2. Prinsip Baru

487 56 31
                                    

❝Jika orang lain punya prinsip butuh cuan, maka prinsipku butuh Bapak Juan.

🌿🌿🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Nadhira bangun lebih pagi hari ini. Tidak ada jadwal bimbingan, tetapi ia ingin datang ke kampus. Gadis dua puluh dua tahun yang memiliki fokus baru itu akan mencuci mata di kampus. Sambil menyelam minum air, tak hanya ingin memandang wajah dosen tampan itu, tetapi juga mencari buku-buku untuk menambah referensi proposal miliknya. Gadis itu berulang kali mengembuskan napas. Masih duduk terdiam di atas ranjang.

"Kok gue jadi males buat revisi, ya? Biar gini aja, biar tambah lama buat ketemu sama Pak Juan," gumam gadis itu dengan tampang khas bangun tidur, tentu acak-acakan.

"Gue yakin, sih modelan Pak Juan itu susah banget buat ditaklukin. Pasti dia ... argh, gue butuh waktu banyak kayaknya. Oke, kalo gitu tunda lagi!" putus gadis itu. Memang tidak waras. Ia pikir kuliah tidak pakai uang apa? Jika orang lain menginginkan lulus dengan cepat, maka Nadhira adalah versi teranehnya.

Nadhira bergegas untuk mandi. Tidak mungkin bukan ingin bertemu tambatan hati, tetapi tidak wangi? Gengsi, dong!

Tiga puluh menit, gadis itu sudah selesai dengan aktivitas paginya. Memandangi wajah dan setelannya di depan cermin besar. Setelan kasual celana jeans panjang yang dipadukan dengan blouse polos model sabrina warna putih. Menyabet totebag yang berada di atas ranjang. Nadhira pun melangkahkan kaki keluar dari kamar. Gadis yang biasa makan di luar itu menyeritkan dahi. Nadhira mendapati sekotak makanan yang dibeli berada di atas meja ruang tamu. Nadhira memutar bola mata jengah. Ia mendecak. Ada catatan kecil di sana, pasti Nadia yang memberikan.

"Buang-buang duit! Gue juga nggak akan pernah makan makanan itu," gerutu Nadhira. Gadis itu meremas kertas kecil di sana, lalu melemparkan ke tempat sampah. Nadhira membawa kotak makan itu, lantas keluar dari unit apartemen miliknya. Gadis muda itu berjalan ke arah unit yang berada di sampingnya.

"Bang! Bang Devon!" seru Nadhira di sela ketukan pada pintu unit apartemen milik seseorang yang disebutnya 'Devon'. Tak berselang lama, seorang lelaki muncul dari unit itu. Wajah yang masih berantakan, terkesan seperti pulang dari shift malam. Pria itu menguap lebar.

"Apa, Nad?" tanya Devon seraya menggaruk tengkuknya. Devon adalah tetangga satu lantai Nadhira. Devon sudah bekerja sebagai dokter spesialis paru di sebuah rumah sakit di Jakarta. Devon adalah pria berusia 32 tahun, tetapi pria itu tetap ingin dipanggil 'bang' oleh Nadhira.

"Makanan lagi kayak biasa," ucap Nadhira menyengir. Gadis itu mengulurkan kotak makanan yang ditinggalkan oleh Bundanya di apartemen tadi.

"Puji Tuhan dapat makanan gratis. Btw, kenapa sih enggak kamu makan aja? Sayang, loh. Makanannya juga enak-enak," ujar pria asal Semarang yang merantau itu.

"Enggak ah, udah nggak selera duluan. Lagian rasanya beda. Buat apa juga kalau aslinya beliin terpaksa," lontar Nadhira dengan senyum kecutnya. Devon mengembuskan napas.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang