25

1.2K 239 0
                                    

"Lapor pak, gudang makanan sudah terbakar!"

Pria itu, Fabian, keponakan kaisar tersenyum puas. Di putarnya wine berwarna pekat di atas meja.

"Malam ini masih berisi Wine, besok akan terisi darah si bajingan Kingsley!"

Terlihat jelas dari raut wajahnya, Fabian sangat membenci sang pangeran.

"Saya juga membawa laporan tambahan, Tuan!"

Fabian menoleh. "Apa itu?"
Ì
"Sebaiknya kita menyerang mereka pagi-pagi sekali, saya mendengar kabar bahwa para laki-laki akan kehutan untuk mencari cadangan makanan dan memburu monster yang terluka!" Ujar prajurit bertopeng hitam itu, dia sangat bertekad saat mengatakan hal tersebut.

Fabian terkekeh. "Aku suka kinerja dan semangatmu." Pria itu mengelus dagu.

"Jika begitu, kita sergap pagi-pagi dan tawan anak
-anak," ujar Fabian melanjutkan.

Prajurit bertopeng menganguk.

"Tangkap juga para wanita, sepertinya Hans butuh hiburan. Dia sudah bekerja keras selama ini, para wanita akan menemani malam perayaan kemenangan kita" Sambung Fabian, di susul oleh tawa kejamnya.

Ah, darimana mereka dapat kepercayaan diri sebesar itu?

***
Hans resah

Dia pernah membocorkan rahasia besar pada seorang wanita yang tidak jelas asal-usulnya.

Bagaimana jika dia mata-mata musuh? Haruskah dia jujur pada Fabian?

Tidak!

Hans sudah berjalan sejauh ini, dia tidak mau membuat Fabian murka dan menghilangkan kesempatan emas untuk menjadi duke.

Lagipula, apa yang akan berubah jika informasi itu bocor? Pasukan IceCity pasti tidak punya peluang untuk mengalahkan mereka. Karena, Fabian punya penyihir hebat.

Hans akhirnya tenang, dia mengeratkan pegangan pada tali kudanya. Lalu, gerbang IceCity terlihat dibalik kabut-kabut tipis.

Sepi ....

"Kemana ini? Apa ini jebakan?"

"Sepi sekali! Sepertinya mereka sudah merencanakan sesuatu!"

Teriakan pasukan black terdengar ricuh.

"Diam!" Teriak Fabian. "Prajurit 132, periksa pos penjaga!" Perintahnya.

Yang di perintahkan mendekat dengan waspada, dia tidak melihat ada yang aneh. Selain bocah lelaki kecil yang meringkuk sambil memegang perutnya.

"Lapar," gumamnya.

Prajurit itu tertawa. Dia dengan enteng menoleh pada Hans yang menunggu. "Hanya bocah lelaki kecil yang kelaparan!"

Hans mulai merasa tidak enak.

Apalagi, saat prajurit nomor 132 mengangkat bocah tersebut. Semua tidak merasa terancam selain Hans yang tiba-tiba mundur sambil menjerit.

"SEMUANYA MENYINGKIR!"

Bocah lelaki kecil itu menarik seulas senyum, mata birunya bercahaya dibalik rambut hitam legam yang menutupinya.

"Semuanya serang!"

Sebuah portal muncul dari arah belakang, disusul oleh pasukan bersenjata lengkap yang  dengan sigap langsung menyerang.

Queen pikir, dengan menyerang pasukan belakang yang bertugas sebagai penyerang secara mendadak akan membuat pasukan musuh terpecah belah.

Tapi, perkiraan Queen sedikit meleset.

"Ajdjisamnsialansjd!"

Karena, pasukan musuh punya penyihir.

Queen : Penyihir Bobrok (TAMAT)Where stories live. Discover now