20. Trending Topic

197 32 7
                                    

❝Salahkah jika cinta memihak ke sembarang orang? Apakah harus masalah hati sampai dipublikasikan?❞

❝Salahkah jika cinta memihak ke sembarang orang? Apakah harus masalah hati sampai dipublikasikan?❞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿🌿🌿

Pagi menyapa indera pengelihatan Nadhira. Gadis yang tidur di kamar Jovita itu mengerjapkan mata. Nadhira sepertinya kesiangan. Tidak istirahat kemarin membuat dirinya begitu lelah. Ini hari Selasa, tetapi Nadhira belum ada niatan untuk balik ke unit apartemennya, apalagi ke kampus. Nadhira menguap dengan lebar di atas ranjang Jovita. Manik itu menoleh ke samping, ia tak mendapati Jovita di sana. Matanya mengedar ke seisi ruangan, tidak ada bunyi gemercik air, berarti Jovita tidak ada di dalam.

"Terus ke mana? Jo! Jovita!" seru Nadhira. Gadis itu turun dari ranjang. Pikiran yang ke mana-mana, membuat Nadhira mengabaikan selimut yang belum dirapikan. Gadis itu keluar dari kamar. Kaki-kaki itu melangkah menuruni tangga sembari menyeru. Baru setengah perjalanan, Juan dengan wajah bantal pun keluar dari kamar. Lelaki itu mendekati Nadhira dengan wajah panik.

"Ada apa, Nad? Kamu panggil Jovita, emang ada apa?" tanya Juan.

"Jovita nggak ada di kamar pas saya bangun. Bapak juga telat bangun?" tanya Nadhira. Juan mengangguk.

"Iya, sehabis subuh saya tidur lagi, ngantuk banget karena kemarin nggak tidur. Jovita beneran nggak ada di kamar? Di kamar mandi?" tanya Juan. Nadhira menggeleng. Juan mendecak, sedangkan pikirannya tengah rumit.

"Bapak cari ke belakang, saya ke depan, deh," usul Nadhira. Juan pun mengangguk. Mereka menuruni tangga bersamaan, setelah itu mereka berpencar ke lokasi pencarian yang telah dibagi.

Nadhira tidak berlari, gadis itu tahu betul keadaannya sekarang. Terlebih Adinda yang belum sampai untuk membawakan obatnya. Mata Nadhira mengedar, ia mengamati setiap sudut. Jovita tidak ada di area depan. Hanya ada karangan bunga tersisa di sana. Gadis itu mendecak, menggigiti bibir bawahnya. Mata itu tidak bisa berbohong. Terdapat sorot khawatir di sana.

"Kamu ke mana sih, Jo?" gumam Nadhira yang terus berjalan ke sana dan ke mari mencari targetnya. Tak lama, Juan pun datang dengan napas terengah. Lelaki yang sempat membungkuk karena lelah itu menggeleng.

"Terus di mana, dong?" ucap Nadhira. Juan tidak bisa memikirkan hal jernih untuk sekarang.

Nadhira terlihat berpikir keras. Ketika matanya membulat, ia menoleh ke arah Juan. "Pemakaman!" pekik Nadhira. Juan pun teringat. Benar, sikap Jovita kemarin membuat Juan yakin untuk ke tempat itu. Saat Nadhira ingin berlari, Juan lebih dulu mencegah. Lelaki itu menatap motor vespa peninggalan ayahnya.

"Naik motor aja," usul Juan. Nadhira pun menurut. Lelaki itu berlari ke arah garasi. Motor yang terparkir bersama kuncinya itu membuat mudah urusan Juan. Lelaki itu menstarter motor vespa berwarna silver. Juan melajukannya, lalu berhenti di depan Nadhira.

"Ayo!" suruh Juan. Nadhira segera naik ke atas jok belakang motor. Setelah itu, mereka segera melajukan motor ke arah pemakaman yang sebenarnya tidak ada satu kilo, tetapi cukup membuat Nadhira pingsan saat di jalan.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Where stories live. Discover now