bab 17

384 47 190
                                    

Kemarin udah uwu uwuan, sekarang waktunya serius guys😁

Happy reading ya...

Setelah tadi malam dia mendengar ceramah panjang lebar ibu perinya aka Sairish gara gara merah merah dileher sampai tidurnya terganggu, yang berimbas dengan sakit kepalanya dipagi hari ini. Dan Sekarang dia harus berhadapan dengan orang tua dari mereka yang berkelahi dengannya kemarin. Lengkap sudah hari buruk Mikayla.

Dia duduk di sofa ruang kepala sekolah dengan Sairish sebagai walinya. Ya, mau bagaimana lagi. Mamanya sedang keluar negeri, sedangkan asisten Sairish sedang ada rapat pagi ini yang tidak bisa ditinggal. Dari pada ajak mbok Sum atau pak Udin yang pasti akan dibantai habis sama orang tua ketiga gadis bermasalah itu, lebih baik ajak Sairish. Walaupun umurnya lebih muda dari Mikayla, tapi dia lebih bisa dipercaya dari siapapun.

"Ini bagaimana pak James. Saya ngga bisa biarin anak saya menderita seperti itu. Anak saya sampai harus operasi hidungnya karna patah." terdengar suara salah satu wali murid yang diketahui sebagai ibu dari Tari tersebut.

"Iya pak, saya akan laporkan kejadian ini ke pihak yang berwajib. Kejadian ini ngga bisa dibiarin begitu saja. Saya takut nama sekolah ini akan tercoreng karna ulah murid yang tidak beretika seperti ini." lagi suara wali murid, kalau yang ini ibu dari si ratu bully alias Angel.

Mikayla maupun Sairish hanya diam mendengarkan berbagai rentetan ucapan yang bernada sindiran dan makian dari keenam pasangan suami istri itu. Sedangkan kepala sekolah, juga pak Harto selaku guru BK hanya bisa diam mendengarkannya.

"Heh, kenapa kamu hanya diam. Tidak punya mulut kah kamu, mana walimu? Kenapa anak kecil ini yang kamu ajak. Benar benar tidak punya sopan santun sekali kalian berdua. Kalian ingin mempermainkan kami hah?" Ibu angel kembali bersuara sambil menuding Mikayla dan Sairish yang masih diam tidak merespon.

"Ibu, tolong tenang dulu ya. Bagaimana kita bisa menyelesaikan permasalahn kalau semuanya marah marah seperti ini." pak James terlihat kewalahan menghadapi suara wali muridnya.

"Bagaimana kita bisa diam saja pak James, anak anak kami terluka. Dan itu perbuatan bar bar anak ini!" Ibu tari kembali menuding Mikayla

"Apa perlu saya laporin ke wartawan soal kasus bullying di sekolah ini pak? Sepertinya bapak tidak bisa bertindak tegas dengan kejadian ini." sekarang ibunya Mira yang bersuara. "Anak saya trauma ke sekolah, dia dilecehkan di depan murid murid yang lain. Dia ditampar dan dirobek seragamnya, Menurut bapak, apa saya akan diam saja? Suami saya punya kenalan orang media, anda tunggu saja berita viralnya!." lagi lagi ancaman terdengar membuat pak James dan pak Harto menelan ludahnya gugup.

Sairish yang mulai jengah dengan ucapan ucapan kasar disekitarnya perlahan menegakkan badannya, dia berdehem sebentar sebelum bersuara. Membuat fokus orang orang dewasa itu kini beralih kepadanya.

"Sebagai wali dari Mikayla. Apa saya sudah boleh berbicara?" Sairish bertanya dengan sopan, sambil memamerkan senyum manisnya.

Ketiga ibu ibu itu mendengus kesal, sedangkan para suaminya hanya menatap Sairish dan Mikayla dengan datar.

"silahkan nak Sairish." Pak James akhirnya bersuara. Beliau menyeka keringat di keningnya, terlihat sekali wajah tertekan dan serba salahnya.

"Oke ... Untuk bapak dan ibu semua. Pertama, saya minta maaf atas nama saudara saya Mikayla, atas perbuatannya membuat anak-anak anda terluka. Saya akan sangat berterima kasih sekali kalau masalah ini bisa kita selesaikan dengan jalan damai saja. Bagaimana menurut bapak dan ibu semua?"

Tiba tiba salah satu bapak yang berpakaian ala pejabat elit politik yang kalau Sairish tidak salah ingat adalah ayah dari siswi yang bernama Mira itu menggebrak meja hingga kaca meja itu pecah berkeping keping. Mereka yang berada disitu semua terlonjak kaget, pecahan kaca berserakan dimana mana hingga ada yang mengenai kulit kaki Sairish dan Mikayla.

Hallo, MikaylaWhere stories live. Discover now