38. Maaf, Saya Melukaimu

231 31 34
                                    

❝Hati ini akhirnya kembali kepada pemilik yang sah. Maaf, jika raguku malah membuatmu patah hati.❞

🌿🌿🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿🌿🌿

Nadhira membekap mulut Juan. Gadis itu menunduk. "Saya sudah tahu semua," lontarnya. Ucapan itu berhasil membuat Juan tak meneruskan ucapannya. Juan mengembuskan napas. Ia pun menundukkan kepala.

"Kamu bertemu Andini?" tanya Juan. Nadhira mengangguk.

"Bersama anaknya di toko alat lukis," sambung Nadhira. Juan semakin bersalah. Lelaki itu mengarahkan tangan untuk membingkai wajah Nadhira. Sebelum itu, ia mendongakkan kepala Nadhira agar menatapnya. Netra Juan menatap sendu manik mata Nadhira.

"Maaf, saya telah melukaimu," lirih Juan terdengar begitu mendalam. Nadhira terisak, lalu mengangguk. Tak kuasa menahan air mata, Nadhira pun menubrukkan diri ke dada bidang Juan.

"Ssttt, jangan nangis terus. Nanti kamu sesak, Nad. Kontrol diri kamu, oke?" tegur Juan seraya mengelus punggung Nadhira yang bergetar.

Mencoba menyelami rasa yang dirindukan, tiba-tiba saja ponsel Nadhira berdering. Ada panggilan masuk saat Nadhira membongkar tasnya. Sebuah panggilan dari Om Bram. Nadhira mengelap air matanya. Mencoba menetralkan suara parau akibat menangis.

"Halo, Om Bram?" sapa Nadhira. Gadis itu sempat menoleh, lalu ia menyandarkan kepala di bahu Juan.

"Mbak Nadhira kok lama? Saya ada di depan rumah yang Mbak masuki tadi. Ayo Mbak pulang! Ini Bi Sumi sudah telefon, Pak Asraf nyariin Mbak," balas Bram. Nadhira mendecak.

"Om pulang dulu aja. Ini Nadhira di rumah temen, kok. Nadhira nggak apa-apa," titah gadis itu. Ia sempat menggilas ingusnya sampai berbunyi. Sontak orang di seberang sana tersikap. Harap-harap cemas atas kondisi anak majikannya.

"Mbak nangis, ya? Mbak diapain, Mbak?" cecar Bram. Belum juga Nadhira menjawab, Bram lebih dulu menerobos pintu. Terpampanglah Nadhira yang menyenderkan diri di pelukan Juan.

"Om Bram!" pekik Nadhira. Bram pun membulatkan mata. Ternyata, anak majikannya tengah berpelukan mesra.

"Mb-mbak Nadhira ngapain?" tanya Bram. Nadhira menelan salivanya. Ia berjalan ke arah Bram.

"Om Bram pulang aja, deh! Nad masih mau di sini. Bilang aja Nadhira nginep di rumah Bunda. Oke?" rengek Nadhira. Bram menggeleng.

"Bohong dosa, Mbak. Apalagi Mbak di sini sama cowok. Waduh, saya nggak mau dimarahin Pak Asraf, Mbak. Pulang, yuk! Mbak perlu istirahat," tolak Bram. Nadhira mendesis. Gadis itu melempar tatapan memohon ke Bram.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Where stories live. Discover now