Bab 38

348 25 159
                                    

Jayden terbangun dari tidur saat mendengar bunyi alarm berkali-kali yang berasal dari ponselnya sendiri. Dengan malas, pria itu menggeser tubuhnya untuk mematikan suara berisik itu.

Perlahan jayden membuka kelopak matanya yang masih sangat berat, melihat sisi tempat tidurnya yang sudah kosong. Bahkan saat di raba, sisi itu sudah terlalu dingin. Mungkin Mikayla di kamar mandi pikirnya. Melirik sekilas jam yang ada di ponselnya yang sudah menunjukkan angka 05.55 wita.

Jayden bangkit dari kasurnya tanpa menggunakan apa-apa, boxer nya bahkan masih tertinggal di pantry. Jayden berlalu ke kamar mandi untuk mengecek keberadaan Mikayla.

"Love, kamu di dalam?"

Jayden mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali. Karna tidak ada jawaban, dia perlahan membuka pintu berwarna coklat itu.

Kosong.

Tidak ada siapa-siapa di dalam.

"Apa dia di luar?" Jayden bergumam pelan. Laki-laki itu berjalan ke arah shower, membuka kran air untuk mandi. Dia harus membersihkan diri dulu sebelum keluar kamar, mungkin saja kekasihnya sedang memasak di pantry.

Jayden keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya. Melirik sekilas ke arah tempat tidurnya yang masih berantakan, lalu berjalan ke arah walk in kloset.

Sebelum memakai seragam, Jayden lagi-lagi meneliti tubuhnya di depan cermin. Laki-laki itu terkekeh pelan melihat banyaknya kismark di dada dan lehernya. Dia geli sendiri menyadari bagaimana liarnya mereka berdua semalam. Bahkan kismark di tubuhnya tidak sebanding dengan yang ada di tubuh kekasihnya.

"Mika bener-bener bikin gue gila." Kekehnya pelan, "trus ini gimana cara nutupinnya?" Jayden bergumam sambil meneliti keadaan lehernya yang terdapat beberapa kismark."

Laki-laki itu terpaku, saat menyadari jari manisnya yang tidak lagi kosong. Jayden tersenyum lebar menyadari apa yang tersemat di sana. Semalam, sebelum mereka benar-benar tidur, Jayden menyematkan cincin di jari manis Mikayla, membuat perempuan itu kembali menangis, memeluknya erat sambil menggumamkan kata cinta, dan kembali menciumnya dengan panas. Rasa-rasanya, yang semalan itu seperti bukan kekasihnya saja. Mikaylanya yang lembut akan berubah liar jika sedang bercinta. Dan jujur, Jayden sangat tergila-gila dengan hal itu. Sisi agresif yang ditunjukkan dan dinikmati hanya oleh Jayden saja.

Rasanya hidup Jayden sudah sempurna saat melihat raut bahagia terpancar dari wajah Mikayla. Jayden memesan cincin itu jauh-jauh hari, tapi baru sempat dia sematkan di jari manis kekasihnya semalam. Cincin yang dia desain sendiri, yang hanya akan ada sepasang di dunia.

"Love, ini kissmark aku gimana cara nutupinnya?"

Jayden berteriak saat dia keluar dari kamar tidur dengan menenteng dasinya, berniat untuk menyuruh Mikayla memasangkannya. Tapi lagi-lagi yang di panggil tidak terdengar menyahut. Jayden berbelok menuju pantry saat melihat ruang tengah yang kosong. Di pantry pun kosong, bahkan tidak ada tanda-tanda bekas dipakai. Saat itu lah Jayden baru menyadari kalau ternyata Mikayla memang tidak ada di apartemen.

Laki-laki itu kembali ke kamar, mencari-cari ponselnya yang tadi sempat dia lempar setelah mematikan alarm nya. Setelah menemukan benda pipih itu, Jayden lalu menghubungi kekasihnya. Tapi berkali-kali di hubungipun tetap tidak ada jawaban. Jayden lalu mengirimkan beberapa pesan singkat.

Jayden. K
Kamu udah pulang, love?
Kok ngga bangunin aku?
Mau aku jemput, ngga?
Kenapa ngga angkat telepon?

Beberapa saat Jayden menunggu balasan dari kekasihnya, tapi hanya tercentang abu. Jayden berdecak kesal, dia buru-buru meraih ransel dan kunci mobilnya tanpa memperdulikan soal kissmark yang belum dia temukan solusi cara menutupinya. Masa bodoh, dia harus mementingkan Mikayla dulu baru urus kissmark itu, pikirnya.

Hallo, MikaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang