49. Sica : Playdate

30.3K 3.4K 72
                                    

Ini waktu nonton konser, setelah Ganesh ninggalin Sica.

oOo

Sica tengah memainkan ponselnya, hanya asal scroll di sosial media, karena tak ada yang bisa diajak bicara sembari menunggu penampilan band berikutnya. Kopinya sudah habis, jadi sesekali Sica hanya meneguk air mineralnya. Bukan karena haus, entah mungkin sudah kebiasaannya kalau ada air minum di depannya secara refleks Sica selalu meminumnya. Ia pun tak peduli soal resiko sering ke kamar kecil. Baginya, menyisakan air minum sudah seperti salah satu dosa.
Mungkin hanya Sica, satu-satunya orang yang tak pernah membuang botol air mineral dalam keadaan tersisa.

"Wah diam-diam datang buat nyemangatin."

Sica terlonjak kaget, ia nyaris menjatuhkan ponselnya begitu seseorang berbicara tepat di samping telinganya. Membuat bulu di sekitar sana berdiri, merinding.
Sica menoleh, yang di detik berikutnya langsung memundurkan kepala karena wajah orang itu terlalu dekat.

Cowok dengan satu anting di telinga kirinya itu tersenyum, manis. Cewek-cewek di luar sama mungkin sudah menjerit, karena secara kebetulan wajah cowok itu di atas rata-rata. Namun bagi Sica, wajah itu sangat menyebalkan. Kalau bisa Sica ingin melemparnya dengan satu loyang pie.

Lukas, cowok dengan kepribadian 180° dengan Sica itu berjalan memutar lalu duduk pada kursi kosong di seberang Sica.

"Kirain nggak suka musik, ternyata diam-diam stalking ya?" Lukas tersenyum menggoda. Rasa percaya dirinya yang tinggi membuatnya menyebalkan.

"Gue kesini bukan karena lo. Dan gue sama sekali nggak tau lo salah satu yang tampilannya." Hanya di depan Lukas, Sica tidak bisa berbicara dengan tenang. Cowok itu terlalu menyebalkan dan menggolak emosinya. Ada saja tingkahnya yang membuat Sica bisa kehilangan kesabaran.

"Oke, jadi artinya sekarang first-time Ayang liat penampilan gue nih?" Lukas menaik-turunkan alisnya. Seolah tak terpengaruh dengan Sica yang jelas-jelas memancarkan aura ketidaksukaannya.

"Jangan panggil itu." Nada suara Sica tidak tinggi, namun syarat akan penekanan.

"Eh iya, sorry Ayang, gue lupa kalau Ayang nggak suka dipanggil Ayang."

Sica menatap datar cowok di hadapannya. Dia sudah hafal seperti apa watak seorang Lukas. Yang jika Sica melarangnya suatu hal, cowok itu akan melakukannya dengan lebih semangat. Membuat Sica kesal di setiap pertemuan mereka seolah menjadi target capaiannya.

Sica menggelengkan kepala, berusaha tak peduli dan menganggap bahwa di depannya tidak ada orang saja. Ia meraih botol air kemudian meneguknya. Begitu air dalam perjalanan menuju kerongkongannya, Sica menurunkan lagi botol itu pada meja, namun di saat ia mengambil tutupnya, Lukas merebut botol itu kemudian meneguknya tanpa permisi.

Mata Sica melotot.

Hey bagaimana bisa cowok itu meminum dari mulut botol bekas dirinya?!

Dan seolah tak peduli dengan reaksi garang itu, Lukas dengan santai menyimpan kembali air mineral itu.

"Ah ... Seger banget. Kayaknya sekarang nyanyi 10 album pun sanggup," ucapnya dengan tidak tahu diri.

Argh, rasanya Sica ingin protes pada Tuhan karena sudah mempertemukannya dengan manusia yang tahu sopan santun tapi menolak memakainya itu. Sica salah apa Tuhan, selama ini dia sudah berusaha menjadi anak yang baik. Sebagai imbalan, bisa tidak lenyapkan cowok di hadapannya?

"Tes ... Tes ..."

Suara dari arah panggung yang tengah melakukan cek sound, pertanda konser akan kembali dilanjutkan.

Katanya Mantan [TAMAT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora