39. Isn't a Problem

33.5K 4K 48
                                    

Kening Jeya berkerut samar. Jeya tak mengerti entah dirinya baru saja mendapat mandat untuk menjadi makhluk peka atau bagaimana. Namun yang jelas, menjadi peka ternyata tak enak juga. Sedari tadi perasaan Jeya tidak bisa tenang, meski tak sampai hilang fokus, namun sesekali Jeya pasti mendongak dan menoleh ke arah Jola.

Hasilnya masih sama, Jola yang bahkan sedari tadi tak menyapanya, duduk jauh seolah menjaga jarak, segera memalingkan muka seolah Jeya adalah makhluk tak kasat mata yang harus diabaikan

Maksudnya, apa Jeya melakukan kesalahan?

Otak Jeya tidak mampu memecahkannya secara individu, Jeya lelah mengakui kepayahannya. Akhirnya ia pun kembali menunduk dan berpura-pura kalau Jola tidak memerhatikan seperti pengawas ujian.

Serius, ini bukan karena ada cabe di giginya 'kan?

"Huwa.... Beres juga."

Amara merentangkan tangannya lalu bersandar pada kursi dengan memasrahkan semua bobot badan pada sandarannya. Kelegaan terpancar jelas dari wajahnya.

"Akhirnya bisa pulang cepet juga," imbuh Divia setelah melirik jam yang melingkar di pergelangannya. "Eh Je, mau jalan nggak? Ada film yang lagi nge-boom katanya." Jemarinya saling bertaut dengan tubuh yang agak dicondongkan pada Jeya.

"Eung...."

"Ayo dong, Je. Kita belum pernah jalan loh, refreshing dikit. Kita cewek-cewek aja, sama si Jola," Divia menoleh pada adik kelasnya itu. "Itu bocah kenapa sih dari tadi aneh. Sok-soakan social distancing segala." Divia berdecak. "Ya pokoknya jalan-jalan lah. Mau ya?"

"Gue pengen sih," ucapan Jeya menggantung. Kepalanya tengah memikirkan tentang bagaimana Ganesh pulang. Ada niat dalam dirinya untuk mengantar cowok itu. Melihat bagaimana tadi pagi dia datang dengan naik angkot, yang mana Jeya tahu tempat Ganesh itu agak masuk lagi dari jalan raya, Ganesh pasti kesusahan.

"Ayo, Je. Anggap aja ini sebagai obat kejenuhan kita selama ini."

"Obat?" Jeya membeo lalu beberapa detik berikutnya bola matanya melebar. "Ya Ampun! Ganesh belum minum obatnya!" Jeya tiba-tiba bangkit, meraih tasnya lalu berjalan tergesa ke arah depan, tepatnya tempat duduk Ganesh.

"Ganesh?" Divia mengerutkan keningnya. Dia tahu Ganesh memang sedang sakit, namun apa hubungannya dengan Jeya, si sang Mantan? Dan wey, kenapa Jeya tiba-tiba kabur, ini gimana mau jalan atau tidak?! Huuftt ... Untung Divia ini orang yang sabar dan bersahaja, jadi tak menyeruakan seperti itu.

"Lo belum tau ya, kalo penyebab tangan Ganesh kayak gitu itu karena ngelindungi Jeya," papar Amara yang punya kepekaan terhadap situasi lumayan bagus. Selain itu bisa dibilang ia lebih aktif di kalangan luar. Karena punya tugas, anak OSIS terkadang agak terbelakang soal info panas. Bukannya mereka makhluk berhati bersih karena tidak ghibah, mereka kurang kesempatan saja.

"Masa?" Divia menoleh. "Oh jadi Jeya lagi balas budi." Divia mangut-mangut. "Gue kira."

"Lo kira?"

"Ya mereka deket lagi gitu, CLBK."

"Mereka emang deket lagi!" seru Jola yang tiba-tiba sudah berada di sisi Divia.

"Eh anak setan! Kaget gue!" pekik Divia seraya mengusap dadanya. "Lo ngapain sih? Lagi lupa sama social distancing-nya?" ucapnya dengan nada menyindir. Karena tingkah Jola yang aneh itu hari ini, beberapa kerjaan jadi agak ribet. Apalagi hari kemarin dia juga bolos.

"Kapal Kak Jeya sama Kak Ganesh bakal berlayar lagi!" ujarnya dengan semangat menggebu 45.

