bab 15

290 54 171
                                    

"Ini alasan lo ngadain rapat dadakan Nin?" Jayden langsung mencerca nina setelah mereka sampai diruangan Osis.

"Maksud lo apa?" Nina yang berdiri angkuh di depan meja sekretaris balas bertanya.

"Apa lo akan bertingkah tidak tau seperti ini? Lo ngirim chat di grup Osis nyuruh kita ngumpul buat rapat penting. Ternyata rapat penting yang lo maksud itu, benar benar ngga guna buat dibahas. Tapi dibelakang, lo malah nyuruh sahabat lo buat nyakitin mikayla. Lo waras? Mikayla salah apa sama lo?

"Lo jangan sembarangan kalo ngomong. Gue ngga pernah nyuruh siapapun buat nyakitin cewek lo!" Nina menekan kata katanya, emosinya benar benar tersulut.

"Gue anggap omongan lo bener. Gue ngga peduli sekalipun lo sahabat gue kalo benar lo dalang dari kejadian ini!"

"Lo nuduh gue? Dikasih apa lo sama cewek itu, sampai lo bisa bertindak sejauh ini ke gue? Otak lo benar benar udah dicuci sama cewek murahaan itu."

Jayden mengeram marah mendengar perkataan nina. Dia menatap tajam wajah cantik gadis itu, dan tanpa berkata kata lagi, jayden langsung berbalik meninggalkan nina sendirian di ruang Osis

Di depan ruang osis sudah berdiri ketiga sahabatnya. Melihat wajah merah padam jayden, mereka yakin kalau laki laki itu sedang menahan emosinya.

"Gimana keadaan mereka?" Jayden mengusap wajahnya kasar

"ekhm" aldo berdehem untuk menetralkan situasi canggung diantara mereka. "Mereka bertiga sudah dibawa ke Rumah Sakit tadi. Dan gue denger, orang tua mereka mau menuntut cewek lo."

Jayden membulatkan matanya terkejut, kepalanya tiba tiba sakit mendengar laporan aldo.

"Gimana keadaan mereka?." Lagi jayden bertanya memastikan.

"Parah sih Jay. Si Angel telinganya sampai keluar darah, mungkin gendang telinganya pecah. Si Tari hidungnya patah, trus si Mira tulang pipinya retak. Makanya dokter sekolah langsung nyaranin rujuk ke RS aja, biar cepat ditangani." Ghazi menimpali

"Gila sih, cewek lo badas abis. Keren tuh cewek, Angel yang katanya jago beladiri aja sampai terkapar gitu. Diapain ya sama si Mika?" Arvin berkata dengan intonasi puasnya. "Lagian Angel dan teman-temannya wajar digituin, dia kan kalo ngebully ngga main main. Bikin pingsan anak orang aja udah pernah." arvin masih melanjutkan perkataannya

"Masih dendam aja lo sama si Angel? Bukannya dia mantan terindah lo?" Aldo menaikkan alisnya memandang arvin

"Itu dulu, tapi setelah negara api menyerang, ogah gue ngakuinnya. Dia bikin rusak list permantanan gue."

"alaaaahh, bacot." Ghazi bergumam, membuat Arvin melotot kesal

🍀🍀🍀

Sekarang Mikayla sudah duduk nyaman di balkon apartemen Jayden, setelah tadi sore laki laki itu menjemputnya di salon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekarang Mikayla sudah duduk nyaman di balkon apartemen Jayden, setelah tadi sore laki laki itu menjemputnya di salon. Sedangkan sang pemilik apartemen sedang keluar ke minimarket bawah membeli cemilan.

Beberapa kali gadis itu menguap, dia terlihat lelah karna seharian berada diluar rumah. Apalagi sebelum pulang tadi, mereka sempat mampir makan. Jadi,  perut kenyang dan kelelahan adalah perpaduan yang pas untuk mata mengantuk, apalagi ditambah angin sore yang sejuk membuat matanya sulit diajak berkompromi.

Sedangkan Jayden yang sudah selesai berbelanja, keluar dari minimarket dan berniat untuk naik ke unit nya. Tapi penampakan gadis yang berdiri di depan lift membuat dia berjalan lebih cepat lagi.

"Lo ngapain disini  Na?."

