27. Suka atau Duka?

190 32 12
                                    

❝Waktu memang berjalan begitu cepat, tanpa adanya kamu pun kaki ini masih bisa berdiri meski perih untuk ditapaki. Juan, hari ini aku telah menyelesaikan tugas.❞

🌿🌿🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿🌿🌿

Agustus 2021

Waktu memang berjalan secepat itu, Maret telah digantikan oleh bulan kedelapan. Bulan penuh perjuangan dan kebahagiaan. Selayaknya sekarang, Nadhira akan menghadapi sidang skripsi hari ini. Kaki gemetar, kepala yang terasa berat, rasa gugup yang tak bisa diajak kerja sama. Soal Juan, bisa dibilang perpisahan terakhir mereka berjalan baik. Namun, hari ini lelaki itu tidak bisa datang. Tentu saja karena masuk kuliah. Nadhira paham, ia tak bisa menuntut lebih bukan? Surel dan pesan yang tak terbalas, telefon yang tak diangkat, tak membuat Nadhira patah semangat. Gadis itu mampu menapaki terjalnya perjalanan untuk mencapai sebuah kebahagiaan.

"Ya Allah, tinggal tiga jam lagi," keluh Nadhira. Masih menunjukkan waktu yang lama, tapi ketakutan hanya membuat Nadhira semakin gila.

"Bunda mana, sih? Katanya mau jemput," gumam Nadhira yang celingukan di depan pintu masuk apartemen. Layaknya anak terlantar, Nadhira duduk di undakan tangga depan pintu masuk.

Ah, ya soal Nadia. Gadis itu mulai membuka hati, meskipun masih belum memberikan persetujuan soal pernikahan Bima dan Nadia. Semua itu berkat Juan. Lelaki yang kehilangan ibu itu, tak mau dirinya merasakan hal yang sama. Memang terdengar egois, meminta izin untuk menikah lagi, tetapi seseorang tak akan mungkin bisa hidup dalam kesendirian selamanya bukan? Maka dari itu, Juan meminta Nadhira untuk menerima. Toh, Nadia ibu kandungnya. Terlebih, Nadia tidak seperti Asraf. Tak hanya itu, semua ketidaksempurnaan Nadhira adalah Asraf yang memulai, Asraf yang memilih main belakang, sedangkan Nadia hanya membela harga dirinya. Rasanya tak adil jika Nadhira membenci Nadia.

Mobil pajero berwarna putih berhenti di depan Nadhira. Gadis yang duduk di undakan itu, perlahan bangkit. Memang bukan mobil Nadia, tetapi mobil milik Bima.

"Nad, kamu ngapain duduk di situ? Nggak nunggu di dalam aja," protes Nadia. Nadhira menggeleng. Bagaimana bisa menunggu di dalam? Gadis itu panik setengah mati.

"Nggak bisa, Bun. Nadhira panik, gugup, pokoknya campur aduk, deh," balas Nadhira. Nadia terkekeh. Wanita paruh baya yang keluar dari mobil itu menghampiri Nadhira. Wanita itu mengelus puncak kepala Nadhira.

"Ya udah, deh. Habisnya kamu nggak mau tinggal sama Bunda. Udah gih, masuk. Kamu belum sarapan pasti? Di belakang ada bekal, kamu makan, ya," cerocos Nadia. Gadis yang pernah hilang kasih sayang itu, perlahan mendapatkan perhatian, meskipun dari satu sisi.

"Iya, Bun. Makasih, ya," ujar Nadhira. Gadis itu masuk ke dalam mobil. Duduk di jok belakang, sedangkan sepasang kekasih itu duduk di bagian depan.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Where stories live. Discover now