Bab 8 - Difficult

2.7K 307 23
                                    

KALUNA Utari sadar kalau dirinya telah menjadi bahan gosip begitu masuk ke dalam kelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

KALUNA Utari sadar kalau dirinya telah menjadi bahan gosip begitu masuk ke dalam kelas. Gelagat anak-anak perempuan yang sering menjadi tempat curhat Safira sangat jelas hingga tak perlu dijelaskan oleh siapa-siapa.

"Udah bell, Fir. Gue balik dulu ya ke kelas," kata Leona melambaikan tangannya kepada Kaluna seraya berjalan mundur keluar kelas bersama temannya yang bernama Rita.

"Kalian dari mana aja?" tanya Safira saat matanya menangkap Kaluna, dan Aileen baru saja duduk di bangku mereka.

"Dari kantin," sahut Aileen ringan. "Haus banget soalnya," tambahnya.

Safira menganggukan kepala, ia melirik pada Nuraini yang seolah paham kode mata darinya. Sebenarnya Kaluna merasa tidak nyaman. Apakah mereka sadar? Saling memberikan kode entah mengejek atau semacamnya di belakang seseorang dapat membuat perasaan orang tersebut terluka. Kalau ada yang ingin ditanyakan, tanyakan saja, daripada menggunakan topeng untuk menyakiti hati seseorang.

"Van, besok jadi gak eh?" Terdengar seruan dari depan pintu kelas mereka. Pandangan Kaluna teralih pada seorang lelaki bertubuh pendek sedang bicara dengan seseorang yang Kaluna kenal, Elvano.

"Gue gak ikutan, Bey," sahut Elvano sambil memainkan pintu kelas.

Abey Saputra anak kelas 9-3 sekaligus kekasih dari Leona Lanindra memutar matanya malas mendengar ucapan Elvano yang tidak diharapkannya.

"Kenapa sih?" tanyanya kesal.

"Males kena masalah gue," sahut Elvano lagi, ia mengusahakan suaranya terdengar santai.

"Idih najis gitu aja takut. Ada yang ngelarang, bukan?" sentak Abey mengangkat dagunya ke dalam kelas, tatapan matanya jelas-jelas ke arah Kaluna. Kontan Aileen dan Kaluna saling bertatapan. Apa maksud laki-laki itu?

Elvano menoleh ke belakang, melirik Kaluna sekilas lalu kembali kepada Abey.

"Bukan gitu, Bey. Gue cuma lagi gak mau aja," balas Elvano lagi tetap tenang.

Abey mendesah keras. Dahinya mengerut ketika menyadari Elvano menggunakan dasi, tangannya terangkat dan menyentuh dasi tersebut lalu menarik-nariknya.

"Tumben banget sih lu pake dasi kek gini, keliatan culun ih, gak cocok sama lu," seru Abey tidak suka.

Elvano melepaskan tangan Abey dari dasinya lalu ia merapihkan bentuk dasinya yang menjadi berantakan. "Apaan sih lu sirik aja sama orang ganteng." Elvano mendengus kesal.

"Yaudah dah, entar kita bahas lagi nanti. Jangan lupa ngumpul di rumah si Benny pas pulang sekolah ya," ucap Abey mengingatkan Elvano. Setelah mengatakan itu pun pergi dari hadapan Elvano menuju kelasnya.

Elvano berbalik, saat matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Kaluna, Elvano salah tingkah.  Ia berdeham kecil, dan mengusap tengkuk belakangnya.

Melihat sikap Elvano selucu itu, Kaluna saling meremas kedua tangannya menahan rasa gembira yang hinggap di dada. Ya Tuhan, sudah lama sekali rasanya tak merasa berbunga-bunga. Kasmaran itu merupakan bagian terbaik dari fase jatuh cinta.

One Last Chance (END)Where stories live. Discover now