Bab 36

253 24 143
                                    

Mikayla merasakan sesuatu yang hangat menempeli punggungnya, juga tangan yang berada tepat di atas perutnya yang sedikit membuncit. Dari aroma parfumnya, Mikayla tau itu Jayden. kapan laki-laki itu sampai? bukan kah dia masih beberapa hari lagi di Jerman? pikir Mikayla.

Wanita itu membalikkan tubuhnya, wajahnya mendongak untuk mengamati wajah Jayden yang terlihat kelelahan, bahkan lingkaran hitam di bawah matanya terlihat jelas sekali. Juga pipinya yang sedikit menyusut. Perlahan tangan Mikayla naik menyentuh kening Jayden, mengurai lipatan-lipatan kecil disana, juga meraba pipi tirus itu. "Kamu sakit, bee?" Mikayla bergumam pelan.

Mikayla berjengkit kaget saat melihat mata yang tertutup itu mulai membuka, senyum terbit dari bibir Jayden membuat Mikayla ikut tersenyum.

"Sorry, kamu jadi kebangun." Mikayla memperlihatkan raut bersalahnya membuat Jayden terkekeh pelan.

"I miss you so bad, love. I really really miss you. Rasanya kayak mau mati jauhan dari kamu, padahal cuma beberapa hari." Jayden bergumam sambil kembali menarik Mikayla ke dalam pelukannya. Wanita itupun demikian, sangat merindukan laki-laki yang sekarang tengah memeluknya itu. Mikayla tidak ingin munafik, dia tidak bisa membenci Jayden, sebesar apapun salahnya laki-laki ini. Dia mencintainya, bahkan nyaris menggilainya. Sepertinya bukan hanya Jayden yang akan mati karna berjauhan, Mikayla pun merasakan hal yang sama.

"Kok cepet banget baliknya? Katanya seminggu? Perasaan ini baru empat hari."

"Aku sakit, mual muntah terus disana. Makanya Mas Keindra nyuruh aku pulang aja, katanya aku jadi beban. Aku kesal, tapi yang di bilang Mas Keindra bener."

Mikayla terkekeh pelan mendengar nada merajuk dari Jayden. Laki-laki ini sungguh menggemaskan, pikir Mikayla.

Jayden mengeratkan pelukannya. Wajahnya tepat berada di ceruk leher Mikayla, menghirup dalam-dalam wangi yang selalu membuatnya menggila, bahkan disaat dia bermimpi sekalipun.

"Nyium wangi kamu gini, kayak aku benar-benar pulang, love." Jayden bergumam pelan tapi masih bisa di dengar jelas oleh Mikayla. Wanita itu yang hanya bisa tersenyum miris.

"Benarkah?"

"Hm, kamu itu rumahku, tempat aku pulang. Tempat aku akan menghabiskan sisa hidupku."

"Oh, ya? Bukan tempat singgah?" Mikayla sedikit menyindir Jayden.

"No, aku hanya punya rumah, dan itu kamu."

Kali ini Mikayla tertawa, tawa yang terdengar akan nada kesinisan, membuat Jayden mendongak menatap wajah Mikayla yang masih terkekeh.

"Kok kamu ketawanya gitu banget, love? Kamu ngga percaya aku?" mata Jayden terlihat berkaca-kaca, dia sepertinya akan menumpahkan air matanya. Mikayla yang menyadari itu langsung terdiam.

"Kok nangis? Kenapa?" Mikayla mengusap pelan lelehan air mata yang berada di sudut mata laki-laki itu.

"Ngga tau,beberapa hari ngga liat kamu bawaannya sensitif kayak gini terus. Aku jadi suka marah-marah, terus habis itu nangis sendiri. Mas Keindra sampe jengkel banget hadapin mood aku. Katanya aku kayak ibu-ibu yang lagi hamil muda. Gila."

"Mungkin karna kita ... jauhan?"

"Aku juga mikirnya gitu. Kamu pake pelet apa, sih? Kok aku gini banget ke kamu."

"Kenapa?"

"Bucinku ngga ngotak."

Mikayla tertawa tepingkal-pingkal mendengar penuturan Jayden, "aku kasih kamu ajian semar mesem, biar kamu ngga bisa jauh dari aku."

Hallo, MikaylaWhere stories live. Discover now