35. Kesalahan kah?

37.4K 4.3K 111
                                    

Jeya terkaget, tubuhnya menegang, ia merasa seperti baru saja kena kutukan Ibunya Malin Kundang. Tubuhnya terasa mati rasa atau lebih tepatnya meringan sampai rasanya Jeya melayang. Tidak hanya itu, dalam perutnya juga terasa ada yang menggelitik, memberikan efek menyenangkan.

Ini ... apa yang terjadi?

Jeya hendak memundurkan tubuhnya, namun tangan Ganesh yang ada di punggungnya mendorong Jeya untuk maju ke depan. Semakin merapat, telapak tangan Jeya bahkan sekarang berada dada bidang cowok itu. Tidak mendorongnya, padahal Jeya juga masih mengingat opsi yang Ganesh berikan beberapa saat lalu itu.

Jeya tak bisa melihat, namun karena itu Jeya bisa merasakan tindakan Ganesh dengan jelas. Bagaimana menyentuh bibirnya dengan lembut, hati-hati, membuat gelitikan dalam perut Jeya semakin menjadi.

Jeya hendak mendorong Ganesh begitu cowok itu menekannya lebih dalam. Namun sisi centilnya yang tentu menyukai tindakan itu lebih unggul hingga Jeya kembali urung.

Jeya tidak bodoh. Meski tidak melihat ia tahu apa yang sekarang terjadi. Mereka melakukan hal yang pernah beberapa kali Jeya lihat ketika menonton drama korea.

Kissing

Jeya rasa sekarang wajahnya memerah karena terasa panas.

Sementara di sisi lain Ganesh yang ikut memejamkan mata memiringkan wajahnya ke kiri dan ke kanan sesuai ritme. Ganesh sendiri sadar dirinya terlalu lancang. Namun dia juga menolak untuk berhenti. Ada sisi dalam dirinya yang merasa bangga luar biasa. Meski belum ada ikrar yang terucap, Jeya yang bahkan tak mendorong atau memukulnya memberinya keyakinan bahwa dirinya diterima.

Ganesh memperlakukan Jeya selembut mungkin. Membawa Jeya yang semula tegang itu menemui rileksnya. Ganesh menekannya. Mempertegas bahwa sekarang dia sudah tidak keliru dengan perasaannya. Jeya, yang dirinya inginkan.

Tangan Ganesh turun ke pinggang Jeya. Ia menjauhkan wajahnya, menyisakan rasa hangat yang perlahan menguap.

Tangan Ganesh yang menutup mata Jeya itu perlahan turun. Ibu jarinya mengusap jejak-jejak lembab pada bibir Jeya. Jangankan lelehan cokelat, lipgloss Jeya pun bahkan tak tersisa.

Ganesh tersenyum. Ia beralih pada mata Jeya yang menatapnya dengan pancar bingung itu, belum lagi pipinya yang besemu. Jeya terlihat seperti kucing yang menggemaskan.

"Nesh, jangan liat aku," Jeya memutus kontak mata mereka dengan menunduk. Ganesh bisa melihat jika rona merah di pipinya kini mulai menjalar pada telinga Jeya.

"Kenapa?" Ganesh tahu, namun hatinya tergerak untuk menggodanya.

"Aku ... malu."

"Malu?" Ganesh membeo dengan senyuman dikulum.

"Iya, jadi jangan liat aku."

Jeya menangkap telunjuk Ganesh yang hendak mengangkat dagunya.

"Sebentar, aku beneran malu. Kamu jangan liat dulu," papar Jeya dengan nada yang panik.

Ganesh terkekeh kemudian menarik Jeya ke dalam dekapannya. Menenangkannya dengan menyembunyikan wajah Jeya di dadanya.

"Iya, tuh nggak aku liat 'kan?" Ganesh mengusap-usap rambut Jeya. Sementara ia merasakan Jeya yang meremas-remas kecil kemeja di pinggangnya.

"Nesh...."

"Iya, Je?"

"Barusan itu nyata nggak sih?"

Ganesh tertawa. "Maaf ya, aku pasti bikin kamu kaget ya. Tapi makasih ya udah ngizinin aku."

Jeya tiba-tiba memeluk Ganesh erat. Ganesh bahkan merasakan Jeya yang semakin menyembunyikan wajahnya.

Katanya Mantan [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora