alangkah baiknya vote dulu. Juga ramaikan komentar tiap paragraf, ya. Thankies!

 Thankies!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BRAK

Keduanya terbaring membentur trotoar dengan Reylan yang setia memeluk erat Renia agar tidak ada yang lecet dari tubuh gadis itu.

Mobil tadi malah menabrak gerobak penjual bakso hingga berhamburan dan menancap gas tanpa menghentikan laju kecepatan sekalipun. Dia tetap melaju tanpa menghiraukan kekacauan yang telah dibuatnya.

"Aduh hati-hati dong! Percuma mobil bagus tapi matanya juling gak bisa liat jalanan. Huh, mana langsung pergi, gak tanggung jawab. Rugi ini mah!" pekik kang bakso frustasi sembari memungut sisa-sia barang yang masih bisa diselamatkan.

"Shit. Lo gak papa, kan? Gak ada lecet?" tanya Reylan cemas setelah beberapa detik menetralkan dirinya.

"Harusnya gue yang tanya itu sama lo. Lo gak pa-pa? Badan lo kebentur, Rey," ujar Renia sembari mengibaskan bagian celana dan kaosnya yang kotor.

"I'm okay. Huh, untung aja lo gak kenapa-kenapa. Gue gak bisa maafin diri gue sendiri kalo terjadi sesuatu sama lo dan gue gak bisa nyelamatin lo padahal gue ada di sana. Thank God." Lelaki itu menghembuskan nafasnya tampak lega.

Renia mengelus rahang tegas Reylan dengan lembut. "Gue selalu aman kalo ada di samping lo..." kata gadis itu menenangkan.

"Tapi belanjaan gue melayang semua, Rey! Nyebelin tu orang!" protes Renia setengah merengek. Dua kantong penuh berisi aneka macam snack itu terjatuh sia-sia. Lebih parahnya lagi, terlindas mobil yang hampir menabraknya.

"Gak pa-pa. Yang penting bukan lo yang dilindas. Makanan masih bisa dibeli tapi nyawa enggak," ucap Reylan penuh perhatian.

"Hm, tau, tapi sayang uangnya kebuang gitu aja!"

"Lain kali hati-hati kalo nyebrang, liat kanan kiri dulu. Batu sih jadi orang! Gimana kalo lo beneran ketabrak dan gue gak sempet nolongin lo? Jantung gue mau copot, Ren, gak boong. Serasa mau mati berdiri liat kayak gitu depan mata sendiri."

"Udah ih, kita balik ke mobil aja. Nanti gue minta tolong bodyguard Papa buat beliin lagi."

Reylan mengangguk setuju tentunya. "Sini gandeng. Gue masih was-was sama kejadian tadi. Gimana kalo keulang lagi terus lebih parah dari sebelum—"

"Diem, Reylan Carvigo Vlaanderon."

Omelan lelaki itu sontak berhenti ketika Renia menyebut nama panjanganya dengan raut datar. Ah, berarti perempuan itu sudah berada di ambang kekesalannya. Reylan menoleh kesal dengan batin yang berkomat-kamit. Namun, dia tidak berani menyuarakan gerutuannya itu.

SELF LOVEWhere stories live. Discover now