Bab 9 - Honest

2.7K 356 26
                                    

"Si Safira nanyain lu mulu, tuh!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Si Safira nanyain lu mulu, tuh!"

Elvano Varren menegak habis air dari botol miliknya kemudian meletakkannya tepat di sampingnya. Napasnya tersengal-sengal karena baru saja selesai bermain bola bersama teman-temannya, ia menyandarkan kepalanya pada besi penyangga gawang. Ia tidak langsung menjawab perkataan Abbey yang duduk sampingnya, karena ia sendiri bingung harus menjawab bagaimana.

"Lha, lu bukannya lagi deket sama adek kelas ya, Van? Siapa sih namanya em... eh iya! Si Linda," sahut Tyson yang baru saja menempelkan bokongnya di samping Abbey. Ia mengibas-ngibaskan seragam sekolahnya yang basah karena keringat.

Elvano menoleh ke arah Tyson. "Gue gak deket sama si Linda," sangkalnya. "Bukan berarti bales BBM atau ngobrol berdua itu lagi deket ya, Son. Jangan bikin gosip," sambungnya memperingati Tyson agar tidak berspekulasi ke mana-mana.

Abbey mendengus lirih. "Iya dah yang gak mau bikin gebetannya malah mundur," serunya seraya menyenggol bahu Tyson untuk menggoda Elvano.

"Siapa emang gebetannya?" tanya Tyson penasaran.

Elvano terkekeh kecil. "Ya, ceweklah! Gue tau lu kecewa, tapi sumpah gebetan gue bukan elu, Son."

"Idih najis banget." Tyson bergidik jijik. Elvano dan Abbey tertawa melihat respon temannya itu.

"Tapi Van, si Safira kasian tau. Belum rela dia lu putusin," kata Abbey mencoba serius. "Soalnya dia suka curhatin lu ke gue, sama ke si Leona juga. Lagian lu mutusinnya... ya ampun." Abbey tak sanggup melanjutkan perkataannya karena alasan putusnya Elvano dengan Safira terbilang konyol.

"Emang dia sama Safira putusnya gara-gara apa, Bey?" Tyson bertanya.

Abbey memusatkan pandangannya pada Tyson. "Jadi ceritanya si Vano tuh sakit waktu itu, tapi tetep pengen maen futsal sama sekolah seberang, lu juga ikut kok kalau gak salah. Terus si kunyuk ini dilarang sama Safira buat jangan ikutan maen futsal, eh keukeuh dia tetep pengen maen. Akhirnya ngambek lah si Safira ini, dia nanya sama si Vano, pilih dia apa futsal, dan lu tau gak si Vano jawab apa?"

"Apa?" Tyson mencodongkan tubuhnya sarat ingin tahu.

"Vano milih futsal!" tandas Abbey tertawa terbahak-bahak sambil memukul pahanya berkali-kali.

"Anjrit! Serius si Vano ngomong gitu? Gila lu, Van. Padahal bohong aja njir," pekik Tyson tidak percaya ketika mendengar cerita dari Abbey.

"Terus lu putus gegara gitu doang?" tanya Tyson masih syok berat.

Elvano mengangguk singkat. "Males ah, ngambeknya kayak bocah. Apalagi gue paling benci diatur-atur, dan dia suka banget ngatur gue. Kek gimana ya tsk... dia tuh memaksa gue buat sesuai yang dia pengen. Yaudah pas udah kekeselan, gue putusin aja," katanya pelan.

"Yakin gara-gara itu doang? Bukan karena cinta yang terpaksa?" ledek Abbey.

Elvano terkekeh hambar. "Iye itu juga. Dia emang cakep sih, cuma ya, gak bisa aja kayaknya," lirihnya.

One Last Chance (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora