25. Rooftop dan Ungkapan

186 28 21
                                    

❝Makna tersirat atas perhatiannya selama ini, tentu membuat lubuk hati kian tak nyaman. Hatinya sudah jatuh di hati yang telah menyimpan nama pria lain.❞

🌿🌿🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌿🌿🌿

Nadhira mendapat perhatian khusus dari Larisa ketika dirinya tiba di kediaman keluarga dokter Gibran dengan langkah gontai. Tak luput juga papahan dari Adit yang sebenarnya berlebihan untuk Nadhira. Larisa berlari dari arah dapur. Wanita itu membulatkan mata melihat keadaan Nadhira.

"Ya Allah, kenapa, Mas?" tanya Larisa. Adit bungkam. Lelaki itu tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Larisa.

"Ya udah, sini duduk dulu Nadhiranya!" titah Larisa. Wanita itu membenarkan sofa agar Nadhira bisa duduk di sana. Lantas Adit pun mendudukkan Nadhira di sofa itu.

"Bentar, Tante ambilin air putih dulu," kata Larisa. Wanita paruh baya itu pergi ke arah dapur. Sementara, Adit sibuk membenarkan posisi duduk Nadhira agar terasa nyaman. Tak luput lelaki itu mengelus punggung tangan Nadhira agar tenang. Keadaan Nadhira lebih parah dari sebelumnya, apalagi setelah mendapat sebuah pesan dari Nadia.

"Minum dulu, Sayang!" titah Larisa sembari membantu Nadhira meminum air putih yang diambil tadi.

"Kamu kenapa sih, Nad? Mas, ada apa?" tanya Larisa. Wanita itu kian penasaran atas apa yang terjadi sebelumnya. Adit ragu, tatapan Nadhira mengisyaratkan untuk tidak mengatakan apa pun. Sampai Nadhira sendiri yang angkat bicara.

"Nadhira nggak apa-apa kok, Tante. Nadhira cuma kecapekan aja," cakap Nadhira bohong. Raut tak percaya terpampang di wajah Larisa.

"Kamu bo—"

"Udahlah, Ma. Biarin Nadhira istirahat. Masa terus duduk di sini?" tukas Adit. Larisa mendecak, lalu wanita itu setuju. Kedua orang itu memapah Nadhira sampai ke kamar. Di sela perjalanan, Nadhira merasa tak enak hati.

"Maaf, ya, Tan, Mas malah ngerepotin gini," cicit Nadhira. Embusan napas keluar dari hidung Larisa.

"Nggak usah ngerasa nggak enak gitu, ah. Tante nggak merasa direpotkan, kok," sanggah Larisa. Nadhira pun melayangkan senyum ke arah Larisa.

Sementara itu, Juan mendecak karena adanya Yasinta yang menguntitnya membuat semuanya menjadi kacau. Pikiran Juan tidak tenang, terlebih melihat raut kecewa Nadhira. Helaan napas pun terdengar keras.

"Kamu kenapa sih? Masih mikirin bocil yang tadi? Aku kurang apa sih di mata kamu, Wan?" protes Yasinta. Wanita itu benar-benar tidak ingin melepaskan Juan. Bahkan, saat mobil sudah dikunci, Yasinta naik ke kap mobil agar lelaki itu membukakan pintu. Juan yang merasa tidak terima Nadhira disebut seperti itu, Juan pun menoleh dan melayangkan tatapan tajam.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang