part 20

1.5K 260 4
                                    

Nama gadis itu Haura.

Masih satu kerabat dengan Anna. Ayah Haura adalah kakaknya ayah Anna. Mereka sepupu, tapi dengan sifat yang benar-benar bertolak belakang. Haura yang sangat mencintai keluarganya, sedangkan Anna tidak pernah percaya pada yang namanya cinta keluarga. Anna yang lebih suka kedudukan, sedangkan Haura menyukai perdamaian.

"Ramalan itu ayahku yang membuatnya," ujar Haura memulai pembicaraan.  "Setelah di khianati oleh paman, ayah menitipkanku di sebuah gunung. Di gunung itu, aku diajari cara membasmi monster."

Queen masih mendengarkan cerita Haura.

"Lalu setelahnya kami pergi kesebuah desa, warga disana sangat baik, aku benar-benar menyayangi mereka. Suatu hari, ada monster yang sangat kuat datang menyerang desa. Ayahku melawannya seorang diri. Aku mau membantunya, tapi sebuah dorongan sihir membuatku berpisah dengan ayah."

Nada bicara Haura memelan, gadis itu mencoba berdamai dengan gejolak di hatinya.

"Ayah tetap menunggu, dia yakin aku kembali, menyelamatkan desa, membasmi para monster." Haura memejam. "Tapi, sepertinya aku terlambat."

Queen mendelik. "Sangat-sangat terlambat tahu, terlambat 3 minggu!" Gadis itu berseru kesal.

"Aku min--"

Brak!

"Awas!" Seorang wanita bergaun biru berlari cepat, mendorong tubuh Queen kasar, membuat gadis itu terpental ke tembok sebuah bangunan.

"Dimana penyihir biadab itu?" Si gadis mengangkat ujung gaunnya bar-bar.

"Argh, lama-lama aku bisa gila," keluhnya sambil mengusak rambut.

Wajahnya cantik, tapi sifatnya tidak.

"Bwahahaha!" Queen meledakan tawa.

Kingsley mendelik. "Dih, siapa anda? Sok kenal banget," decihnya.

"Maemunah, kau melupakanku?" Queen mengulum senyum, menahan tawanya agar tidak meledak lagi.

"Astaga Queen!" Pria itu berteriak, menyeret kerah baju Queen kasar. "Seorang paman tua dan pasukannya berusaha menangkapku, tolong aku!" Kata kingsley panik.

"Hei, aku masih ada urusan dengan Haura!" Queen meronta, Haura melambaikan tangan. Kode bahwa dia akan baik-baik saja tanpa Queen.

"Kamu duluan saja, urusan kalian pasti lebih penting."

Melihat rambut ungu yang sangat mirip dengan milik Anna, Queen menghela nafas.

Dia harus menjaga gadis itu!

***

"Sepuluh tahun yang lalu, perang meledak di mana-mana. Awalnya, klan naga dan kerjaan berteman baik. Tapi, sebuah kejadian membuat sebuah keretakan besar di antara mereka." Pak tua--Louis bercerita sambil mengusap-ngusap janggut putihnya.

Awalnya, dia hendak menekan dua orang asing yang datang ke kotanya. Tapi, saat ini keadaan berbalik begitu cepat. Louis malah menjadi pemberi informasi untuk Kingslry dan Queen.

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Queen bersemangat.

Louis menguap. "Bersambung, aku mau tidur!"

Queen dengan emosi, menyentil bokong Kingsley. "Cahaya matahari keluarla--"

"Baiklah!" tukas pak tua Louis cepat. Melihat bokong Kingsley, Louis merasa sedang berhadapan dengan meriam perang paling menyeramkan. Dia baru tunduk setelah mengetahui kekuatan maha dashyat Kingsley

"Klan naga akan menyerang dan memporak porandakan sumber makanan kami, lalu setelah itu pasukan 'black' akan menghancurkan pertahanan benteng. Kami sangat kewalahan dengan apa yang menimpa akhir-akhir ini."

Mendengar kata black, Kingsley yakin itu adalah pasukan pemberontak di bawah kepemimpinan Hans dan sepupunya. Sang pangeran mengeram, berdiri dengan emosi hingga membuat Queen jatuh terpelanting.

"Kami akan ikut berperang!" Queen berdiri.

"Kalian ... bisa?" Louis terdengar tidak yakin.

Queen tersenyum bangga, menepuk-nepuk bokong Kingsley. "Amorlala berikanlah cahaya!" Tidak lama, cahaya keemasan merebak dengan cepat, menembus jendela lalu memotong dahan pohon pinus dengan sekali gesekan.

Kingsley mengernyit. "Hoeeek."

"Astaga, apa ini bau sekali!" Louis menatap heran pada Queen. Gadis itu mengaruk tengkuk, masa dia harus bilang bahwa kekuatan yang Kingsley punya hanyalah kentut ajaib?

"Itu adalah ... ee."

"Ha?"

"Maemunah ee!" teriak Queen lantang.

Sebelum Louis melayangkan tongkatnya pada Kingsley, pintu kaya di buka paksa. Membuat sebuah suara degumam yang cukup memekakan telinga.
Seorang pengawal bersujud.

"Lapor, dana raja belum sampai saat ini!"

Ini gawat.

"Gudang makanan terbakar."

Sangat gawat!

"Lalu ... pasukan Black sedang menuju ke sini."

Louis nyaris saja pingsan mendengarnya. Dia tidak mungkin menyuruh para penduduk pergi, karena mereka terikat kutukan.

"Mungkin kita bisa menahan pasukan black dengan 'pelindung' yang di punyai oleh Seira." Louis melihat setitik harapan. Si pengawal mengepalkan tangannya.

"Seira terkena racun es, jantungnya beku!" Pengawal itu terdiam sejenak. "Anda juga tahu kan, hanya api naga yang bisa menyembuhkan Seira?"

Queen menyela dengan berani. "Kami yang akan pergi!"

Louis menatapnya. "Ke ibukota untuk meminta bantuan raja?"

Queen menggeleng. "Kami akan kabur xixixi." Setelahnya tertawa konyol.

Queen : Penyihir Bobrok (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang