35

162 22 1
                                    

"Kau ngapain disini?" Tanya lisa mengangkat satu alisnya.

"Menunggu mayat bangun,sudahlah kita bahkan ditinggal prajurit yang ingin menyaksikan perayaan itu," ujar yoonjun berjalan mendahului lisa.

Lisa berjalan dengan langkah yang terasa sangat berat, jantungnya berdegup sangat kencang bahkan kedua telapak tangannya mulai mendingin. Ia berharap saja rencananya akan lancar seperti yang mereka(?) harapkan.

"Yoonjun-ah,bisakah aku minta tolong agar kau mengenalkanku beberapa wajah dari anggota kerajaan nanti?" Pinta lisa menyamakan langkahnya dengan yoonjun.

"Bukannya kau rakyat disini?kenapa kau bertanya padaku?" Tanya yoonjun sinis.

"Aku hanya tahu beberapa nama dan beberapa wajah saja. Ayolah,walaupun kau rakyat dari kerajaan park sepertinya kau juga mengetahui silsilah kerajaan kim juga," bujuk lisa membuat yoonjun berpikir sejenak,mencurigakan tapi...

"Mari kita mendekat ke perayaan dulu," ujar yoonjun kemudian.

Lisa mengangguk lalu keduanya melanjutkan langkah mereka sampai dipojok aula menunggu giliran mereka tampil.

Lisa tersenyum getir,apa benar semuanya sudah melupakan kematian permaisuri chuncha?kenapa mereka bisa setega ini?hanya karena sang raja yang belum bisa merelakan kepergiannya bukan berarti acara kematiannya dapat dilupakan begitu saja kan?bahkan hari ulang tahunnya saja tidak ada yang ingat,ah kecuali jaemi dan kelima suaminya yang tadi pagi sempat memasakannya banyak makanan walaupun sebenarnya banyak yang terasa hambar.

"Kau pasti tidak bodoh untuk tidak mengetahui raja dari kerajaan kim,raja chungho," celetuk yoonjun membuat lisa meliriknya sekilas lalu pandangannya diarahkan ke seorang pria paruh baya yang duduk ditahta paling tinggi. Ya,sekarang lisa sudah tahu wajah yang menjadi incarannya(?)

"Yang baru datang itu selir aera yang akan diangkat menjadi permaisuri selanjutnya," lanjut yoonjun membuat lisa mengalihkan perhatiannya ke seorang wanita paruh baya yang baru datang lalu duduk disamping sang raja.

"Dia berpakaian seolah-olah sudah menjadi permaisuri," gumam lisa melihat pakaian yang dikenakan selir aera bergambar phoenix khas ratu kerajaan,bahkan dilantik saja belum.

"Barisan dari samping kanan raja ada pangeran mahkota kim jongin pangeran kedua kim minhee dan pangeran ketiga kim geumjaee...."

"Ya aku paham."

"Sebelah kiri raja ada ibu suri,kursi selir hwayang,putri kedua kim somi dan sebelahnya lagi ada nona pertama yoonra," jelas yoonjun yang tiba-tiba mengalihkan pandangan kearah lain.

"Dimana selir hwayang?"

"Aku tidak tahu."

"Em....dan kau tadi mengatakan kalau putri kim somi itu putri kedua. Bukankah dia sudah naik tingkat?seharusnya kau mengatakan putri pertama kim so..."

"Kim lisa,bagiku putri pertama kerajaan kim hanyalah kim lisa," sergah yoonjun berjalan ke meja kecil disamping para menteri dan dengan lancang mengambil minuman yang sudah disiapkan disana. Ya semoga saja tidak ada yang menyadarinya.

"Dia seseorang yang patut dicurigai," gumam lisa memperhatikan gerak-gerik yoonjun yang terlihat santai mencomot makanan kecil tanpa takut ditegur.

Sedangkan dilain tempat,selir hwayang sedang pusing memikirkan dimana keberadaan putrinya yang nakal itu dan keberadaan kelima menantunya. Padahal,dirinya sudah memberikan tiket masuk ke kerajaan dengan cuma-cuma tapi sampai sekarang seujung rambut putri nakalnya itu belum terlihat,mereka kemana?

"Apa benar mereka tidak berada digubuk mereka?dipasar atau tempat lain kalian tidak mencoba mencarinya?" Tanya selir hwayang ke para prajurit kepercayaannya.

"Tidak yang mulia,kami sudah berusaha mencari keberadaan mereka ke tempat biasa mereka singgahi namun tidak dapat kami temukan," ucap salah satunya menunduk takut.

"Dimana bocah nakal itu?dia selalu membuatku pusing," gumam selir hwayang memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Apa kalian sudah mengecek di gerbang belakang?dia suka menyelinap keluar dulunya dari sana,mungkin sekarang dia mencoba masuk lewat gerbang itu" ucap selir hwayang yakin.

