PART 15. Gue Mau Ngomong Sesuatu

2.9K 383 21
                                    

Ahoy semua!
Selamat pagi!
Udah senin lagi woy😭
Untung libur😪
Liburan nggak boleh jalan-jalan ya, tetap stay at home biar kita semua aman🤗

-Selamat Membaca-

Pagi-pagi didepan rumah Alana dan Dean ada sebuket bunga mawar yang didepannya ditempeli sticky note kecil. Beruntung sekali Dean yang menemukan itu. Karena rupanya buket itu adalah pernyataan cinta dari salah seorang karyawati di kantor Dean.

Bapak jangan lupa makan, bunga ini saya kasih ke bapak karena saya sudah suka sama bapak sejak lama. Saya nggak peduli bapak udah berkeluarga, izinkan saya menyukai bapak.

Salam Sayang Dari Adinda,❤

Dean langsung bakar-bakar sampah didepan rumah, menyertakan sebuket bunga itu untuk dibakar agar tidak meninggalkan jejak. Alana bisa marah besar kalau melihat buket itu, apalagi membaca tulisan di sticky note-nya.

"Pagi-pagi udah bakar sampah. Tipe tetangga yang tidak berbudi luhur ya anda." sindir Athala.

Athala terbangun karena bau sengak, kebetulan asap pembakaran sampah itu mengarah ke kamar yang dia gunakan tidur. Dean memang berniat menyiksanya.

"Biar lo nggak molor mulu." sahut Dean sambil tertawa.

Padahal luka sayatan ditangan cowok itu masih dibalut perban, namun Dean masih sempat bakar-bakar sampah. Athala tidak habis fikir bagaimana jalan pikiran adik iparnya itu.

"Cara bangunin lo kurang epic. Nggak sekalian nyalain petasan terus lo arahin ke kamar gue." dumel Athala.

Cowok itu mendudukkan diri di kursi teras. Mengucek matanya yang masih terasa berat karena semalam begadang bermain catur dengan Fatih dan juga Dean. Dua orang itu selalu menang dan mengalahkan Athala secara telak.

"Loh, Mas? Kamu bakar apa kok baunya kaya menyan gini?" tanya Alana yang keluar dengan muka bantalnya.

Dean menggaruk tengkuk gugup. "Ah masa, sih? Parfumnya Bang Atha kalik?"

Athala melotot. "Emang minta dikeplak ni anak."

Dean hanya nyengir kuda. Lalu berjalan mendekati dua orang itu setelah memastikan api yang membakar buket itu mati. Dia menatap Athala sejenak.

"Gue ke dalem dulu." ucap Dean.

"Ngapain?" sahut Alana.

"Mandi. Bau sengak." balas Dean sambil terkekeh.

Alana ikut tertawa. Meninggalkan Alana dan Athala berdua di teras rumah. Athala yang awalnya diam mulai bersuara saat mengerti maksud tatapan mata Dean tadi.

"Duduk, Al. Gue mau ngomong sesuatu."

•••

Sepuluh menit Alana diam sambil menatap Athala jengah. Cowok itu tidak mengucap apapun setelah Alana duduk didepannya. Athala langsung diam seperti patung. Alana tau cowok itu memiliki sesuatu yang ingin dia katakan.

"Mau ngomong apa sih, Bang?" tegur Alana akhirnya.

Athala menoleh. "Gue bukan homo, Al. Gue pernah punya pacar."

Alana tertegun. "Oh ya?"

Athala menyenderkan tubuhnya, memang sudah saatnya dia bercerita pada Alana.

"Namanya Syakilla Lintang Arini. Dia juga mahasiswi kedokteran waktu gue kuliah di Amsterdam. Kita bisa temenan karena sama-sama orang Indonesia yang kuliah disana."

Alana diam menyimak.

"Lama-lama gue dan dia saling suka. Kita akhirnya memutuskan buat pacaran. Selama satu tahun, hubungan mulus tanpa hambatan. Bahkan gue sempat berpikiran untuk memperkenalkan Killa sama Mama dan Papa. Tapi.."

Athala tersenyum miris. Membuat Alana spontan bertanya.

"Tapi kenapa?"

"Malam itu, pertama kalinya gue sama Killa berantem. Dia langsung pergi tinggalin gue gitu aja setelah gue bentak-bentak dia. Semua berjalan begitu aja, sampai besoknya gue coba telepon dia tapi nggak diangkat. Gue dateng ke apartemen dia, tapi tetangganya bilang kalau Killa dari semaleman belum pulang."

Athala mengepalkan tangan. "Gue lihat televisi. Seorang perempuan dibunuh setelah dilecehkan."

Manik mata Alana langsung membesar. Dia menatap abangnya tidak percaya. Sementara Athala memalingkan wajah menghembuskan nafasnya pelan. Rasa perih itu masih senantiasa ada saat Athala mengingat semuanya.

"Detik itu juga dunia gue hancur. Gue menyesali semuanya. Kenapa gue marah sama Killa? Kenapa gue ditakdirkan ketemu dia? Kenapa gue nurut banget mengikuti alur permainan takdir?" Athala mendongakkan kepalanya.

Alana meraih tangan abangnya, menggenggamnya lembut mencoba memberikan kekuatan. Sekarang dia mengerti mengapa Athala tidak mau membuka hati untuk perempuan. Cowok itu terjebak pada trauma masalalunya.

"Mungkin itu karma buat gue karena udah ninggalin keluarga gue." lirih Athala.

"Akhirnya gue pulang setelah berhasil jadi sarjana disana. Berapa tahun rasanya gue menemukan cahaya dan tujuan hidup dirumah. Tapi hati gue rasanya sakit lagi saat nggak sengaja nemu obat-obatan di meja kamar Mama."

Air mata Athala menetes. "Ya Tuhan, kenapa hidup semenyakitkan ini?"

Alana menganggukkan kepalanya mengerti. "Nggak perlu dilanjutin, gue udah tau." lirihnya sambil tersenyum teduh.

"Hidup dan mati itu memang jalannya manusia." tutur Alana.

Athala menganggukkan kepalanya. Tentu dia sangat mengerti mengenai itu. Lagi pula dia tidak bisa mencegah ajal seseorang.

"Tapi kenapa diberi rasa sakitnya harus sedalam ini?"

To be continued..

Ayoo kasih vote dan komen kalian!
Tetap semangat!
Dan jangan lupa jaga kesehatan❤
Sampai jumpa di part selanjutnya!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Where stories live. Discover now