26. Perasaan Aneh

35.7K 4.1K 28
                                    

"Lo sih, La," ucap Divia seraya menyikut Jola. Mereka tengah berjalan di koridor setelah rapat selesai dengan Jeya yang tak kembali. Dia pergi tanpa apa pun, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menitipkan tas Jeya di kantor satpam. Karena tak satu pun dari ketiganya yang tahu rumah Jeya.

"Kok jadi aku?" Jola menutup bibirnya kemudian menunduk. Memang tak bisa dielakkan, hatinya bahkan mengakui jika dia bersalah. Dia yang memulainya.

"Lagian lo ngotot banget sih mereka nggak boleh putus. Meskipun lo suka ya, tapi 'kan yang jalanin mereka." Divia melipat tangan, sebenarnya dia juga merasa tak enak karena tadi meskipun tak separah Jola, dia juga ikut nimbrung. Mereka dekat belum lama, Divia takut meninggalkan kesan yang buruk pada Jeya. Apalagi kekompakan sangat diperlukan sebagai satu tim.

"Gue paham sih perasaan Jeya. Bayangin aja baru putus, terus bukannya dihibur atau dibawa seneng-seneng biar lupa sama galaunya, ini malah secara nggak langsung terus-terusan diingetin," papar Amara. Ia melihat tas Jeya yang dipeluknya kemudian menghela napas.

"Bener, apalagi kalo putusnya nggak baik-baik."

Amara berdecak. "Kalo baik-baik ngapain putuh dong, Div?"

"Ya maksudnya putusnya tuh kayak ada masalah gede yang parah banget gitu, sampe sakit hati, ya 'kan?"

"Tapi sebelumnya Kak Ganesh sama Kak Jeya baik-baik aja," ucap Jola yang langsung mendapatkan dengkusan dari kedua Kakak kelasnya itu. Mereka benar-benar di kubu berbeda. Jola yang terus berharap akan kisah Jeya-Ganesh, sementar Divia dan Amara yang sudah berpengalaman lebih menjunjung realita.

"Sekali lagi ya, Jola. Yang jalanin mereka, kita yang orang luar mana tahu prahara yang terjadi antara mereka. Yakali segala hal mereka gamblangin ke publik."

Jola menatap keduanya. "Tapi...." Tak ada kelanjutan karena ia yakin mereka berdua tak akan mengerti dan menentangnya lagi.

"Eh berarti Ganesh jahat dong ya?" cetus Divia tiba-tiba setelah menganalisa semua kabar yang dia terima.

Jola menatap cewek itu dengan cepat.

"Tadi Jeya nangis sampe nggak balik lagi, kayaknya dia sepatah hati itu."

Jola termenung, ia mulai mencerna baik-baik ucapan Divia itu hingga sebuah suara mengalihkan fokus mereka.

"Eh udah bubar ya? Aduh gue kelamaan banget ya."

Jeya berdiri di depan mereka, dengan mata sembab juga hidung merah. Jeya tak menyangka akan menangis lama dengan Rista, bercerita panjang dan menegaskan bahwa tak boleh ada lagi hal yang memecah mereka, apa pun persoalannya harus dihadapi bersama.

Namun, tentunya penampilan Jeya itu memiliki makna berbeda bagi ketiga cewek di depannya. Mereka saling sikut satu sama lain dengan hati yang bergumam.

Jeya sesakit itu karena Ganesh - Divia

Nggak nyangka Ganesh bikin orang sepatatah hati ini - Amara

Kak Ganesh tega! - Jola

"Maaf," ucap ketiga orang itu berbarengan tanpa dikomando. Mereka sudah membuat Jeya mengingat rasa sakitnya. Itu kesalahan yang tidak sepele.

Benar kata pepatah, beda kepala, beda persepsi. Meski halnya sama, bisa diterjemahkan berbeda jika lain sudut pandangnya.

Jeya yang tak mengerti menatap bingung. Kenapa mereka meminta maaf? Maaf itu ketika ada salah, lalu apa salah mereka? Jeya bahkan baru kembali. Malah seharusnya ia yang minta maaf karena tak mengikuti rapat.

"Kenapa minta maaf?"

Wajah polos Jeya yang terlihat baik-baik saja itu membuat imajinasi ketiganya semakin melebar, bahwa; Jeya itu tidak seperti yang terlihat itu, melainkan sekarang tengah berusaha baik-baik saja untuk menutup lukanya.

Katanya Mantan [TAMAT]Where stories live. Discover now