PART 32. Sok Iye Banget!

2.4K 327 7
                                    

Apa kabar kalian??
Sehat selalu yaa!
Jangan lupa prokes, dimana-mana ngingetinnya pasti aja itu :(

-Happy Reading-

"Erfendi nggak ngasih perlawanan lagi, dia langsung takut setelah lo tonjok kemarin."

Athala terkekeh mengingat betapa menggelikan wajah Erfendi saat memohon ampunan maaf padanya kemarin. Pria paruh baya itu langsung bersujud dan meminta maaf sambil menangis. Athala sampai bingung, apa yang menyebabkan pria itu sampai segitunya?

"Lo nggak bilang dari dulu kalau punya masalah sama dia." tutur Dean sambil bersedekap.

Dibalas dengusan pelan oleh Athala. "Sok iye banget! Emang dia lo apain kok ketakutan begitu?"

Dean tertawa pelan. "Gue tinggal ancam bakalan hancurin semua perusahaannya sekaligus keluarganya."

"Dan dia percaya?" tanya Athala bingung. Tidak mungkin semudah itu.

Dean tersenyum. "Dia ketemu gue waktu di Melbourne."

"Terus kenapa kalau ketemu lo lagi ketakutan? Emangnya lo genderuwo?" tutur Athala setengah kesal. Dean tidak berbicara langsung pada intinya saja.

Dean menghembuskan nafas pelan lalu menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa ruang tamu. Ada kisah lama saat dia di Melbourne yang tidak pernah Dean ceritakan pada siapapun.

"Gue pernah koma waktu di Melbourne." ujar Dean.

Cowok itu menyingkap kaos yang dia kenakan, menampakkan sebuah bekas luka sayatan panjang di punggungnya. Athala tertegun, menatap Dean dengan pandangan kaget.

"Ceritanya panjang, intinya waktu itu gue nolongin Erfendi yang hampir mati konyol ditangan asisten kepercayaannya sendiri. Makanya dia takut dan segan waktu tau gue tiba-tiba sampai dirumahnya" ujar Dean.

Athala mengangguk mengerti. "Alana tau luka ini?"

Dean memalingkan wajahnya gelisah. "Gue bilang kalau ini luka bekas kecelakaan di Melbourne dan kegores pecahan kaca mobil."

Athala tertawa pelan. "Lo emang pinter banget ngibul."

Dean mendelik. "Ayolah! Gue cuma nggak mau Alana cemas karena gue punya banyak musuh."

Athala menepuk pundak cowok itu pelan. Tersenyum pada adik iparnya. Dean hanya menoleh sedikit dan melempar tatapan seolah bertanya 'apa' tanpa berbicara.

"Makasih udah jagain adik gue, gue nggak salah menilai lo."

•••

"Olahraga-olahraga apa yang paling berat?"

Alana dan Athala mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu memikirkan jawaban dari pertanyaan Dean itu. Setelah Oma Mala pulang ke rumah, beliau langsung membuatkan kue cokelat untuk hidangan tiga orang yang berkunjung ke Jogja itu.

"Angkat besi?" tebak Athala.

Dean menggeleng. "Tetot! Salah!"

Athala menjentikkan jari. "Iyasih, lebih berat angkat dosa lo daripada angkat besi."

"Syalan!" maki Dean kesal.

Alana terkekeh pelan. "Apa jawabannya?"

"Catur!"

Athala menggebrak meja dengan keras, mengomentari jawaban Dean yang menurutnya sangat tidak logis. "Kok bisa!?"

"Bayangin aja kuda sama benteng diangkat, digeser ke sana-sini" jawab Dean, lalu tertawa heboh sendiri.

Pletak!

"Aduh!!" ringis cowok itu sambil memegangi jidatnya.

Bukan ulah Alana dan Athala. Melainkan ulah bocah yang baru bisa merangkak dibawah Dean. Adel melemparkan sebuah remote TV ke muka Papanya, seperti mengerti dan ikut kesal mendengar jawaban dari mulut Dean.

"Hahahahaa!" jadilah tawa Alana dan Athala ikut pecah.

Sementara Dean yang menjadi tersangka langsung menggendong Adel dan menghadiahi kecupan bertubi-tubi diwajah bocah itu. Dia tidak bisa marah, walaupun kepalanya terasa nyut-nyutan.

"Manis banget sih suami kamu, Al. Athala apa ndak pengen punya pasangan juga?" Oma tiba-tiba datang dan duduk disamping Alana.

Athala menggaruk tengkuk. "Nanti kalau Atha nikah, Oma pasti di undang. Tunggu sebentar lagi." tutur cowok itu.

Mala tersenyum. "Iya, Oma tunggu."

"Gimana kamu sama Kinan? Cocok?" tanya Mala.

Cowok itu menoleh kearah Alana yang membuang muka. Malas dengan topik pembicaraan kali ini.

"Atha percaya sama pilihan Oma." jawab cowok itu.

Mala kembali tersenyum. "Oma nggak memaksa, itu cuma amanat dari Mama kamu, memastikan kamu mendapat pasangan yang baik."

Athala mengangguk mengerti. "Athala akan berusaha mencintai Kinan."

"Tidak usah dipaksa. Biarkan berjalan secara alami saja." ujar perempuan yang umurnya sudah lebih dari setengah abad itu.

Alana menghembuskan nafas pelan. Dia tau Athala. Jika sudah membawa nama Mamanya, Athala tidak akan pernah menolak. Cowok itu sangat sayang pada Rita, tapi bukan berarti semua perintah Rita harus dia lakukan.

Lo harus cari pasangan yang baik, Bang.

To be continued..

Gimana part kali ini?
Spam vomen yuuk!
Sampai jumpa di part selanjutnya!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Where stories live. Discover now