21. I'm home

286 42 1
                                    

Halooooo, JaeChaeng balik lagi

-

🅃🄷🄴-🅁🄴🄰🅂🄾🄽
.
.
.

Setelah menempuh perjalanan tiga jam dengan menggunakan bus, Chaeng sampai di kampung halaman, Gyeonggi. Chaeng menatap lamat-lamat bangunan di depannya, rumah dimana sang ibu tinggal.

Lampu pagar rumahnya bahkan sudah menyala, hari memang sudah mulai gelap. Bukan karena perjalanannya sangat memakan waktu hingga ia sampai di petang hari, tapi karena dirinya yang terus mengulur waktu hingga siang menjelang sore ia baru berangkat naik bus. Tentu saja alasan klise yang selalu ia pakai, sibuk dengan pekerjaan. Padahal ia tidak terlalu sibuk di akhir pekan.

Meski sudah puluhan kali ia pulang, tetap saja rasa tidak nyaman dan gugup menghantuinya setiap kali ia akan memasuki pekarangan rumah itu. Chaeng menarik napas dalam, ia tidak akan kunjung menyelesaikan agenda 'setor muka' jika terus mematung disini. Semakin ia mulai semakin cepat juga ia menyelesaikannya. Dengan meremat pegangan ditali tas ranselnya, ia memasuki halaman rumahnya.

"Mah, Chae pulang." Kata Chaeng seketika membuka pintu dan menemukan sang ibu dan ayah, tiri, sudah menunggu kedatangannya.

Seperti anak yang berbakti pada umumnya, ia menyalami orangtuanya. Sang ibu memeluknya penuh kerinduan, sedangkan sang ayah tiri hanya tersenyum.

Ayah tirinya ini bisa dikatakan pendiam, beliau tidak banyak bicara. Bahkan hampir empat tahun pernikahan ibunya, Chaeng tidak pernah sekalipun mengobrol dengan ayah tirinya tersebut. Entah karena Chaeng kelewat dingin dengan sosok ayah barunya itu. Tapi yang perlu keluarga ini tau, Chaeng masih belum bisa menerima kehadiran orang asing tersebut di rumah ini.

"Kenapa baru pulang malem-malem gini? Udah dibilang kalau mau pulang jangan sore-sore gini dari sananya. Masih untung ada kendaraan umum yang lewat." Omel sang ibu sebagai kata sambutannya.

Daerah rumahnya ini tidak terlalu terpencil. Namun seperti keadaan desa pada umumnya, jika sudah malam maka kendaraan umum akan berhenti beroperasi, karena para warga sudah menghentikan aktivitasnya saat petang tiba.

"Iya." Chaeng menyahuti singkat ocehan ibunya.

"Chae bawain oleh-oleh dari kota buat mamah sama nenek, sama saudara-saudara kita." Kata Chaeng sambil menyerahkan sekresek besar barang bawaannya. Sang ibu menerimanya.

"Simpen dulu barang bawaan kamu, mamah panasin dulu makanannya." Ujar sang ibu.

Chaeng menurut, ia menuju kamarnya sedangkan ibunya pergi ke dapur.

Kamarnya tidak berubah. Dekorasinya masih sama seperti terakhir kali ia pulang, masih dipenuhi foto-foto dirinya dari dia kecil hingga sekolah menengah pertama. Saat SMA, kuliah dan sudah bekerja tidak?

Ada, tapi tidak banyak, mungkin bisa dihitung dengan jari. Ia mulai tidak suka memberikan fotonya pada sang ibu sejak diusia itu. Ia merasa hidupnya sudah berhenti dengan keluarga ini sejak SMA. Jadi foto-foto itu hanya ia simpan sendiri.

Chaeng merebahkan diri, cukup lelah karena perjalanannya. Padahal diperjalanan juga kerjanya hanya tidur sampai ia tiba ditujuaan. Tetap saja itu melelahkan baginya.

Chaeng termenung menatap langit-langit kamarnya, ia bingung harus melakukan apa selagi menunggu sang ibu menyiapkan makan malamnya. Ia pun mengecek ponselnya, mungkin ada hal yang menarik dari sosial medianya. Namun notifikasi pesan Jaehyun mengalihkannya.

Jaehyun
Kalo udah sampe rumah kabarin gue

"Rempong banget dah nih bapak-bapak." Decak Chaeng karena dirinya harus melapor pada Jaehyun.

The Reason - Jung JaehyunOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz