Bab 10 - Four Seasons of Our Memories

2.6K 343 13
                                    

Pacaran satu kelas memang terkesan manis, meskipun terkadang aib pasangan terekspos terlalu jelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pacaran satu kelas memang terkesan manis, meskipun terkadang aib pasangan terekspos terlalu jelas. Misalnya nilai yang tidak bagus, tulisan yang jelek, dan kebiasaan yang menjengkelkan. Hal-hal semacam itu bisa menjadi alasan mengapa pasangan mudah merasa ilfeel satu sama lain.

Tetapi...

"Aduh gue sumilang hari ini," eluhan keras itu kudengar dari belakang meja. Aku menyentuh lengan Safira dengan lembut.

"Lu mau gue pintain air anget ke kantin? Atau mau gue beliin obat?" tanyaku menawarkan bantuan.

Safira menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Enggak usah, gakpapa. Entar juga mendingan," balasnya menolak.

"Tapi..."

"Fir, lu kenapa?"

Aku mengangkat kepala, dan melihat Leona datang ke kelas kami bersama temannya yang lain. Kalau tidak salah namanya Rita.

"Gue sumilang, Lon. Sakit banget deh," ucapnya pada Leona sambil menahan sakit.

"Vano tau lu lagi sumilang?"

Mendengar nama Elvano, secara otomatis aku melepaskan sentuhanku dari tangan Safira. Aku tidak mau mendengar sesuatu yang tidak ingin kudengar. Beberapa hari ini aku tidak bisa tidur karena tak henti-hentinya memikirkan hubungan mereka berdua, jadi lebih baik kalau aku tidak mendengar apa pun yang berkaitan dengan Elvano.

Sayang sekali, nyatanya tidak semudah itu. Pacaran satu kelas juga memiliki sisi baiknya, kau bisa melihat keadaan orang yang kau sukai setiap hari. Oleh sebab itu, aku tidak bisa berpura-pura tidak menyadari saat semuanya terjadi tepat di depan mataku.

'Tragedi' Safira nyeri haid adalah tragedi terbesar hari itu. Setidaknya bagiku. Semua teman-temannya dari kelas lain berkerumun menanyakan apakah dia baik-baik saja, dan menyuruhnya agar sabar. Aku tidak tahu kalau cuma karena nyeri haid bisa menjadi masalah sebesar itu. Khususnya untuk Elvano, semua teman-temannya memberikan kode pada Elvano agar menangani kekasihnya yang sedang sakit. Karena itu pada akhirnya...

"Lun, lu tau gak merek minuman yang suka em... diminum cewek pas dateng bulan?" Elvano bertanya padaku.

Niat hati ingin menghindari kerusuhan dengan berdiri di depan pembatas kelas, namun malah jadi target yang ditanyakan karena para teman-teman Safira meminta Elvano berinisiatif sendiri untuk mencari tahu. Aku tidak mengerti kenapa, tapi menurutku itu agak kekanakan. Dia seorang lelaki, jadi wajar tidak tahu.

"Ooh itu, gue tau. Mau beliin buat Safira ya?" tanyaku.

Elvano menganggukan kepala. "Di koperasi ada gak sih?"

"Ada kok. Mau gue beliin gak? Lu pasti diledekin nanti," kataku menawarkan.

Elvano tersenyum lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Atau gak kita bareng aja beli ke bawah, gimana?" sahutnya menawarkan cara yang lain.

One Last Chance (END)Where stories live. Discover now