29. Di antara Keraguan

161 27 6
                                    

❝Hari ini satu permintaan ingin terpenuhi. Mungkin hari ini hati harus belajar dewasa untuk menerima.❞

🌿🌿🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿🌿🌿

Mentari menyapa wajah segar Nadhira. Gadis yang duduk di balkon kamar itu tengah menikmati secangkir teh madu yang dibuatkan oleh Nadia. Soal unit apartemen, Nadhira sudah menjualnya. Gadis itu memutuskan untuk tinggal dengan Nadia. Toh, Devon pun sudah pindah ke rumah baru. Jadi, Nadhira tak punya alasan lagi untuk tetap tinggal di sana.

Seruan dari Nadia menyeruak telinga. Kini, sudah saatnya untuk sarapan. Gadis itu segera menghabiskan teh madunya, lalu berjalan ke arah pintu. Ia melihat Nadia yang berdiri di sana.

"Ayo sarapan! Udah ditunggu sama Om Bima juga," ujar Nadia. Gadis itu mengangguk. Sudah terlalu biasa baginya jika harus sarapan bertiga seperti ini. Nadhira pun mengikuti langkah Nadia yang menuruni tangga.

Dentingan alat makan terdengar menyeruak. Nadhira tengah sarapan bersama Nadia dan Bima. Duduk melingkar di meja bundar. Saling diam, tetapi Nadhira dapat menangkap gelagat aneh kedua insan di depannya. Nadhira menghentikan suapan ketika ia merasa tak nyaman. Gadis itu meraih gelasnya, lalu meminum air putih yang ada di dalamnya.

"Bun, aku udah selesai, nih. Aku mau pergi sama Adinda boleh?" pinta Nadhira. Nadia tak langsung menjawab. Namun, tak menyurutkan kaki Nadhira untuk bangkit. Sampai tangan Nadia mencegah langkah putrinya.

"Bunda mau bicara sama kamu. Ini penting," singkatnya. Raut serius terpancar dari wajah Nadia. Nadhira pun mengangguk. Nadia melempar senyumnya. Nadhira kembali ke tempat duduknya.

"Bunda mau ngomong apa?" tanya Nadhira dengan raut setenang mungkin, meskipun firasatnya tidak menunjukkan kebaikan. Gadis itu memilih tenang. Jika saja dugaannya benar, ia harus menerima. Ia tidak boleh egois.

"Bun-bunda mau ngomong kalau Bunda ingin menikah dengan Om Bima. Bunda sudah dilamar," ungkap Nadia seraya menunjukkan cincin di jari manis bagian kiri. Hati Nadhira mencelos. Dugaannya tidak meleset sama sekali. Gadis itu terdiam.

"Nad, kamu setuju 'kan sama permintaan Bunda?" tanya Nadia. Wanita itu cemas jika Nadhira tidak bisa menerima. Nadhira belum menjawab lagi.

"Ini memang keputusan yang sulit, tapi Om janji bakal jaga kalian dengan baik," sambung Bima. Nadhira menelan ludahnya. Ia pun mendongak.

"Nad, gimana? Kalau kamu belum siap, Bunda nggak masalah kok," ujar Nadia. Embusan napas terdengar dari bibir Nadhira. Gadis itu melayangkan senyuman.

"Nadhira setuju," sahut Nadhira lantang. Hal itu membuat Nadia membulatkan mata tak percaya. Wanita itu meraih tangan Nadhira, lalu menggenggamnya kuat.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Where stories live. Discover now