Bab 4 - Even though, You Are Just Like a Dream

4K 344 21
                                    

Tunggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tunggu...!

Apa maksudnya ini?

Kenapa di depannya saat ini ada lelaki tampan yang sudah tak ditemui bertahun-tahun lamanya? Apakah ini mimpi? Bisakah mimpi terlihat seperti nyata seperti ini?

"Kenapa?" Laki-laki tampan ini bersuara membuyarkan segala ribuan pikiran yang hinggap di dalam otak Kaluna.

Sontak Kaluna terhenyak di tempatnya berdiri, ia mengerjap-ngerjapkan matanya menahan rasa gugup, dan kaki yang bergetar karena setelah sekian lama dirinya bisa melihat wajah seseorang yang rasanya begitu sulit ia temui bahkan dalam mimpi sekali pun.

Kaluna menggelengkan kepalanya linglung, ia nyaris saja meneteskan air mata kalau saja ia tidak menahan sekuat tenaga sampai urat lehernya mengencang.

"Liat ke depan, Lun. Sebelum Pak Sahid liat lu gak profesional jadi ketua olahraga," tegur Elvano dengan senyum kecil yang mempelihatkan gusi mudanya yang dapat membuat jantung Kaluna berhenti berdetak.

"Mm-mm." Kaluna menganggukan kepala kikuk.

Dengan susah payah Kaluna kembali menghadap ke depan, menatap para siswa yang jika ia perhatikan dengan baik-baik ternyata teman sekelasnya saat SMP.

Jika dipikirkan sudah sebelas tahun berlalu sejak mereka lulus SMP, Kaluna juga banyak melupakan berbagai hal. Seperti misalnya nama-nama teman mereka, nama-nama gurunya, dan masa-masa sekolah yang dulu terasa tak ada artinya.

Dahulu Kaluna selalu berkata bahwa ia ingin segera dewasa dan sukses. Tidak seperti kebanyakan orang, ketimbang menikmati waktu, ia selalu berharap waktu segera berlalu sehingga dirinya dapat berubah lebih baik. Menurutnya semakin waktu berlalu semakin mudah baginya melupakan hal-hal tidak penting yang menghalangi mimpi-mimpinya.

Tetapi... dewasa tidak membahagiakan seperti yang ia harapkan. Yang dulu merasa tinggal sendirian menyenangkan, ternyata hanya menghadirkan kesepian di malam-malam sunyi. Yang dulu merasa bekerja di perusahaan besar dengan gaji yang cukup dapat membuatmu bahagia, ternyata mencari waktu luang untuk sekadar istirahat saja rasanya sangat sulit. Perlahan-lahan kau kehilangan perhatian, dan kepedulian dari orang yang kau cintai. Mereka sudah menganggap bahwa dirimu tidak perlu kasih sayang karena sudah dewasa.

Apa yang terjadi saat ini, momen-momen seperti ini, hanya terjadi di mimpi indah yang tak akan menjadi kenyataan dan tak akan merubah apa pun. Kau tahu apa yang lebih menyakitkan dari sebuah mimpi indah seseorang? Seseorang itu dapat mengingat setiap detik bagian-bagian mimpi itu layaknya film, namun orang-orang yang ada di dalam mimpi tersebut bahkan sama sekali tidak tahu serta tidak menyadari betapa berharganya kehadiran ia dalam mimpi indah itu.

"Lun, lu kok diem aja sih? Gerakan selanjutnya apa?" Aileen menyenggol lengan Kaluna menyadarkan gadis itu dari lamunan tidak jelasnya.

"Hah? Gerakan apaan?" Kaluna bertanya karena benar-benar tidak mengerti apa maksud yang dikatakan Aileen.

One Last Chance (END)Where stories live. Discover now