38. Family

35.2K 4.5K 75
                                    

Ferdi datang tepat ketika Jeya hendak pulang. Cowok itu tentu kaget bukan main. Untungnya dia masih bisa mengondisikan diri hingga tidak terjadi hal yang menghebohkan.

"Balik dulu ya, Fer!" Jeya melambai dengan senyum riang. Padahal pertemuan terakhir mereka bisa dibilang lumayan mengesalkan. Entah Jeya orang yang gampang tak ambil pusing atau memorinya yang tak mampu menampung lama.

"Ah brengsek lo. Gue bela-belain kesini karena khawatir lo belum makan, taunya malah diapelin sama Jeya," ucap Ferdi begitu motor Jeya sudah tak terlihat lagi .

Ganesh terkekeh kemudian lebih dulu memasuki kamarnya. Dilihat dari raut Jeya juga Ganesh yang sudah seperti dikelilingi kelopak bunga, Ferdi menyimpulkan bahwa hubungan antara dua makhluk yang sering membuatnya pusing itu membaik.

"Ini nggak adil! Kok cepet banget sih kalian akurnya? Harusnya lo itu babak belur dulu baru bisa dapetin Jeya!" seru Ferdi yang selalu menjadi orang paling sensi jika menyangkut Ganesh - Jeya.

"Gue udah babak belur, nih nggak liat?" Ganesh duduk pada sofa. Ia meringis ketika membenarkan penyangga tangannya yang sedikit bergeser.

Sementara Ferdi mendengkus kasar, menegaskan seberapa ia kesal sekarang. Fakta ini tak bisa diterima. Ferdi masih marah soal Ganesh yang tiba-tiba ganti haluan dari Sica ke Jeya itu. Merasa dendam, ia mengharapkan temannya itu mencapai cintanya dengan sangat susah payah. Lebih susah payah dari saat Ferdi mencoba memisahkan dia dengan Jeya. Pokoknya harus banyak rintangan, jalan terjal, tikungan, bahkan kalau perlu badai halilintar. Biar dia tahu rasa karena sudah membuat Ferdi kesulitan selama ini.

Ferdi cukup yakin Jeya akan sangat sulit diyakinkan, apalagi dia punya otak yang cenderung salah paham. Ganesh sendiri orang yang terlalu memikirkan perasaan Jeya. Dia terlalu menghargai keputusan Jeya. Semisal Jeya ingin mereka berjauhan, meskipun Ganesh tersiksa sendiri tapi dia akan menuruti keputusan Jeya itu.

Harusnya itu cukup untuk dijadikan rintangan sebelum mereka bersama. Tapi hari ini Ferdi jelas-jelas melihat bahwa mereka sudah ada aura positif untuk bersama.

Pertanyaan, bagaimana itu bisa terjadi?
Bisa saja karena otak Jeya bergeser ke tempat seharusnya, tapi itu kelihatan tidak mungkin, karena otak DIY Jeya itu sudah terlalu limited edition, jadi sulit menemukan suku cadang untuk menormalkannya.
Kemungkinan kedua, Ganesh mulai berubah menjadi egois. Dia tak terlalu menjunjung tinggi soal Jeya. Bisa saja dengan mulai memaksakan perasaannya.

Ferdi tahu Jeya sama Ganesh itu sudah saling suka. Asal Ganesh mau menerobos praduga-praduga aneh Jeya dan menekankan perasaannya, mereka mudah bersama.

"Nesh, lo nggak ngelakuin hal yang aneh ke Jeya 'kan?"

"Aneh apaan?"

"Ya misal lo tiba-tiba nyium Jeya."

UHUK!

Ganesh tidak sedang minum ataupun makan apa-apa tadi dia langsung tersedak karena ucapan Ferdi.

Sementara Fredi sudah melotot melihat respon Ganesh itu.

"ANJIR LO BENERAN NYIUM JEYA?!" teriak Ferdi yang sudah seperti Kakak laki-laki yang mengetahui adik perempuannya diapa-apain temannya yang brengsek, meskipun pada kenyataannya Ganesh tidak brengsek.

Ganesh pun mengangkat tangannya dengan cengiran bersalah, memohon perdamaian.
Yang tak banyak orang tahu soal Ferdinan Agasena, namun bukan hal aneh bagi Ganesh yang berteman dengannya sejak dulu.
Ferdi itu punya jiwa ke-Abangan yang sangat tinggi.

Ferdi anak tunggal, saat kecil setiap menemui anak cewek yang lebih muda darinya Ferdi akan mengaku bahwa mereka adiknya. Dia membantu mereka, memberikan perhatian, bahkan berani maju ketika ada yang mengganggu mereka.
Tak heran ia menjadi kakak kelas terfavorit di SD dulu.

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang