22. Putusan Juan

212 28 29
                                    

❝Mungkin bijakku bukan berarti bijak untukmu. Maaf, mungkin saat ini aku belum bisa mempertahankan.❞

🌿🌿🌿

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌿🌿🌿

Tiga hari menghidar dari Nadhira, Juan memilih untuk mengosongkan apartemen miliknya. Lelaki itu tinggal di rumah peninggalan orang tuanya selama beberapa hari ini, tepatnya setelah hendak menjenguk Nadhira. Mungkin selama ini cinta tak seharusnya berlabuh. Hati tak melunak begitu saja. Dia bukanlah satu-satunya lelaki yang mencintai Nadhira. Jujur, dibandingkan dengan Praditya, Juan kalah telak. Praditya yang berasal dari keluarga terpandang, pangkat berat di pundak yang tak bisa diabaikan, begitu juga mengingat perhatian keluarga dokter Gibran kepada Nadhira yang begitu besar. Semua itu jelas, Juan tak pantas bersanding dengan Nadhira. Mungkin, Nadhira masih mengharapkannya, tetapi lelaki berusia 28 tahun itu cukup tahu diri.

"Mas kenapa sih kok ngelamun terus? Kalau kecelakaan atau nabrak sesuatu gimana?" celetuk Jovita yang membuat kakak laki-lakinya itu tersadar. Helaan napas Juan cukup membuat Jovita mengerti.

"Kalau memang masih sayang, kejar, Mas. Ungkapin semua perasaan, Mas. Jangan terus menyangkal, jangan terus menghindar. Jangan hanya karena satu masalah yang sebenarnya bisa diatasi, malah membuat Mas menyesal pada akhirnya. Kak Nadhira orang yang baik," lontar Jovita. Juan pun menoleh.

"Lupain aja, ya. Kamu fokus aja sama persiapan ujian sekolah kamu. Belajar yang rajin biar bisa masuk PTN favorit," kilah Juan. Selalu begitu jika Jovita memberikan sebuah nasihat. Juan terlampau gengsi soal perasaannya atau memang lelaki itu tak benar-benar yakin mencintai Nadhira.

Perjalanan kembali hening. Tak ada suara menyahut lagi. Juan sudah kembali fokus ke jalanan. Sementara, Jovita sibuk dengan hafalan untuk simulasi ujian hari ini. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, mobil Juan sudah sampai di depan sekolah Jovita. Gadis remaja itu menarik tangan Juan, lalu menyalaminya. Setelah itu, ia turun dari mobil.

"Jo! Jovita!" panggil Juan setelah menurunkan kaca mobil. Gadis remaja yang baru melangkah beberapa langkah itu menoleh. Ia kembali mendekat ke mobil.

"Ada apa, Mas?" tanya Jovita.

"Besok kamu lesnya berangkat sendiri nggak apa-apa? Besok Mas ada urusan penting di kampus," ujar Juan. Jovita pun mengangguk.

"Nggak apa-apa, Mas. Jo naik taksi aja besok," balas Jovita. Juan pun mengangguk. Setelah itu, Jovita pamit untuk masuk ke dalam.

Juan yang baru saja menaikkan kaca mobilnya dibuat terkejut dengan panggilan spam dari Nadhira. Juan menyerit. Ia berada di antara kebimbangan. Sebuah pesan pun masuk. Juan mengembuskan napas kasar.

"Halo, Nad? Ada apa?" tanya Juan.

"Pak Juan! Syukurlah Bapak bisa dihubungi, saya kira Bapak kenapa-kenapa. Gimana, Pak? Bapak nggak dipecat dari pekerjaan Bapak 'kan? Maaf, ya bukan maksud saya menghilang, tapi saya dilarikan ke rumah sakit, Pak," jawab Nadhira.

HCN : Harap Cintai Nadhira [END]Where stories live. Discover now