22. Pertengkaran

34K 4.2K 114
                                    

"Loh Sica di sini?" tanya Ganesh begitu melihat cewek yang memakai blus biru dan jeans putih berjalan di dekatnya.

"Eh, Nesh." Sica berjalan mendekat.

"Tadinya janjian sama Jeya tapi tiba-tiba dia bilang nggak bisa," jawab Sica tenang. Bahkan tak ada raut kecewa atau kesal karena harus berada di tempat baru sendirian. Setahunnya Sica bukan orang yang suka pergi ke tempat seperti ini.

"Lo juga janjian sama Jeya?"

Jeya? Ah iya cewek itu, apa ini rencana dia? Maka dari itu dia bersikeras tak ingin diantar pulang tadi?

"Nggak sih." Ganesh akhirnya berbohong untuk mengikuti alur yang Jeya buat.

"Udah terlanjur kesini, mau sekalian nonton?"

"Lo ke sini buat nonton?" tanya Sica.

"Iya, sekalian jogging tadi."

"Ya udah ke sana yuk, udah mulai tuh." Sica berjalan ke arah panggung yang diikuti Ganesh yang sekarang sudah berulas senyum.

Ganesh tak pernah memperkirakan adanya hal seperti ini terjadi dalam hidupnya. Dia yang selama ini hanya diam di tempat. Ganesh harus berterima kasih banyak pada Jeya.

oOo

Acara konser berlalu dengan lancar, Ganesh melihat Sica menikmatinya meskipun dengan senyum dan anggukan kepala kecil, tidak heboh seperti yang lain. Tapi sifat Sica memang seperti itu, jadi Ganesh asumsikan Sica menyukai acara musik.

Acara nyanyian di jeda dengan fansigh. Karena Ganesh dan Sica tak punya niat seperti itu, akhirnya mereka menggunakan masa jeda itu untuk menghampiri sebuah Coffee Truck.

"Sering nonton acara gini?" tanya Ganesh di sela menunggu pesanannya.

"Baru pertama kali sih, lumayan seru juga ternyata. Lo pasti sering ya? Jeya bilang lo suka sama band Indie."

"Jeya?"

"Iya, dia pernah bilang gitu sih," jawab Sica. "Mas ada air mineral nggak?"

Pegawai di sana mengangguk.

"Satu ya."

Ganesh mengamati dalam diam. Kalau itu Jeya mungkin dia akan merengek haus lalu nanti Ganesh yang belikan.

"Ini pesanannya, Kak."

Dua cup kopi beserta satu botol air mineral disodorkan ke depan mereka. Ganesh hendak meraih botol air, bermaksud untuk membukakannya, namun Sicaa melakukan hal itu lebih dulu.
Ujung mata Ganesh melirik dia yang tengah minum dengan santai. Ya Tuhan, padahal baru saja otaknya membandingkan Sica dan Jeya, tapi tubuhnya terlalu refleks, lupa jika yang di depannya Sica, cewek yang sama sekali tidak memerlukan hal sekecil itu dari Ganesh.

Akhirnya tangan Ganesh yang masih mematung di udara itu ia pun ubah untuk meraih kopinya.

"Duduk di sana yuk," ajak Sica. Ganesh pun mengangguk kecil dan berjalan ke arah yang dimaksud. Berjalan dengah sedikit lesu.

Ting!

Notifikasi pesan di ponsel Ganesh berbunyi  Terdapat satu pesan suara yang dikirim oleh Ferdi. Ganesh berhenti sejenak untuk membukanya.

"Nesh, gue bawa Jeya ke toko tapi gue harus pergi sekarang. Dia masih di dalam gue share lokasinya."

Tangan Ganesh yang memegang ponsel itu berubah mencengkeram.

"Sica."

"Ya?" sahut Sica yang sudah duduk di bangku.

"Sorry, gue harus pergi sekarang."

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang