bab 24

260 62 395
                                    

Sorry, masih banyak kesalahn penulisan. Revisi setelah tamat ☺

Sekarang meja dan kursi sudah digabung, yang semula berisi Arvin dan sahabatnya ditambah dengan Mira. Iya ... Mira, si gadis pembully itu. Entah kenapa ada gadis itu di antara Arvin dan yang lainnya. Bukankah Arvin sangat membenci Mira? Mikayla tidak mau memikirkan tentang Mira yang berada di circlenya Arvin, yang Mikayla pikirkan sekarang, kenapa Arvin ada disini. Padahal tadi Jayden jelas jelas mengatakan akan menjemput dan mengantar Arvin pulang karna ban mobil lelaki itu yang bocor.

"Lo ngga bareng Jayden Ka?"

Mikayla hanya mengedikkan bahu. Tanpa harus menjelaskan, seharusnya mereka tau kalau Mikayla datang sendiri.

"Pertanyaan yang sia-sia. Lo ngga liat sohib gue sendirian nih." Chaca berucap sewot, sepertinya dia masih dendam.

"Yang sopan be, dia lebih tua dari kita."

"Emangnya harus ya?"

"Harus lah. Attitude itu penting, di sekolah kita diajarkan sopan santun, beretika, saling menghargai dan menghormati sesama." Mikayla menjeda ucapannya, dia menatap Mira yang terlihat mengalihkan pandangan mereka. Ya ... Kecuali ada yang main fisik duluan sih, lo boleh bikin dia nginap di Rumah Sakit berminggu minggu."

Seketika meja tempat mereka duduk berubah hening, semua saling melirik. Tiba tiba terdengar tawa garing dari Dina, "Jangan bilang, lo baru masukin orang ke Rumah Sakit lagi?" pertanyaan tepat terarah buat Mikayla yang sialnya memang benar itu, membuat ketiga sahabatnya kembali menganga.

"Benaran Kay?" kali ini pertanyaan berasal dari Pricil. "Mana yang lebih parah dari si Barry?" sambil bertanya, terdengar tawa keras dari ketiga sahabatnya itu.

Mikayla hanya mengedikkan bahunya pura pura polos dengan memandang ketiga laki laki yang menatapnya dengan ngeri, minus Mira yang sudah menundukkan kepalanya. Tidak berani membalas pandangan Mikayla yang sedari tadi tidak pernah lepas darinya.

"Gila sih, makin ngeri aja lo. Bagus, bagus. Asalkan lo ngga duluan bully orang aja."

"Sorry bestie, gue bukan pembully. Lo semua tau kan kalo gue paling masa bodoh dengan omongan orang. Tapi kalo orang udah main fisik ke gue, gue bakal balas lebih dari itu. Karna tubuh gue adalah milik gue sendiri, ngga ada seorangpun yg boleh menyakitinya."

"Sial, gue mau menyangkal tapi ngga bisa be, omongan lo semuanya bener soalnya." lagi lagi Chaca tertawa keras. "Gila sih orang yang ngebully lo, gadis yang menguasai segala jenis Olahraga dilawan. Untung aja ngga dibikin mampus."

Mira tiba tiba terbatuk keras, dia menepuk dadanya pelan agar batuknya reda, Ghazi sigap memberikan air mineral yang berada tepat di depannya. Sedangkan Arvin dan Aldo yang dari tadi berusaha menyembunyikan tawanya akhirnya kelepasan juga. Padahal dari tadi mereka hanya jadi pendengar dan penyimak obrolan keempat gadis itu.

"Btw, tumben banget lo ngajak kita ngumpul gini be. Perasaan lo udah punya cowok deh? Tumben ngga bareng dia."

"Baru putus kemarin."

Mikayla memicingkan mata menatap Chaca, "Lo selingkuh ya?"

Chaca mendengus mendengar tuduhan tidak mendasar Mikayla. "Enak aja, gue gini gini tipe cewek setia bestie, malah si cicak itu yang ketahuan selingkuh."

"Kok bisa."

"Hm, gue pergoki dia lagi jalan sama selingkuhannya."

"Kok lo ngga cerita ke kita sih? Padahal setau gue, dia kan bucin banget sama lo."

"Alah, si bangsat itu. Depan gue bucinnya Masyaallah, tapi depan cewek lain ngakunya jomblo. Emang anjing sih. Makanya lo lo pada, ngga usah percaya sama cowok. Percayanya sama Allah SWT aja."

Hallo, MikaylaWhere stories live. Discover now