3. Fotolistrik

357 56 29
                                    

Elektron, permukaan, dan radiasi.

🌿🌿🌿

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

🌿🌿🌿

Berakhir di brankar rumah sakit, infus yang terpasang di tangan adalah hal biasa yang Nadhira dapatkan. Sempat tak sadarkan diri selama tiga hari membuat Nadhira semakin pesimis atas kesembuhan jantungnya. Rasanya bukan suatu kemustahilan, tetapi jika kejadian seperti kemarin terus menghantui, sudah dipastikan Nadhira akan mengalami henti jantung. Masih berada di tahap pemulihan. Gadis berusia dua puluh dua tahun itu harus menunda kembali skripsi sampai keadaannya benar-benar dikatakan baik oleh dokter Gibran.

Berbaring menatap langit-langit dengan bosan. Pikiran kembali ke kala itu, malam di mana sebuah alasan membuat dia berakhir di tempat ini lagi. Sampai pikiran itu berangsur beralih ke sosok yang mungkin membawanya ke sini. Juan Pradipta, pria itu yang ia lihat sebelum hilang kesadaran. Nadhira tersikap. Ia duduk sembari memikirkan sosok Juan yang mungkin mengetahui penyakitnya. Sial! Semoga saja Juan tidak berangsur pergi karena kondisi gadis itu yang payah.

"Pagi, Nadhira!" sapa dokter Gibran yang baru saja masuk ke kamar rawat Nadhira bersamaan dengan asistennya.

"Pagi, Dok!" balas Nadhira. Gadis itu harus mengembuskan napas. Gadis itu harus bersiap kena omel karena ini kali kedua dirawat selama kurun satu bulan.

"Nad, saya pesan sama kamu apa pun masalahnya, utamakan kesehatan jantung kamu. Saya tahu di balik bertahannya kamu sampai saat ini, pasti masih ada suatu alasan dan harapan. Memang nggak mudah, tetapi kamu salah satu pasien saya yang mengalami peningkatan ke arah yang baik untuk kurun waktu yang lama. Jangan pikirkan hal-hal yang membuat kamu stres dan terbebani. Masih ada orang yang mengharapkan kamu untuk sembuh," ujar dokter Gibran setelah memeriksa keadaan Nadhira pagi ini. Ya, memang benar masih ada banyak yang menginginkan ia sembuh. Namun, sosok lain yang ia harapkan sudah pupus lima tahun lalu. Gibran pun tahu soal itu.

"Iya, saya paham kok, Dok. Mungkin malam itu saya yang salah," cicit Nadhira. Lantas gadis itu berdehem.

"Dokter tahu nggak orang yang bawa saya ke sini?" tanya Nadhira. Gadis itu sudah menelan rasa penasarannya selama ini.

"Cowok yang mondar-mandir ke ruangan kamu itu? Setiap hari dia ke sini cuma mastiin kalau kamu baik-baik aja. Pacar kamu atau gimana?" goda dokter Gibran.

"Bukan pacar, Dok. Pak Juan dosen saya, dosbing," balas Nadhira dengan senyum terurai.

"Wah, keren, ya dosbing sampai segitunya merhatiin mahasiswi bimbingannya. Hati-hati loh, Nad," goda Gibran lagi. Nadhira dengan senyum lebarnya mendecak.

"Ya sudah, saya keluar dulu, ya. Jangan lupa untuk minum obatnya. Jangan mangkir kontrol, ya, Nad," pesan Gibran sebelum meninggalkan ruangan Nadhira.

Senyum merekah tak pernah luntur dari wajah Nadhira. Perlakuan Juan yang sebenarnya tidak dapat ia lihat secara langsung, cukup membuat Nadhira terkesan. Bagaimana tidak? Kalau ingin menolong pun hanya sampai membawanya ke rumah sakit. Namun, ini setiap hari menanyakan kondisi ke dokter Gibran. Senyum kembali terbit. Sosok Juan adalah penyembuh baru dari setiap luka yang Nadhira dapat. Semoga saja Tuhan memang menakdirkan Juan menjadi cinta sejatinya.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя