bab 23

296 49 231
                                    

Sorry, masih banyak kesalahan penulisan, revisi setelah tamat.☺

Sekarang Mikayla tengah berada dikamar Jayden. Merebahkan diri di atas sofa abu abu tua sambil berselancar di dunia maya. Sedangkan Jayden duduk bersila dibawah lantai yang beralas karpet bulu lembut sambil menghadap TV 42 inc beserta stick PS ditangannya.

Sesekali terdengar umpatan kecil dari bibir Jayden ketika jagoannya kalah atau bermasalah, Mikayla mana paham dengan permainan bola seperti itu. Hanya tangan kirinya yang berada diatas rambut lelaki itu akan langsung bereaksi  menjambak keras ketika terdengar umpatan.

Seperti sekarang ini, Jayden lagi lagi merasakan tarikan kuat dirambutnya ketika secara reflek dia mengumpat. "Ish, sakit ya Allah!, lama lama aku botak love kalo bentar bentar rambut aku dijambak gini." Jayden berbalik sambil mendelik kesal pada kekasihnya.

Mikayla tetap cuek tanpa peduli tatapan kesal dari Jayden, dia tetap melanjutkan acara mencrol akun instagramnya sambil tangannya tetap memijit pelan kulit kepala Jayden. "Makanya itu mulut jangan dipake buat ngumpat bee, ngga baik."

"Aku kan ngga sengaja." Jayden berucap dengan tetap melanjutkan permainannya.

Mikayla mendengus, "Ngga sengaja apaan yang berkali-kali, gitu. Itu sih kebiasaan namanya."

"Ngga kebiasaan juga love. Mulut aku cuma dipake buat cium kamu doang ini."

"Ngga usah diperjelas!"

Mendengar nada kesal dari Mikayla, Jayden langsung mempause gamenya. Dia memiringkan duduknya agar menghadap langsung kearah Mikayla yang berada diatas sofa.

"Tapi kan aku ngomongin kenyataan." Jayden berucap sambil menaik turunkan alisnya seolah mengejek Mikayla. Jangan lupakan senyum mesum yang terpatri diwajah tampan lelaki itu.

"Iya, tapi ngga usah diperjelas juga bee, ya Allah!" Mikayla mendelik sinis ke arah Jayden.

Tanpa aba aba, Jayden langsung menggelitik perut Mikayla membuat gadis itu memekik keras. Dia berusaha mengahalau tangan Jayden tapi malah membuat gelitikan itu semakin kuat membuat suara tawa Mikayla menggema di kamar itu.

"Bee udah, udah. Aku nyerah!" Mikayla lagi lagi menghalau tangan Jayden.

Jayden menghentikan aksinya, tangannya mengusap usap perut Mikayla yang tadi digelitiknya. Napas gadis itu terdengar tidak teratur, suaranya masih ngos ngosan seperti habis lari keliling lapangan bola.

Mikayla memukul pelan pundak Jayden, bibirnya maju karna kesal. "Tanggung jawab ya bee, perut aku kram gara gara kamu nih."

"Iya, iya. Ini kan aku lagi tanggung jawab sayang." Jayden menjawab sambil tangannya tetap mengelus perut Mikayla. Sesekali bibirnya akan mendarat di permukaan perut Mikayla, memberikan kecupan kecupan kecil disana. Membuat Mikayla merasa geli dan tidak dipungkiri, mikayla senang merasakan itu.

"Love?" Jayden memanggil pelan kekasihnya yang telah memejamkan mata. Mungkin dia merasa nyaman karna elusan di perutnya.

"Hm..."

"Nanti kalo kita udah nikah terus punya anak, aku pengen dipanggil chichi."

Mikayla yang mendengar perkataan kekasihnya sontak membuka mata. Dia menatap Jayden yang melirik perut Mikayla sambil bergumam pelan. "Disini tempat anak kita bobo selama sembilan bulan nanti. Muat ngga ya? Perut kamu kan kecil gini?"

Mikayla menepuk pelan tangan Jayden yang menekan perutnya. "Kamu ngga lagi kesambet kan bee? Ngaco banget ngomongnya."

"Ck, kamu merusak imajinasiku love."

Hallo, MikaylaWhere stories live. Discover now