Bab 28 Warning 17+

457 42 207
                                    

Warning 17+

Mikayla menangis keras di pelukan Jayden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mikayla menangis keras di pelukan Jayden. Entah itu tangisan kerinduannya, ataukah tangisan kesakitannya.

"Kenapa, hm?" Jayden semakin erat memeluk tubuh kekasihnya, dia sangat merindukan Mikayla. Seminggu tanpa kabarnya membuat Jayden kelimpungan sendiri. Dia mencari keberadaan gadis itu sampai ke penjuru kota Bandung, tapi nihil. Beruntung ada seseorang yang membantunya. Ah, bukan membantu sih, lebih tepatnya Jayden yang memaksanya.

Jangan berpikir Jayden tidak khawatir, jangan berpikir Jayden tidak memikirkan Mikayla. Bahkan seminggu ini bisa dihitung jam dia tidur. Pikirannya kacau, dia menyadari ada yang aneh dengan Mikayla, tapi dia tidak tau apa itu. Jayden sama seperti laki-laki kebanyakan, tidak mengerti wanita dengan segala kodenya. Apalagi Mikayla mematikan ponsel sehingga Jayden sangat sulit untuk menghubunginya.

"Hei ... love." Jayden berusaha meregangkan pelukan mereka, tapi dekapan Mikayla terlalu erat sehingga Jayden membiarkannya saja. laki-laki itu membelai surai hitam panjang milik kekasihnya, sesekali dia mencium puncak kepala gadis itu. "Kamu sekangen ini sama aku?" Jayden berucap yang hanya dibalas anggukan oleh Mikayla.

Perlahan Mikayla melepaskan pelukannya, dia menatapa wajah Jayden lamat-lamat. Meneliti wajah pucat kekasihnya, kantong mata terlihat menghitam, juga wajahnya yang terlihat sedikit tirus.

Jayden mengusap bekas lelehan air mata di kedua pipi Mikayla, lalu mencium kening gadis itu lama. Kemudian ciumannya beralih ke kedua pipinya, lalu puncak hidungnya. Terakhir pada bibir Mikayla, bibir yang membuatnya candu, bibir yang dia rindukan seminggu ini. Aah, betapa dia sangat haus, dan sekarang dia sedang menyalurkan dahaganya.mencium Mikayla dengan intens, penuh kelembutan, tanpa ada nafsu di dalamnya. Seolah bibir Mikayla adalah mata air yang berada di gurun pasir, dan baru ditemukan oleh Jayden yang seorang musafir.

Keduanya sama-sama melepaskan tautan bibir mereka setelah merasakan pasokan oksigennya berkurang. Helaan napas mereka terdengar tidak beraturan. Mikayla kembali memeluk Jayden, mendekapnya erat seolah takut kehilangan, atau mungkin ini keinginan janinnya. Yang pasti, Mikayla sangat merindukan Jayden, merindukan wanginya, ciumannya, juga sentuhannya. Sial, hormon kehamilan benar-benar menguasainya sekarang.

Keinginannya untuk bercinta sangat besar, mungkin karna seminggu tidak bertemu dan mereka sedang perang dingin. Bukan ... bukan Jayden yang ikut melakukan perang dingin, karna laki-laki itu tidak merasa berbuat salah. Tapi Mikayla yang melakukannya sendiri, sengaja menghindari Jayden dengan menghilang, dan juga mematikan ponselnya. Terkutuklah bagi yang meneror Mikayla, gadis itu akan membuat perhitungan kalau dia sudah menemukan orang itu.

Mikayla naik ke atas pangkuan Jayden. Kembali mencium laki-laki itu, tapi kali ini ciumannya terasa kasar dan tergesa-gesa. Kedua kakinya melilit pinggang Jayden, tautan bibir meraka terlepas sesaat karna Mikayla menarik ke atas kaos yang di pakai Jayden membuat laki-laki itu bertelanjang dada. Sebelah tangan Mikayla meremas lembut rambut Jayden, dan sebelahnya lagi meraba pelan dada dan perut laki-laki itu. Jayden juga melakukan hal yang sama, tidak ingin munafik, dia menginginkan Mikayla sekarang, sangat. Ciuman mereka sangat intens, hisapan dan kuluman terus terjadi. Mereka seperti berperang dengan waktu, siapa yang lebih dulu kalah.

Ciuman Jayden turun ke leher jenjang kekasihnya, memberikan ciuman basah di sana, mengigit lalu menghisapnya kuat untuk membuat tanda kepemilikan, membuat Mikayla mengerang nikmat. Suara Mikayla yang mendesah itu membuat Jayden semakin bersemangat, tangannya perlahan masuk ke dalam lingerie maroon yang sangat kontras dengan kulit putih pucat Mikayla membuat gadisnya terlihat lebih sexy. Meraba pelan perut Mikayla yang terasa sedikit menonjol, mungkin Mikayla banyak ngemil dan tidak pernah olahraga selama disini sehingga perutnya sedikit buncit, pikir Jayden. Tangannya perlahan naik ke atas, meraba dan memelintir pelan puncak dada Mikayla membuat gadis itu mengerang.