Gadis itu tersentak kaget. Dia langsung membalikkan badan dan berhadapan dengan Jayden  yang berdiri di belakangnya. Senyum lebar terpatri diwajah cantik Nina

"Lo habis dari mana, Jay? Gue telepon dari tadi kenapa ngga diangkat? Trus itu apa?" Dia bertanya sambil menunjuk kantong yang dibawa Jayden.

"Cemilan." Jayden diam tanpa mau melanjutkan pembicaraan.

Pintu lift yang terbuka membuat mereka kembali menghadap ke depan. Nina masuk ke dalam menunggu Jayden untuk ikut masuk. Tapi laki laki itu tetap bergeming ditempatnya tanpa berniat untuk melangkah sedikitpun. Nina yang menyadari sikap aneh Jayden langsung keluar dari lift dan kembali berdiri di depan Jayden.

"Lo kenapa sih? Ayo naik, gue udah pegel berdiri dari tadi." gadis itu memberenggut kesal.

Seharusnya Jayden akan senang melihat wajah kesal Nina, dia akan tersenyum dan mencubit pipi gadis itu setiap kali dia bertingkah imut. Tapi tidak tau sejak kapan wajah itu terlihat memukkan dimata Jayden. Dia benar benar merasa kesal dengan wajah manipulatif itu.

"Sorry, kayaknya lo ngga bisa naik sekarang." Jayden menjawabnya dengan tidak enak.

Nina mengerutkan alisnya bingung, jawaban jayden terdengar aneh di telinganya.

"Kenapa? Sejak kapan gue dilarang naik ke apartemen lo lagi?"

"Diatas ada Mikayla. Gue ngga mau dia salah paham kalo liat lo datang."

"Ck, sejak kapan sih lo kayak gini, Jay?" Nina berdecak kesal, raut wajahnya terlihat menahan marah.

"Na, please jangan mulai. Gue lagi capek sekarang." Jayden menyugar rambutnya frustasi. Emosinya kembali kala mengingat kejadian di sekolah tadi.

"Lo masih marah soal kejadian tadi siang?" Nina bertanya menyelidik. "Gue ngga ada sangkut pautnya sama kejadian itu, Jay. Please lah, ngga usah mempermasalahkan masalah sepele kayak gini."

"Masalah sepele lo bilang!" emosi Jayden mulai tersulut. "Temen-temen lo masuk rumah sakit, lo bilang sepele? Cewek gue babak belur, dan lo anggap itu sepele?  Ckck bukan main lo. Lo berubah, Na. Gue ngga tau mulai kapan gue ngerasa ngga nyaman sama sifat lo. Gue udah ikutin mau lo, jadi berhenti ngerecokin hubungan gue. Apapun yang terjadi, itu urusan gue. Berhenti ngatur gue, berhenti urusin urasan gue. Gue bukan cowok lo!"

Nina bergeming di tempatnya. Kedua tangannya mengepal menahan emosi, wajahnya sudah merah padam, dan Jayden menyadari perubahan emosi itu.

"Lo ngga bisa lepas dari gue, Jay ... Sampai kapanpun! Dan ingat, apa yang lo mulai sekarang, harus lo akhiri secepatnya. Lo udah janji sama gue tentang itu." Nina berucap tegas,

"Berhenti bertingkah kekanakan, Nina!" Jayden menggeram marah. "Gue ngga pernah janjiin lo apapun, lo yang nyimpulin itu sendiri. Jadi please, berhenti bertingkah menyebalkan seperti ini. Dan tolong, berhenti ganggu Mikayla."

Setelah mengatakan itu, Jayden beranjak masuk ke dalam lift. Sebelum lift tertutup, jayden kembali menatap Nina yang masih terdiam di depan lift. "Pulang Na, gue bener bener ngga pengen Mika salah paham. Sorry, gue ngga bisa antar lo balik." Setelah mengatakan itu, pintu lift langsung tertutup.

"aaakkh, brengsek!!" Nina berteriak marah. Beruntung, lobi apartemen sedang sepi, jadi tidak ada yang menyadari pertengkaran mereka. "Lo ngga bisa lepas dari gue, Jay. Kalo lo ngga bisa, gue sendiri yang akan buat lo putus sama cewek itu," 'karna lo, cuma buat gue Jayden Keitaro' batinnya dalam hati.

 Kalo lo ngga bisa, gue sendiri yang akan buat lo putus sama cewek itu," 'karna lo, cuma buat gue Jayden Keitaro' batinnya dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Nina cantik, yang katanya sahabat abang Jayden😌

To be continue....

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang