Bab 34 - A Short Journey

3K 349 65
                                    

KALUNA pikir dirinya sudah berbeda dari Kaluna si pengecut itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

KALUNA pikir dirinya sudah berbeda dari Kaluna si pengecut itu. Ia pikir setelah bermimpi indah malam itu, dirinya akan berubah dan melakukan apa pun yang ia bisa untuk mempertahankan Elvano. Seolah-olah itu kesempatan terakhir baginya untuk bahagia.

Ternyata tidak...

Ia telah melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan di masa lalu. Melepaskan Elvano untuk perempuan lain karena dirinya tidak mampu berkompetisi.

Tapi bagaimana bisa ia menghancurkan hati semua orang hanya demi kebahagiannya sendiri? Meskipun ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia berhak bersikap egois, namun situasinya tidak semudah itu. Ia tidak bisa.

Kaluna menatap pantulan wajahnya sendiri di depan kaca toilet kantor. Bibirnya tertarik membentuk senyuman lebar, namun air mata berlomba-lomba untuk menetes dari kelopak matanya. Suara tawa kecil berhasil keluar dari kerongkongannya. Ia tertawa keras sampai wajahnya merah semerah-merahnya.

Kalau ia memilih menyerah seperti ini, bukankah itu sama saja kembali melepaskan Elvano untuk pergi dari hidupnya? Bagaimana ia bisa menjalani hidupnya setelah itu?

Tubuhnya luruh ke lantai dengan gerakan perlahan. Tangan kanannya yang terkepal ditempelkan di dada kirinya, mulutnya terbuka mencoba mengambil napas. Sulit sekali. Sesak sekali. Hancur sekali. Hatinya benar-benar sudah hancur.

***

Kenapa Kaluna tidak mengangkat teleponnya?

Elvano mengerutkan dahinya memandang layar ponselnya. Ia kembali mencoba menghubungi Kaluna sekali lagi tapi masih tidak kunjung diangkat. Akhirnya ia pun mengirimkan pesan kepada gadis itu.

Elvano: Lun, kamu sibuk?

Dua puluh menit kemudian, Kaluna membalas pesan Elvano.

Kaluna: Maaf, aku lagi sibuk kerja.

Sebenarnya Elvano ingin menceritakan hal sejujurnya kepada Kaluna, terutama mengenai pembicaraannya dengan Stefanie, tapi laki-laki itu mengurungkan niatnya. Seperti niat awalnya, ia tidak mau Kaluna terlibat pada permasalahannya. Ia hanya perlu memastikan semuanya selesai tanpa harus membuat Kaluna tersakiti.

Elvano: Kamu belum pulang kerja? Padahal ini udah jam enem sore. Yaudah deh gakpapa, telepon aku kalau kamu udah pulang kerja.

Lima belas menit kemudian, gadis itu tak kunjung membalas. Elvano termenung sebentar, ia merasa bahwa ada sesuatu yang terjadi namun tampaknya Kaluna enggan bercerita kepadanya. Ia pun kembali mengirimkan pesan kepada Kaluna.

Elvano: Lun, aku kangen.

Benar, apa pun yang terjadi pada hidupnya kelak, ia akan melewatinya asalkan gadis ini tetap berada di sisinya. Elvano rela kehilangan semuanya asalkan Kaluna tidak meninggalkannya seperti terakhir kali.

One Last Chance (END)Where stories live. Discover now