Final (end)

4.6K 452 137
                                    

Seperti biasa, karena ini chap terakhir, ramaikan kuuuuy!!? Biar diriku seneng, eheee!!

.

Tanpa jabatan dan kedudukan dia sama sekali bukan siapa-siapa..

Itu yang dialami Yang Hyeongsu sekarang. Dia lagi duduk di ruangan interogasi di kantor kepolisian. Dan di hadapannya ada si direktur rumah sakit tempat Yang Youngchul di rawat dulu.

"Aku sudah memintamu untuk melenyapkan barang bukti itu.." Yang Hyeongsu langsung nyalahin temennya yang baru aja duduk itu.

"Barang bukti itu gak cuma satu atau dua berkas," si direktur rumah sakit beralasan. Lalu dia ngedeket dan berbisik.

"Tapi tak kusangka perbuatanmu serendah ini.."

"Son Kanghyun.." tegur Yang Hyeongsu.

Son Kanghyun natap Yang Hyeongsu gak percaya. "Mereka bilang kamu dalang pembunuhan? Ini sudah melewati batas."

"Melewati batas? Terus kamu sendiri apa?" Tanya Yang Hyeongsu.

"Aku hanya beniat menolong temanku."

Yang Hyeongsu tersenyum miring. "Keahlianku adalah mengubah krisis menjadi sebuah peluang."

Bahkan disaat kayak gini pun itu pak tua masih aja ngomong dengan sombong.

"Apa kamu pikir aku akan hancur seperti ini?" tantangnya.

Tapi Son Kanghyun mengangkat tangannya. "Pokoknya aku sudah angkat tangan. Aku sudah gila karena menerima tawaran yang gak seberapa darimu. Sekarang lihat kondisiku."

Lalu dia berdiri dan keluar dari ruang interogasi itu. Ninggalin Yang Hyeongsu sendirian.

Yang Hyeongsu mengepalkan kedua tangannya. Apa ada celah buat dia lolos sekarang?

.

Penasaran kenapa Yang Hyeongsu bisa ketangkep?

Semua berawal dari papanya Jake yang nanya ke anaknya.

"Jake?" Tanya Papa Shim pada suatu makan malam. Mamanya itu lagi berkutat di dapur jadinya mereka cuma berdua di ruang makan itu.

"Hm?" Jake ngajawab sekenanya. Soalnya dia lagi ngegigit paha ayam goreng.

"How's your mate?"

"Siapa?"

"Papanya yang waktu itu jatuh dari tangga."

Jake langsung ngeliat papanya, sambil ayamnya dia taruh balik ke piring. Mungkin yang papanya maksud itu Jungwon. "Aaahh.. he's good," jawabnya. "Papanya gak bisa nuntut dia."

Papa Shim ngambil gelas di sebelahnya terus minum bentar. "Omnya itu temen direktur di rumah sakit papa, kan..."

"Iya."

"Terus apa yang dibilang dokter soal penyakitnya?"

"Katanya kelumpuhan tubuh permanen.."

Denger itu bukannya ngerasa prihatin, Papa Shim malah ngerasa aneh, dia nyeringai. "Don't you feel.."

"What?" Jake yang pada dasarnya bego dalam hal berburuk sangka, jadinya dia gak langsung paham sama pertanyaan papanya yang ngegantung itu.

"Something fishy?"

Jake masih gak ngerti. Dia ngangkat bahu sambil geleng. "I don't understand.."

Papa Shim maklum sama otak anaknya yang cuma pinter di pelajaran doang.

"Mereka temen deket..." katanya, "...bisa aja om temenmu itu minta ke direktur rumah sakit buat nulis hal-hal yang buruk untuk papa temenmu. Meski sebenernya dia bisa sembuh lewat terapi fisik."

✓ We're (not) TwinsDär berättelser lever. Upptäck nu