PART 7. Sandal Swalow vs Sepatu Vans

3.7K 464 16
                                    

Alohha Loly back!!
Apa kabar kalian semua?
Semoga sehat yaa! Aamiin.
Sebelum baca, jangan lupa follow akun Loly, vote, dan spam komen kalian yaa!
Have a nice day!

-Selamat Membaca-

Dean sangat puas karena berhasil mengerjai Mbak-mbak kantin. Sejak tadi dia tertawa hingga membuat Alana menatapnya heran sekaligus ngeri dalam waktu bersamaan. Mungkin suaminya ketempelan jin waktu balik dari kantin.

"Hush! Jin mana yang nempelin kamu?" ucap Alana.

Cowok itu menghirup oksigen dengan rakus. "Aku ngerjain Mbak-mbak kantin, kasihan banget."

"Wah wah. Ternyata dari tadi kamu mikirin perempuan lain?" Alana langsung berkacak pinggang.

Dean melotot. "Nggak lucu deh kalau kamu cemburu gara-gara itu."

"Habisnya kamu ketawa terus. Cantik ya Mbak-mbaknya?" sindir Alana.

Buru-buru Dean menggelengkan kepalanya. Jika tidak segera diluruskan semua akan menjadi runyam. Dan Dean tidak mau itu terjadi. Kan nggak lucu kalau mereka bertengkar di rumah sakit.

"Lebih cantik kamu kok, Al." tutur Dean sambil mengacungkan dua jari membentuk peace.

"Oh ya?" gumam Alana malas.

"Kalau ibaratnya Mbak-mbak tadi sepatu Vans, kamu itu sandal swalow." ucap Dean.

Alana melotot. "Kok swalow!?"

"Iya, mau bentukannya kaya apapun nggak akan pernah aku ganti dengan sandal lain."

"Bahkan kalau serampatnya putus, aku beliin yang baru." tambah Dean dengan nada yakin.

*Plis yang tau, Bahasa Indonesianya serampat??

Alana mengembungkan pipi kesal. "Tapi Mbak-mbaknya sepatu mahal!"

Dean tersenyum tipis. Mengecup pipi Alana yang mengembung karena kesal. Lalu berujar dengan nada lembut.

"Nggak apa-apa, dia mahal. Tapi kamu berharga."

•••

"Udah lah, Al. Dibuang aja, udah rusak juga."

Alana memegang boneka keropi-nya, menatap Dean nanar seolah tidak terima dengan penuturan cowok itu. Boneka ini sudah bersamanya sejak dia masih bayi, satu-satunya benda yang mengingatkannya pada perhatiaan Mamanya dulu.

"Aku mau benerin." tutur Alana.

Dean menghela nafas pelan. "Aku beliin yang baru. Lagian kamu udah gede, masa boneka kaya gitu masih disimpen?"

"Bukan masalah aku gede atau masih kecil, De!" sentak Alana. "Tapi boneka ini punya beribu-ribu kenangan."

Dean tertegun mendengarnya. Sungguh dia tidak tau kalau boneka itu sangat berarti bagi Alana.

"Kamu bisa ganti boneka ini, tapi apa kamu bisa ganti semua kenangan aku sama boneka ini!?" tanya Alana dengan nada tak beraturan karena menahan emosi sedih.

"Al, maaf. Aku--"

"Jangan sepelekan sesuatu, karena bisa jadi apa yang kamu anggap kecil itu berarti besar bagi orang lain." potong Alana.

Dean menganggukkan kepala mengerti. Lalu buru-buru mendekap Alana gemas. Menjepit kepala wanita itu diketiaknya, membuat Alana batuk sambil menahan napas.

"Uhuk-uhukk! Lepasin daun dadap!" kesalnya.

Cowok itu memajukan bibir. "Coba ngomong lembut dulu dong."

"Lembut!"

Dean mendelik, Alana tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memelintir tangan Dean hingga cowok itu mengerang kesakitan. Dari mana Alana belajar bela diri? Meyelsa yang mengajarinya. Katanya agar Alana bisa memberi pelajaran kalau Dean berulah.

"Aduhh! Aduh! Yaaang!" cowok itu menepuk-nepuk lengan Alana.

Wanita itu melepaskannya. "Makanya jangan macem-macem sama aku!"

Dean menunduk hormat masih dengan meringis. "Nggih ndoro."

•••

Sejak tadi Dean fokus dengan benang dan juga jarum. Dia mencoba untuk memasukan benang itu ke lubang jarum, namun berkali-kali percobaannya selalu gagal. Membuat Dean frustasi sendiri. Sementara itu Alana menahan tawanya melihat tingkah Dean.

"Makan dulu nak, aaa..." Alana menyuapkan bubur bayi ke mulut Adel.

Dean yang melihat itu menghembuskan nafas sebal. "Aku mau juga. Aaa..."

Alana menaikkan sebelah alis. "Nggak takut reputasimu hancur? Masa CEO makan bubur bayi?"

Dean mengibaskan tangannya didepan wajah. "Halah, nggak ada yang tau juga."

Alana terkekeh, lalu menyuapkan bubur bayi itu ke mulut Dean. Dan diterima dengan senang hati. Dean masih mau makan karena bubur bayi terasa lebih enak dari pada bubur rumah sakit. Dan perutnya sudah berbunyi sejak tadi.

"ALHAMDULILLAH!" pekik Dean saat dia berhasil memasukkan benang itu ke lubang jarum.

Mengundang tawa Adel. Bocah itu terkikik pelan seolah menertawakan Papanya. Alana yang melihat itu menjadi gemas.

"Papa kamu noob, ya? Masukin benang aja lama banget." tutur Alana sambil menggelitiki perut Adel.

"Ya namanya juga cowok, tugasnya cari nafkah, Al. Mana bisa disuruh ngerjain beginian." tutur Dean membela diri.

"Makanya belajar. Biar serba bisa."

Dean menipiskan bibir. Lalu menganggukkan kepalanya pelan, berujar dengan nada senang yang dipaksakan. "Yaudah..."

"Mulai besok aku mau jadi Bapak Rumah Tangga."

To be continued..

Untuk part selanjutnya, jangan lupa spam voment yaaa!!
Masih mantengin sampai part ini?
See you next part!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Where stories live. Discover now