"Aduh Jola, udah dong jangan memaksakan keinginan lo kayak gitu. Lo masih inget yang terakhir aja kayak gimana hasilnya. Mereka punya hidupnya masing-masing." Amara ikut turun tangan. Acara sudah semakin dekat, ia takut kalau asa Jola yang sangat kekanakan ini malah mempengaruhi kekompakannya mereka. Bagaimana kalau Jeya malah ngundurin diri, wah, wasallam deh.

"Aku nggak asal ngomong lagi. Tapi mereka bakal sama-sama lagi!" Cewek itu tetap bersikukuh. "Karena kalo nggak sampe jadian lagi, Kak Ganesh beneran cowok brengsek yang nggak akan pernah aku maafin," gumamnya dengan rahang yang merapat hingga tak ada yang menyadari kalau secara tidak langsung ia tengah mengancam ketua OSIS-nya.

"Jola, nyebut deh!" Divia menatap lelah.

"Sadar yok, sadar. Masih banyak couple yang bisa lo ikutin," Amara menepuk-nepuk bahu Jola.

"Ih enggak. Ini bukan soal keinginan aku. Tapi mereka emang bakal balikan. Mereka tuh udah...." Jola tak melanjutkan ucapannya. Ia hanya membekap mulut dengan pipi yang memerah. "Pokoknya mereka bakal sama-sama lagi!" pekik Jola sebelum lari.

"Dia kenapa sih? Sakit?"

"Definisi fans yang nggak sehat ya gitu."

"Semoga cepet sembuh deh." Divia menggeleng-geleng dengan raut prihatin. Ia pun mengembalikan pandangan ke arah depan. Ya bukan maksudnya lancang ya bre, jadi ya gini, kita 'kan udah nggak ada kerjaan, ya terserah kita 'kan ya mau ngapain, jadi ya ... Sial! Kok Divia jadi kepikiran ucapan Jola ya. Emang Ganesh sama Jeya udah ngapain?

"Meskipun dugaan si Jola bener nih ya mereka bakal balikan lagi. Tapi bukannya belakangan Ganesh deket sama Sica ya?" Amara menopang dagunya. Jemarinya bergerak-gerak menunjukkan otaknya yang tengah berpikir.

"Iya, padahal Jeyanya juga udah deket sama gue." Galih yang sedari tadi adem ayem, karena sudah tak ada kerjaan malah ikut nimbrung tak penting.

"Itu mah lonya aja yang sok ngedeketin, mana caranya bikin eneg pula!" Divia mencebik dan menatap Galih dengan tatapan super jengkelnya.

"Lih, bisa diem aja nggak sih. Ganggu orang ghibah aja lo!" tambah Amara yang semakin menyudutkan bahwa kehadiran Galih tak diharapkan.

"Iya-iya para Ibu, galak amat sih."

"Jadi ya Ra, gimana sama Sica?" Divia menautkan kedua jemarinya

"Serius ghibah dong ibu-ibu," Galih pun memilih membaringkan wajahnya pada permukaan meja lelah. Divia sempat mengirim tatapan sinis, namun memilih tak berkomentar.

"Gue liat sih ya Ganesh belum pernah deket sama cewek lain loh di luar Jeya."

"Iya bener banget, mana akhir-akhir ini mereka sering bareng-bareng."

"Bareng-bareng itu karena ada keperluan," ucap seseorang yang seketika membuat dua orang itu terlonjak kaget.

"Eh ... Sica."

Samar-samar kedua cewek itu mendengar Galih yang berucap 'mampus'.

oOo

Setelah menghebohkan karena kabar putusnya, Jeya dan Ganesh yang kembali terlihat dekat tentu juga mengambil atensi orang-orang kembali. Namun, karena pada dasarnya orang-orang banyak yang mendukung mereka, hal itu tak membuat telinga Jeya mendengar hal aneh. Singkatnya, mungkin Jeya memang tak pernah tahu apa yang orang ceritakan entah baik atau buruk tentangnya. Selain tak mungkin ada penghibahan di depan mata, Jeya yang susah peka situasi tentu hanya akan menganggap tidak ada.

Pada intinya, Jeya dan Ganesh kembali dekat dan orang-orang tidak ada yang mempermasalahkan.

TAMAT

Enggak deng.

Maaf baru nongol, sebulan ini emang hectic banget, meski kedepannya juga ya ... gitu wkwk..... Anggap aja ini aku lagi kretek-kretek jari buat ngetik lagi.

Aku mau nanya, maunya aku post satu-satu atau langsung end?
Karena KM ini udah nggak lama lagi. Nanti deh penjelasannya di depan.
Intinya mau langsung apa bertahap?

Katanya Mantan [TAMAT]Where stories live. Discover now