Imbas

2.3K 351 92
                                    


.

Begitu sampai di rumahnya, Papa Yang langsung ngedorong kepala Jungwon sampai dia jatuh ke lantai.

"Berlutut.." kata Papa Yang dingin.

"Kamu tuli? Papa bilang berlutut!!"

Jungwon berusaha bangun, tapi kepalanya pusing banget gara-gara kebentur lantai. Papanya kemudian ngangkat kakinya siap-siap mau nginjek Jungwon.

"BERLUTUT!!"

Jungwon ngegeleng. "Pa.. jangan begini.."

"Jangan begini?" Desis pria paruh baya itu. Dia kemudian jongkok. "Sekarang beri tau papa, kenapa kamu bisa sampai ketauan? Huh?"

"Kan.. kan Jungwon udah bilang... kecurangan ini pasti akan terbongkar..." Jungwon dengan susah payah berusaha ngejelasin. Biar dia gak jadi sasaran amuk papanya.

"Papa yang nyuruh Jungwon ngelakuin ini, tapi kenapa papa juga yang marah ke Jungwon?"

"Kamu..." Papa Yang natap wajah Jungwon sambil tersenyum miring. "Udah mulai pinter ngomong ternyata.."

"Jungwon gak bisa–"

"ANJING!!!" Pria paruh baya itu langsung ngejambak rambut Jungwon kuat.

"APA YANG HARUS AKU OMONGIN KE PAK LEE??!! HAAAHHH!!!?" Teriaknya di depan muka Jungwon yang setengah mati nahan sakit dikepalanya.

Kemudian dia tersenyum mengerikan lagi. "Kamu.. emang seneng di kerasin, ya?" waktu Papa Yang bangun berdiri, lalu ngelepas gespernya, Jungwon makin menciut.

"Papa jangan..."

CTASH!!!

"AAAAAAAAAAHHHHHH!!!"

Dimulai lah siksaan itu...

Jungwon dicambuk, ditendang, ditampar berkali-kali di ruang tamu itu. Sampai dia teriak-teriak minta ampun.

Bahkan siksaan itu lebih berat dari yang sebelumnya. Semua amarah dari papanya dilampiaskan, dia tumpahkan semua ke badan kecil Jungwon.

Gak ada seorangpun yang menolong Jungwon. Gak ada seorangpun yang berdiri di depannya, menghalanginya dari pukulan-pukulan itu.

ART mereka berdiri di balik kursi ruang makan sambil nutup mulutnya nahan tangis. Natap anak majikannya yang udah hampir sekarat dipukuli. Wanita itu gak tega ngeliat anak itu terus dipukuli hampir setiap hari. Tapi dia juga gak berani untuk ikut campur urusan tuan rumahnya.

Baru kemudian setelah Jungwon hampir gak sadarkan diri, Papa Yang berhenti. Dia natap anaknya bengis. "Besok kamu harus sekolah, papa gak mau tau.."

Kemudian dia ditinggalin gitu aja. Papanya itu keluar rumah lagi. Mungkin balik ke sekolahnya.

Setelah tuan rumahnya pergi, ARTnya itu langsung ngehampiri Jungwon.

.

Dan malem itu Jungwon bener-bener gak bisa tidur. Badannya sakit semua, mulai dari wajah sampai kaki.

Mungkin tau pengasuhnya itu lagi gak baik kondisinya, Meong naik ke kasur Jungwon, dan meringkuk di sisinya.

"Meong..." rintih Jungwon. "..sakit.."

Hingga keesokan harinya, kondisinya masih jauh dari kata baik. Tapi ancaman dari papanya terus terngiang-ngiang di kepala Jungwon, hingga dia.. terpaksa menguatkan dirinya berangkat ke sekolah pagi itu..

..dia dengan terseok-seok dan terburu-buru berangkat sekolah..

..tanpa menutupi luka-lukanya..

.

✓ We're (not) TwinsWo Geschichten leben. Entdecke jetzt