"Gerbang belakang diperketat penjagaannya oleh yang mulia raja selama beberapa hari kedepan,kemungkinan besar tidak ada yang bisa melewatinya yang mulia selir."

"Huft,kak chuncha kenapa putrimu itu nakal sekali?apa yang sebenarnya kakak makan saat mengandungnya dulu?" Batin selir hwayang yang berjalan bolak-balik sembari menggigit ujung jarinya. Ya,mungkin lebih baik dia memikirkan alasan apa yang masuk akal jika ibu suri menanyakan kehadiran anak itu.

"Yang mulia selir,yang mulia raja memanggil anda untuk segera kembali ke perayaan segera," ucap seorang dayang membuyarkan lamunan selir hwayang.

"Huft baiklah,kalian semua boleh pergi," ucap selir hwayang ke para prajurit kepercayaannya. Lalu,ia pun dengan dayang pribadinya beranjak pergi dari halaman pavilliunnya.

  "Setelah ini seperti tahun sebelumnya siapkan kereta untukku dan ibu suri, kami akan segera pergi ke makam permaisuri chuncha sore nanti," ucap selir Hwayang dengan nada terselip tidak suka. Ya,dia sebenarnya tidak menyukai semuanya. Dia tidak menyukai perayaan ini yang menurutnya bukan merayakan kembali ulang tahun permaisuri chuncha yang sudah tiada tapi malah menghina kematiannya,karena pada hari ini juga hari kematian permaisuri chuncha yang seharusnya mereka melakukan ritual doa untuk beliau dan bukannya sengaja melupakan kematiannya. Selir hwayang juga tidak menyukai sikap suaminya yang lebih menuruti segala perintah dari selir aera selama ini,padahal penyebab dari duka dan penyesalan sang raja selama hampir 17 tahun itu adalah rencana jahat dari salah satu istrinya.

  "Maaf yang mulia selir,tapi yang mulia raja tidak mengijinkan semua anggota kerajaan untuk keluar sampai batas waktu besok,karena yang mulia raja akan mengadakan jamuan besar nanti malam dengan beberapa kerajaan tetangga dan besok paginya semua anggota kerajaan akan mengantarkan mereka berpulang," jelas dayang pribadinya membuat selir hwayang terdiam.

  "Kenapa aku tidak diberitahu?apa ibu selir tahu juga?"

  "Hamba tidak tahu itu yang mulia,hamba  juga baru saja mendengarnya dari seorang kasim."

  "Aku tidak yakin kalau raja yang memberi perintah," monolog selir hwayang dengan senyuman kecut,dia memikirkan bagaimana nasib kerajaan kedepannya jika berada ditangan selir aera. Dia tidak bisa lagi mengendalikan selir itu untuk berbuat semaunya jika sudah naik tahta menjadi permaisuri,ya kemungkinan kecil ibu suri dapat berganti mengendalikannya.

  "Tunggu!" seru selir hwayang menghentikan beberapa pelayan yang membawa nampan berisikan mahkota,taburan bunga dan sebuah pedang raja yang sudah turun-temurun. Pastinya sebentar lagi pengangkatan.

  "Mahkota permaisuri," gumam selir hwayang menyentuh mahkota cantik itu dan seketika angin berhembus dengan sangat kencang hingga menyebabkan taburan bunga yang ada diatas nampan berterbangan.

  "Bunga mugunghwa?" Monolog selir hwayang melihat bunga-bunga yang berterbangan itu lalu menurunkan tangannya dari mahkota permaisuri.

  "Jangan memakai bunga mugunghwa,ganti dengan bunga maehwa (plum blossom) saja. Itu lebih cocok dengan musim semi saat ini," ujar selir hwayang membuat para pelayan itu saling memandang ragu.

  "Tapi yang mulia selir,setiap pengangkatan raja atau permaisuri pasti yang digunakan bunga mugunghwa."

  "Lalu kenapa jika diganti bunga maehwa?bunga itu warnanya tidak kalah cantik dengan bunga mugunghwa. Lagipula bukannya selir aera lebih menyukai bunga maehwa?beliau pasti lebih senang jika bunga yang nanti digunakan untuk pengangkatan bunga maehwa kesukaannya."

  Para pelayan pribadi selir aera saling pandang dan akhirnya mengangguk menyetujui saran selir hwayang dan berbalik untuk mengganti bunga mugunghwa tadi yang sempat berterbangan menjadi maehwa.

  "Dia tidak pantas memakai bunga mugunghwa," batin selir hwayang kembali melanjutkan langkahnya. Ya,bunga itu hanya pantas ditaburkan untuk pengangkatan raja dan permaisuri yang berhati murni.

 

Sacrifice ( Lengkap  )Where stories live. Discover now