Berkali-kali dia memanggil nama jayden di sela desahannya, bergerak liar diatas paha Jayden membuat laki-laki itu juga mengerang di sela ciumannya di leher Mikayla. Mikayla merasakan bagian bawah Jayden sudah mengeras, meronta minta di lepaskan, dan Mikayla sangat menyukai saat-saat Jayden yang seperti ini.

Ciuman Jayden terhenti, laki-laki itu kembali menatap Gadisnya tanpa melepaskan kedua tangan yang masih berada di atas dada Mikayla. Sambil meremas pelan dan memelintir puncak dada Mikayla yang terasa sedikit lebih besar dari terakhir dia memegangnya.

Memandang wajah Mikayla yang bergairah semakin memacu tangan Jayden untuk bekerja lebih keras. Melihat wajah cantik yang memerah bergairah di selingi desahan panas Mikayla membuat Jayden benar-benar terangsang, ditambah Mikayla yang menggigit pelan bibirnya menjadi titik kelemahan Jayden.

"Love, please jangan kayak gini. Aku ngga kuat." Jayden berbisik di depan bibir Mikayla, menatap lama bibir yang membengkak itu. Mikayla menyadari arah pembicaraan Jayden, dia pun menginginkan hal yang sama. Pandangan mereka beradu, mata sayu dengan kabut gairah itu sudah menjelaskan semuanya.

Tangan Jayden berhenti, berniat meloloskan lingerie itu dari tubuh mungil kekasihnya sebelum dia mendengar pintu kamar Mikayla di buka dari luar, Jayden dan Mikayla reflek menoleh ke arah pintu. Disana, mereka melihat mbok Narti sedang menunduk dalam. Mungkin wanita tua itu malu setelah memergoki majikannya sedang bersama laki-laki yang setengah telanjang di kamar.

"Kenapa mbok," Mikayla akhirnya memecahkan suasana canggung itu. Dia perlahan turun dari pangkuan Jayden, lalu menyambar air minum di atas nakas. Jayden juga langsung menyambar kaosnya yang sudah tergeletak di lantai dan memakainya cepat-cepat.

"Maaf Non, Aden. Mbok udah panggil dari tadi, tapi ngga ada yang jawab. Mbok kira non Mika dan Aden lagi tidur.

"Ngga apa-apa mbok. Sebenarnya kami memang mau tidur." Mikayla menjawab santai dan terkesan ambigu, membuat Jayden yang sedang menandaskan sisa minuman Mikayla langsung tersedak. Laki-laki itu terbatuk keras, dia mendelik menatap Mikayla yang terlihat menahan tawa sambil menepuk punggungnya.

"Eh, gitu ya Non," mbok Narti tersenyum kikuk. "Mbok cuma mau nanya, mau makan malam pake apa biar di masakin."

"Ngga usah Mbok, kita mau makan malam di luar aja."

Setelah mendengar perkataan Mikayla, Mbok Narti berpamitan dan menghilang dari balik pintu.

"Kamu mandi duluan, Bee. Kamu bawa baju ganti kan?"

Jayden mengangguk dan beranjak dari tempat tidur. Tidak berniat membantah ucapan Mikayla yang menyuruhnya mandi, padahal dia ingin beristirahat sebentar. Badannya sakit semua, efek beberapa hari tidak pernah tidur nyaman.

Mikayla kembali duduk menyandar di headboard, menatap ke arah luar balkon, suasana mendung sangat terasa, mungkin sebentar lagi akan hujan. pikirannya berkelana kemana-mana. Dia berpikir, apa tujuan orang itu meneror Mikayla, mengirimkan foto-foto lama Jayden dan gadis itu. Ya, Mikayla tau itu foto lama, karna Jayden tidak seculun itu sekarang, kecuali foto yang pertama orang itu kirim.

Mikayla akan percaya pada Jayden, dia tidak ingin orang yang menerornya itu menang. Karna yang diharapkannya itu sudah pasti putusnya hubungan mereka. Lagi pula, hanya karna foto-foto lama dan sepotong percakapan, itu tidak akan bisa menjadi bukti kalau Jayden berselingkuh. Ya, Mikayla akan percaya Jayden. Harus, demi bayi mereka. Iya kan? Harus kan Mikayla percaya Jayden? Mikayla meyakinkan dirinya sendiri.

Ah, mengenai bayi ini, Mikayla belum mau memberitahunya pada Jayden. Mungkin nanti, saat urusannya sudah selesai.

Yeah, akhirnya. Setelah sekian lama, Mikayla dan Jayden back. Semoga tidak ada yang lupa mereka berdua😌

To be Continue🍑

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang