26. Jawaban Nadhira

175 28 25
                                    

❝Bukan soal ingin mematahkan hari itu juga, tetapi ini soal luka kontinu yang tidak ingin menjadi lebih buruk.❞

🌿🌿🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿🌿🌿

Merasa buruk karena meninggalkan setelah mengatakan hal yang mungkin membuat orang kecewa. Namun, Nadhira tidak bisa bertahan di sana. Gadis yang masih satu mobil dengan Adit itu sama sekali tidak membuka mulut. Pagi ini Nadhira harus pulang ke apartemennya. Merasa tidak enak hati itu pasti, tetapi sesuai kesepakatan Nadhira menginap dari Sabtu malam sampai Senin pagi. Memori semalam berputar di pikiran Nadhira.

"Nadhira ... maaf, Mas tapi Nadhira nggak bisa. Mungkin akan menyakitkan, tapi rasanya harus diutarakan sekarang," sahut Nadhira menggantung. Ia melihat wajah Adit sebelum meneruskan ucapannya.

"Saya akan dengarkan sampai selesai," lontar Adit seakan lelaki itu tahu maksud dari tatapan Nadhira. Gadis itu menghela napas.

"Perasaan Nadhira sekarang masih belum bisa dipastikan. Masih ada satu nama yang singgah di sana. Kalau Nadhira mengatakan 'iya' ke Mas Adit, sama aja Nadhira ingin menyakiti Mas Adit secara perlahan. Maaf, ya, Mas tapi Nadhira memang tidak bisa. Jujur, Nadhira hanya anggap Mas sebagai kakak lelaki sejak tiga tahun lalu," sambungnya.

Embusan napas terdengar keras. Adit menunduk, lalu mengusap wajahnya kasar. Ada raut kecewa, tetapi Adit tak berkomentar apa pun. Nadhira semakin tak enak hati. Rasanya gadis itu menjadi gadis bejat yang melukai perasaan lelaki setulus Praditya dalam sekali tarikan napas.

"Mas Adit," lirih Nadhira. Praditya menggeleng. Lelaki itu mengelus lengan Nadhira.

"Saya nggak apa-apa, Nad. Kamu tidak perlu khawatir. Saya lega karena kamu mau jujur sama saya. Saya nggak masalah," papar Praditya. Lelaki itu mengulas senyuman.

"Tapi di mana nanti kamu terluka, cari saya, ya. Saya selalu ada untuk kamu. Saya selalu di samping kamu. Berdiri tegak di belakang kamu, bahkan siap memberikan pundak ini sebagai sandaran," imbuh Praditya. Nadhira menangis. Ia mengangguk. Rasanya memang berat. Jika saja Praditya meminta sejak awal, Nadhira tak akan melakukan ini. Karena sebelum ada Juan, nama Praditya yang mengisi setiap lorong hatinya. Lelaki yang Nadhira banggakan dari kecil, kini nama itu terbuang jauh dari daftar lelaki pujaan Nadhira.

Praditya terkekeh. Dia yang kecewa tapi Nadhira yang menangis. Bahkan, gadis itu sempat terisak. Praditya pun mengelus puncak kepala Nadhira, lalu menarik gadis itu ke pelukannya ketika mata Larisa mengarah ke mereka. Tentu ia tidak mau disalahkan oleh wanita paruh baya itu.

"Masih mikirin soal semalam?" celetuk Adit membuyarkan lamunan Nadhira. Gadis itu menunduk. Rasa bersalah kembali mencuat.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Where stories live. Discover now