PART 22. Satu Kecoak Tersingkirkan

2.6K 364 11
                                    

Selamat pagi semua!
Makasih buat kalian yang masih setia di lapak ini!
Langsung baca aja yaa!

-Happy Reading-

Hari kedua.

"Jadi kamu yang namanya Adinda?"

Alana tersenyum kearah perempuan yang juga melempar senyuman padanya itu. Namun Alana tidak bodoh, dia tau itu adalah senyum meremehkan. Sejak awal melihat Adinda, Alana sudah yakin kalau gadis ini bukan perempuan baik.

"Iya, Bu." balas Adinda.

"Nggak usah panggil, Bu. Umur kita nggak jauh."

Adinda menganggukkan kepalanya mengerti. "Ada urusan apa ya kamu memanggil saya kesini?"

Alana menghirup nafas dalam-dalam. Jika ingin memperbaiki rumah tangganya, singkirkan dulu kecoak-kecoak menjijikan yang berada disekitar Dean. Jika Dean tidak mampu, maka Alana yang akan turun tangan ke medan perang.

"Kamu yang mengirimkan bunga pada suami saya, kan?" tanya Alana santai.

Adinda tersenyum. "Betul sekali."

"Kamu tau kan dia sudah berkeluarga? Kenapa kamu mau mendekati dia?" Alana masih santai.

Adinda mengendikkan bahu. "Saya suka sama Pak Dean sejak lama. Dan saya nggak suka kamu yang menjadi istri Pak Dean."

Berani juga.

Alana menyeringai. "Kamu jujur sekali, ya?"

"Bukankah berkata jujur itu kebaikan?" balas Adinda sambil bersedekap angkuh.

Alana ingin sekali melemparkan satu ton tepung ke wajah songong Adinda itu. Apalagi melihat bedak tebal yang digunakan gadis itu membuat Alana muak. Kentara sekali kalau Adinda ini tipe perempuan yang suka menggoda.

"Lebih baik kamu jauhi suami saya." tutur Alana.

"Lo bukan keluarga gue, nggak ada hak ngatur gue." balas Adinda dengan nada sarkas. Bahkan gaya bicaranya berubah nonformal.

Alana menipiskan bibirnya menahan emosi. Perempuan yang satu ini sepertinya tidak akan jera jika tidak sedikit dikasari.

"Mendekati suami saya membuat kamu terlihat seperti lalat yang hinggap di bekas makanan manusia." ucap Alana.

Adinda melotot. "Maksud lo apa!?"

"Maksud saya? Ambil aja Dean, kalau kamu memang suka bekas saya. Lalat!" balas Alana dengan nada tenang.

"Gue bukan lalat!"

"Lantas mengapa kamu tidak mencari makanan yang lebih segar? Bahkan monyet saja tau membedakan makanan bekas dan baru." Alana sengaja memancing emosi Adinda.

Adinda mendobrak meja dengan keras, membuat atensi semua orang di restoran ini teralih pada keduanya. Namun Alana masih tetap santai.

"Gue akan cari cowok yang lebih ganteng, mapan, dan lebih baik dari Dean. Ambil aja suami lo! Gue udah nggak butuh!" bentak Adinda menggebu-gebu, lalu berlalu pergi begitu saja.

Alana tersenyum sinis.

Misi selesai!

Satu kecoak tersingkirkan.

•••

Alana kini berada disebuah ballroom hotel, menunggu perempuan. Wanita itu langsung berdiri dan tersenyum saat melihat wanita bule yang juga melempar senyum padanya. Alana harus tau siapa wanita bule yang waktu itu Dean temui dikantor.

"Hi, Mrs. Alana. How are you? I have heard the news from Mr. Dean's employees."

(Hai, Ibu Alana. Bagaimana kabar anda? Saya sudah mendengar berita dari karyawan Bapak Dean.)

Alana tersenyum. "I'am good, thanks."

Perempuan itu mengangguk."Previously introduce, I Jane from Melbourne. Mr. Dean many tells about you."

(Sebelumnya perkenalkan, saya Jane dari Melbourne. Bapak Dean banyak bercerita tentang anda.)

Alana hanya membalas dengan tawa pelan. Rupanya Jane tidak seperti Adinda. Perempuan ini lebih kalem dan juga anggun. Namun Alana masih ingin tau, mengapa Jane bisa seakrab itu dengan Dean?

"I don't like to buy time. I want to know, do you have a relationship with my husband?"

(Saya tidak suka mengulur waktu. Saya ingin tau, kamu ada hubungan apa dengan suami saya?)

Jane terkekeh pelan. Pasangan muda, jadi masih suka saling gengsi untuk mengutarakan masalah, pikirnya. Jane tentunya tau karena dia sering mengalami hal semacam ini. Tidak hanya dengan Dean dan juga Alana, pasangan lain pun demikian.

"Alright, I'll explain. I am a designer from Melbourne. I was told by Mr. Dean to make a doll. I think the doll is for you." ujar Jane sambil tersenyum menggoda.

(Baiklah, akan saya jelaskan. Saya adalah desainer dari Melbourne. Saya disuruh Bapak Dean untuk membuat sebuah boneka. Saya rasa boneka itu untuk anda.)

Alana berdehem kikuk. "And then?"

"Actually Mr. Dean can order. But he wants me to come to Indonesia and make the doll while he is watching. I feel like a criminal." jelas Jane lalu tertawa pelan.

(Sebenarnya Bapak Dean bisa memesan saja. Namun dia mau saya datang ke Indonesia dan membuat boneka itu sambil dia awasi. Aku sampai merasa seperti kriminal.)

Alana menghirup nafas dalam-dalam. Sepertinya Jane bukan salah satu dari banyak kecoak yang berada disekitar Dean. Mungkinkah Alana salah tangkap?

Alana tersenyum tak enak. "I think I'm misunderstood to you. I'm sorry"

(Aku rasa aku salah paham padamu. Aku minta maaf.)

Jane mengibaskan tangan didepan wajah. "No problem. I understand it."

(Tidak masalah. Saya memakluminya.)

Alana tersenyum. Ternyata benar istilah don't judge the book by the cover! Dia mendapat pelajaran baru dan berharga hari ini.

To be continued..

Gimana part kali ini?
Spam vomen yuk!
Jangan lupa follow akun Loly duluuu!
See you next part!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu