16. Setan

30.8K 4.2K 149
                                    

Setelah meyakinkan Jeya bahwa tak ada setan di kamarnya ini, Ganesh pergi mandi dan membiarkan Jeya menonton TV. Ganesh pun berusaha agar tak lama. Takut jika Jeya masih dengan imajinasi ngawurnya itu.

Ganesh keluar kamar mandi dengan setelan training panjang dan kaos lengan pendek. Handuk kecil menutup kepalanya yang ia gosok untuk mengeringkan sesekali.

"Je."
Dan tubuh cewek itu sedikit terlonjak karena kaget. Jadi dia masih was-was? Ganesh menggeleng kecil.

Ganesh duduk di samping Jeya lalu melempar senyum. Sayangnya Jeya tak melakukan hal yang sama, dia malah cemberut.

"Aku gagal kasih kejutan buat kamu," curhatnya sepenuh hati. Mengutarakan apa yang ia rasakan tanpa harus ditanya lebih dulu.

Ganesh melirik Tart cokelat di meja kemudian memangkunya.

"Kata siapa gagal. Ayo nyalain lilinnya."

Wajah Jeya belum membaik, tapi dia menuruti perkataan Ganesh. Ganesh pun memejamkan mata untuk membuat permohonan sebelum meniup lilin-lilinnya.

"Ekspektasi aku nggak kayak gini." Jeya berujar dengan nada rendah. Ganesh mengerti yang diinginkan Jeya itu dia yang menyanyi heboh, lalu Ganesh yang terkejut tersenyum bahagia. Seperti kata Jeya, jika skenario seperti itu yang diinginkan, memang sudah gagal.

"Je, kamu tahu nggak, tujuan dari bikin surprise ultah itu apa?"

"Bikin orang yang ultahnya kaget, nggak nyangka."

"Terus?"

Jeya terlihat berpikir. Ganesh menyimpan kuenya di pangkuan Jeya. Ia meraih sebuah ikat rambut di atas meja sebelum menyatukan rambut Jeya. Jika biasanya ia melakukan dari belakang, kini ia melakukannya dengan posisi berhadapan hingga wajah mereka saling berpandangan dengan posisi dekat.

"Yang paling pentingnya itu, orang yang ultahnya itu bahagia. Dan malam ini aku bener-bener bahagia karena ada kamu di sini." Ganesh tak hanya sekedar berkata manis untuk menghibur. Dia benar-benar merasa senang. Seharian ini dia merasa lelah, namun karena Jeya, Ganesh bisa kembali merasa rileks lagi. Bahkan meskipun yang Ganesh lihat itu wajah cemberutnya.

"Beneran?"

Ganesh mengangguk. "Tahu nggak wish aku tadi apa?"

Jeya menatap penasaran.

"Aku bilang semoga tahun depan kamu berhasil kejutin aku. Aku juga bilang makasih banget karena udah kirim kamu malam ini."

Wajah mereka hanya terpaut sejengkal dengan mata yang saling berpandangan. "Jadi jangan cemberut terus." Ganesh mencolek whipcream dari kue lalu menempelkannya pada hidung Jeya.
Jeya menganga sebelum mendesis kesal. Sementara Ganesh sudah menjauhkan wajahnya dan tertawa.

"Ganesh... Iseng banget sih!"

"Je percaya nggak, kalo sekarang kamu jadi makhluk terlucu di dunia."

"Aneh sih iya." Jeya mengambil whippcream lalu mengoleskannya pada pipi Ganesh. Membalas perbuatan cowok itu.

"Je, aku udah mandi."

"Biarin," ujar Jeya cuek. Dia malah memotong kue itu lalu memakannya.

"Eh, ini enak banget loh," ungkapnya dengan ekspresi yang tak pernah gagal seandainya ia dijadikan food vlogger.

"Masa?" Ganesh mendekat kemudian menggigit kue di tangan Jeya. Ganesh mengangguk-angguk. "Beli di mana?"

"Yang deket toko aksesoris langganan aku."

"Wah, nggak nyangka seenak ini, pantes aja rame."

"Mau aku potongin?"

Ganesh menggeleng. Jeya pun mengangguk dan kembali mengambil potongan untuk dirinya. Jika Jeya suka makanan manis, maka Ganesh kebalikannya. Dan kalau diingat-ingat, Sica pun tak terlalu suka manis. Wah sepertinya mereka benaran jodoh. Jeya tersenyum kecil.

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang